Bagian 1

27 2 0
                                    

Happy Reading....

Minggu adalah hari yang paling di tunggu-tunggu para pelajar dan pekerja. Salah satunya mahasiswa akhir semester satu ini.

Dia Khalisa, mahasiswa sastra indonesia semester 7, dengan tingkah laku yang kadang menurut orang-orang freak, pecicilan membuatnya sering dibilang caper padahal memang dirinya seperti itu.

Jam dinding menunjukkan pukul 09.00 pagi tapi Khalisa masih nyenyak bergelut dengan selimut tebalnya. Ketokan pintu sang Bunda berkali-kali tak di gubris sama sekali, malahan seperti nyanyian pengantar tidur yang membuatnya semakin enggan membuka mata.

"Bangun sa, ini udah jam berapa, anak perawan jam segini masih tidur, ayo bangun", Bunda berteriak di depan pintu dengan tangan yang berkali-kali mengetok pintu namun tak ada sahutan sama sekali dari dalam.

Daripada emosi anak gadisnya tak mau bangun, Bunda memilih ke dapur untuk melanjutkan membuat kue yang tadi sempat tertunda.

"Loh Bun, anaknya ga di bangunin?", kata Rahman-Ayah Khalisa yang baru selesai mandi setelah joging pagi.

"Susah Yah, bikin emosi yang ada", kata Bunda.

"Udah tadi ga sholat subuh sekarang masih juga ga bangun udah jam segini. Biar Ayah yang bangunin", kata Rahman beranjak menuju kamar anak gadisnya.

"Khalisa, bangun, ini udah jam berapa, kalo masih ga bangun Ayah dobrak pintunya", kata Rahman tegas dengan ketokan pintu berkali-kali.

"Iya ini bangun", terdengar suara dari dalam membuat Rahman geleng-geleng.

Khalisa menuruni anak tangga dengan gontai, rambutnya yang asal di cepol, kaus berlengan pendek berwarna abu-abu dan celana joger hitam adalah style nya hari minggu ini.

"Aduhhh tuan putri baru bangun", sindir Bunda dari arah dapur.

"Bunda lagi masak apa?", tanya Khalisa sambil berjalan menuju dapur.

Ini sudah jam 9 lebih, otomatis dia melewatkan sarapannya tadi pagi. Ia membuka kulkas, disana hanya ada frozen food yang masih mentah dan roti tawar.

"Bunda ga masak ya? kok tega sih anaknya di bikin kelaperan gini", gerutu Khalisa.

"Masak, makanannya udah abis, salah kamu ga bangun, ga sholat subuh juga kan tadi? alamat Ayah marah deh", cerocos Bunda panjang lebar.

"Aku kan capek Bun, semalem abis ngerjain tugas banyakkkk banget, terus pusing juga mikirin judul skripsi", katanya membela diri.

"Secapek-capeknya kamu, ya tetep sholat itu wajib buat semua ummat Islam, kamu Islam kan?", entah darimana asalnya, Ayah tiba-tiba nyeletuk.

Khalisa yang mendapati Ayahnya menegur nyalinya sedikit menciut.

"Tapi kan Yah..."

"Tapi apa?, ada ga kamu qodho' sholat?, udah telat ga di qodho', bangun siang, mau jadi perempuan kaya gimana kamu?", kata Ayah dengan tegas, ia takut salah mendidik anaknya.

"Iya iya maaf"

"Nanti pas dhuhur langsung sholat, gausah banyak alesan", kata Ayah.

"Iya Ayah ku yang ganteng", kata Khalisa menekankan kata-katanya.

"Kamu nanti sore mau ikut Bunda ga?", kata Bunda berencana mengajak Khalisa keluar.

"Kemana? kalo nemenin Bunda ke arisan ibu-ibu rempong kaya kemaren, aku gamau, stock drakor masih banyak, sibuk", kata Khalisa sambil menuangkan sirup di gelasnya.

"Ngga ko, nanti kita jalan-jalan aja, refreshing"

"Tumben, yaudahlah daripada bosen aku ikut", Khalisa memutuskan untuk ikut dengan bundanya sore nanti.

TEMAN SUJUD (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang