Bagian 5

12 1 0
                                    

Happy Reading.....

"Ayah, Bunda, aku pulangggg assalamualaikum," begitulah teriakan Khalisa dengan langkah masuk ke dalam rumah.

"Tumben pulang cepet, biasanya jam 5 baru sampe rumah," kata Bunda menyambut anaknya yang pulang.

"Kata Ayah kan di suruh pulang cepet Bun," kata Khalisa mengingatkan.

"Ohh iya Bunda lupa, kamu udah sholat belum?," tanya Bunda

"Heheh Belum," kata Khalisa menampakkan deretan giginya.

"Yaudah sekarang mandi trus abis itu sholat ashar. Ayah udah pulang, abis sholat nanti langsung ke ruang tengah ya," kata Bunda memberitahu panjang lebar.

"Siap komandan," kata Khalisa, kini ia beranjak menuju kamarnya.

Usai dengan semua kegiatannya Khalisa menuruni anak tangga guna pergi ke ruang tengah, dimana disana sudah ada Kafa, Ayah dan Bundanya yang sedang menonton televisi.

"Nah, akhirnya dateng juga yang di tunggu-tunggu," kata Rahman seperti tak sabar akan mengatakan sesuatu.

"Ada apa sih Yah, kaya mau bicarain hal yang penting aja sampe kumpul gini," kata Khalisa.

Khalisa duduk di sebelah Kafa yang sedang bermain game sambil mencemili snack yang ada di meja.

"Jadi gini, kamu kan bulan depan udah 21 tahun, bentar lagi juga lulus kuliah. Ayah mau jodohin kamu sama anak temen Ayah dan Bunda," kata Rahman pelan-pelan tapi runtut.

Khalisa yang mendengar sontak berhenti dari kegiatan cemil mencemil nya.

"HAHH? DI JODOHIN?," kata Khalisa ngegas dan langsung berdiri dari duduknya.

"Santai dong kak, sakit kuping gue," Kafa yang berada di sebelahnya menutup telinga spontan karena teriakan Kakaknya tanpa aba-aba.

"Ayah aku gamau, apa apaan di jodohin", kata Khalisa membantah.

"Dengerin Ayah dulu," kata Bunda menenangkan Khalisa agar duduk kembali.

"Dia ini laki-laki baik, Ayah ga bisa gampang percaya sama laki-laki yang mana bakal ambil alih tanggung jawab Ayah atas kamu. Tapi sama laki-laki ini Ayah percaya, karena dia anak temen Ayah dan Bunda. Ayah yakin, dia bisa bimbing kamu," kata Rahman menjelaskan.

"Aku gamau, aku gabisa, Bun..." kata Khalisa meminta pertolongan Bundanya, berharap sang Bunda membelanya.

"Sayang, ini semua demi kebaikan kamu juga," kata Bunda.

Pupus sudah harapannya untuk mendapatkan pembelaan dari Bunda, ternyata sama saja.

"Besok mereka kesini, mau di omongin langsung," kata Rahman tiba-tiba yang malah membuat Khalisa semakin shock di tempat. Ia berdiri lalu lari menaiki tangga menuju kamarnya dan menutup pintu kamar dengan kasar.

ෆෆෆ

Di sisi lain, keluarga harmonis ini tengah berkumpul seperti biasa sepulang dari masjid setelah sholat isya'. Disana terdapat pasangan paruh baya dan kedua anaknya, tak lain tak bukan adalah Muhammad Arka As-syafiq dan adiknya Zainab Nusaibah As-Syafiq. Sebenarnya anak Abi ada 3 tapi yang satu sudah menikah jadi berpisah tempat tinggal. Anak pertamanya bernama Muhammad Adam As-syafiq.

"Nak, gimana kabar Abang kamu di Jakarta? Cucu Ummi sehat juga kan?", tanya Ummi Hana memulai pembicaraan.

Tadi siang Arka baru saja sampai rumah setelah satu minggu ke Jakarta untuk mengunjungi Abangnya. Disana Arka mengisi waktunya dengan ikut mengajar di Pesantren, dan pada hari minggu lalu ia di minta untuk menggantikan Ustadz Yusuf untuk mengisi kajian di masjid Al Arif, kajian rutinan setiap hari Ahad, saat itu Ustadz Yusuf sedang berhalangan hadir karena harus ke luar kota untuk mengurus beberapa urusan yang terkait dengan Pesantren. Benar, Ustadz Yusuf adalah tangan kanan Adam untuk mengurus pesantren.

"Alhamdulilah Mi, Abang sekeluarga sehat," jawab Arka seadanya.

Abi dan Ummi yang mendengar itu tersenyum lega, ternyata anak, menantu, serta cucunya dalam keadaan sehat. Adam telah di karuniai 1 anak laki-laki.

"Arka, tentang perjodohan itu besok kita ke rumah mereka ya. Mau di bicarain langsung biar enak," kata Abi tiba-tiba.

"Besok bi?", tanya Arka yang tampaknya kaget karena ia tak menyangka jika secepat ini.

"Iya, kamu gimana?," tanya Abi.

"Kalau emang baiknya begitu, insyaAllah Abi, Arka siap," kata Arka memantapkan hatinya.

Abi dan Ummi tersenyum mendengar jawaban Putranya.

"Besok Zainab ikut ya, mau sekalian jalan-jalan," kata Zainab yang sedari tadi diam.

"Iya putri kecil," kata Arka sambil mengelus kepala adiknya yang tertutup khimar.

Lalu Arka beranjak menuju kamarnya, ia merasa sedikit gelisah. Kenapa bisa ia memikirkan perempuan yang hanya di lihatnya dua kali, bahkan ia tak mengenal perempuan itu. Tapi terus saja mengganggu pikirannya. Ia tak boleh seperti ini, besok ia akan mengkhitbah perempuan yang di jodohkan dengannya.

"Astaghfirullah haladzhim," katanya dengan nafas yang berat.

Tak mau seperti itu, bergelut dengan pikiran. Ia memutuskan untuk wudhu bersiap tidur agar pikirannya tidak semakin kemana-mana.

Kini tepat jam 03.00 alarm Arka berbunyi, dan ia langsung bangun begitu mendengarnya. Ia sudah terbiasa bangun dini hari dari kecil berkat ajaran Abi dan Umminya.

Selesai mengambil wudhu ia melaksanakan sholat tahajjud. Di akhir sujudnya ia sujud dengan lama, berdoa meminta kepada Ilahi agar diberi kematian dengan keadaan yang baik, dan tetap berada di jalan Rabb-Nya.

Setelah salam ia dzikir lalu berdoa pada Sang Khaliq meminta petunjuk untuk esok hari.

"Ya Allah Ya Rabb, Engkau yang mengendalikan hati hamba, Engkau yang mengendalikan gerak hamba, Engkau adalah sebaik-baiknya penulis takdir. Hamba percaya apa-apa yang terjadi adalah kehendak-Mu. Maka Ya Rabb, tunjukkan pada hamba jalan yang Engkau ridhoi, jika memang ia yang di pilihkan Ummi dan Abi adalah pilihan dari Engkau juga, maka permudah lah jalannya, karena hamba yakin jika pilihan-Mu adalah sebaik-baik pilihan. Untuk perasaan yang tidak tau akan muaranya ini, tolong bantu hamba untuk mengikhlaskannya." tanpa sadar air mata Arka menetes begitu saja. Ia berserah diri kepada Yang Menciptakan dirinya, ia faham bahwa apapun yang terjadi di dunia ini memiliki kendalinya, yaitu Allah.

Selesai dengan kegiatannya, Arka melanjutkan dengan murojaah hafalannya sembari menunggu adzan subuh.

Terima kasih sudah berkenan membaca.
Tinggalkan jejakmu dengan memberi komentar dan vote☆.

Next Part?

TEMAN SUJUD (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang