Bagian 8

11 1 0
                                    

Happy Reading.....

Kini malam menyapa, rembulan di atas langit memamerkan cahayanya yang menyinari bumi. Tapi berbeda Khalisa, wajahnya ditekuk sedari tadi, ia kedatangan tamu bulanan jadi moodnya tidak bisa di kondisikan, berubah-ubah sewaktu-waktu.

"Kamu udah sholat?", tanya Arka yang baru saja datang dari masjid.

"Lagi libur", jawab Khalisa malas.

Arka bingung harus berbicara gimana lagi setelah mendengar jawaban Khalisa yang sepertinya tak minat bicara padanya.

"Sa, ayo turun dulu, makan malem, ajak suami kamu juga," suara Bunda terdengar dari balik pintu.

"Iya Bunda", bukan Khalisa yang menjawab tapi Arka karena Khalisa masih setia bergelut dengan gulingnya di ranjang.

"Ayo turun, makan dulu biar kamu ga lemes", kata Arka mengajak Khalisa.

"Lo aja deh, gue ga mood", kata Khalisa

"Tapi kamu juga belum makan, makan dulu yuk, kasian Bunda udah repot masakin masa kamu gamau makan?", kata Arka dengan lembut agar istrinya mau makan.

Khalisa yang mendengar penuturan lelaki itu tersentuh, karena selain Bunda dan Ayahnya baru kali ini ada orang yang selembut ini padanya, dulu Jefan pun manis tapi nada bicaranya tak selembut ini. Ahh sial, kenapa ia malah mengingat laki-laki itu.

"Pak ustadz duluan aja gapapa, gue belom laper kok," kata Khalisa tetap pada pendiriannya, sungguh ia sangat malas saat ini.

"Yaudah kalo gitu saya turun dulu ya," pamit Arka.

Arka kembali ke kamar dengan nampan berisi sepiring nasi dan susu cokelat hangat. Tadi ia bertanya pada Bunda apa yang bisa bikin mood Khalisa naik lagi kalau sedang kedatangan tamu bulanan. Jadilah ia membuat susu cokelat untuk istrinya setelah diberitahu sang mertua kalau Khalisa biasanya minum susu cokelat hangat untuk menghangatkan perut, karena saat kedatangan tamu biasanya perut Khalisa terasa sakit.

"Ini saya bawain kamu makan sama susu cokelat anget," kata Arka sembari menaruh nampan di nakas samping Khalisa.

Khalisa yang mencium aroma susu cokelat itu tergoda tapi malas untuk bergerak. Arka yang mengerti ekspresi yang di tunjukkan oleh istrinya tersenyum, lalu mengambil susu itu kemudian ia duduk di samping istrinya.

"Ini saya pegangin kalo mau minum," katanya kemudian meniup susu yang masih sedikit panas itu.

Arka mengarahkan pada mulut Khalisa, Khalisa yang melihat itu sudah pasti senang karena ia bisa meminum susu tanpa banyak bergerak.

"Udah", kata Khalisa ketika Arka menyodorkan susu lagi.

Melihat susu yang masih tersisa Arka meminumnya daripada mubazir, tepat pada bekas Khalisa minum. Khalisa yang melihat itu sedikit tersentak.

"Alhamdulilah" kata Arka setelah minum.

"Ehhh, ehh ko lo minum di bekas gue sih? jijik tau", kata Khalisa mengambil gelas kosong yang berada di tangan Arka.

"Kenapa jijik? susunya enak kok" kata Arka santai.

"Bukan masalah susunya, itu kan bekas minum gue, emang lo ga jijik minum disitu?", kata Khalisa.

"Kenapa harus jijik? bekas istri saya sendiri, dapet pahala malah karena mengikuti Rasulullah" kata Arka.

Khalisa yang mendengar itu hanya diam, karena ia masih tidak mood untuk apa-apa, tapi hatinya menghangat mendengar perkataan Arka.

"Sekarang kamu makan nasinya ya? kasian perut kamu", kata Arka.

"Gue udah kenyang, males ngunyah juga", kata Khalisa.

"Tapi kamu ga boleh tidur dengan perut kosong, nanti sakit loh", kata Arka membujuk istrinya.

"Ya gimana, gue udah kenyang minum susu tadi", kata Khalisa.

"Yasudah, nanti kalo laper langsung makan ya? kalo masih males gerak panggil saya aja, nanti saya suapin", kata Arka tersenyum manis.

Khalisa hanya diam tak menanggapi, ia kembali mengotak-atik Hp. Sedangkan Arka menuju meja dan membuka laptop.

Selesai dengan kegiatannya, Arka menatap Khalisa, ternyata istrinya sudah tertidur dan nasi di nampan masih utuh tak tersentuh.

Ia menghampiri Khalisa yang tertidur dengan wajah damainya. Dipandangi wajah itu, wajah yang kini halal baginya untuk di lihat kapan saja. Arka sangat bersyukur karena ia di persatukan dengan perempuan yang mengganggu pikirannya itu, Arka merasa Allah mengabulkan doanya. Di belainya perlahan rambut Khalisa dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya, menandakan bahwa Arka tengah bahagia.

"Terima kasih Ya Allah telah menghadirkan salah satu bidadari-Mu untuk menamai ibadah ku, istriku karunia untukku, bantu aku agar bisa membimbingnya Ya Rabb", kata Arka dalam hati dengan tangan yang masih setia mengelus kepala Khalisa.

Namun ia masih canggung untuk tidur satu ranjang bersama istrinya, ia juga takut jika Khalisa tak mengizinkannya, alhasil ia menidurkan diri di sofa dekat meja belajar.

ෆෆෆ

Mentari pagi menunjukkan cahayanya yang bersinar, dan Khalisa baru bangun dari tidurnya yang sangat nyenyak, hal ini membuat moodnya yang semalam buruk jadi membaik. Lantas ia bangun dan meregangkan tubuh.

Di depan meja rias di dapati Arka yang sedang membenarkan kancing lengan kemejanya, lalu di susul dengan memakai peci.

Melihat hal itu Khalisa jadi teringat kalau dia sudah menikah ternyata.

"Ustadz mau kemana? pagi-pagi udah rapi aja," tanya Khalisa.

"Sobakhul khair zaujati", bukannya menjawab pertanyaan Khalisa ia malah mengucapkan hal lain.

"Hah? nama gue Khalisa bukan Siti," bisa-bisanya laki-laki itu mengganti namanya yang keren menjadi Siti.

"Zaujati bukan Siti, artinya istriku", kata Arka memberitahu.

Khalisa hanya ber-oh saja mengetahui arti panggilan itu.

"Ustadz mau kemana?", tanya nya lagi.

"Saya mau ngajar", jawab Arka.

Arka berjalan menuju sofa tempatnya tidur semalam untuk membereskan selimut yang masih berantakan disana. Melihat itu Khalisa jadi berfikir, mungkin kah lelaki itu tidur di sofa semalaman?
Jika iya dirinya begitu jahat bukan, membiarkan orang yang sudah baik padanya tidur di sofa yang sempit, tapi tak mau berbohong, ia belum siap untuk berbagi ranjang dengan Arka meskipun kini mereka berstatus suami-istri.

Arka merasa bahwa ia sedang di tatap oleh Khalisa, kemudian ia berbalik dan mengampiri Khalisa.

"Terimakasih sudah bersedia menerima saya di hidup kamu, maaf jika kehadiran saya merusak impian yang sudah kamu susun. Tapi izinkan saya buat jadi imam yang baik buat kamu, saya tidak mau lalai dari tanggung jawab saya." kata Arka tiba-tiba.

Khalisa yang mendengar itu diam, ia tak tau harus menjawab apa. Dalam hati ia membenarkan kata Arka bahwa ia sebenarnya belum mau menikah dan tidak mau di jodohkan, tapi ini semua demi kebahagiaan orang tuanya, lagi pula ia sudah berjanji pada Ayahnya untuk menjadi anak yang baik dan nurut.

"Jangan ngomong gitu, gue gapapa kok," kata Khalisa setelah beberapa saat.

"Kalau ada suatu hal yang menganggu pikiran kamu, kamu boleh cerita sama saya. Semoga Allah selalu meridhoi kamu," kata Arka tersenyum lalu berpamitan untuk berangkat mengajar.

Terima kasih sudah berkenan membaca.
Tinggalkan jejakmu dengan memberi komentar dan vote☆.

TEMAN SUJUD (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang