Bagian 3

11 0 0
                                    

Happy Reading....

Alih-alih berpamitan dengan sang Bunda dengan dalih membeli martabak di depan komplek, Khalisa kini sudah berada di cafe untuk merayakan hari ulang tahun pacarnya.

"Ehh sorry ya gue telat, belum mulai kan?", kata Khalisa memasuki cafe dengan nafas terengah.

"Belum, santai aja keles kaya abis di kejar setan aja lo", kata Saka teman lelakinya.

Dari arah kanan muncul laki-laki dengan paras tampan dan tinggi, sama seperti Khalisa memakai jaket kulit hitam. Ya, benar, mereka memang membeli jaket couple.

"Sayang kamu udah sampe?", tanyanya pada Khalisa.

"Iya, maaf ya biasalah harus ijin Ayah dulu", kata Khalisa dengan raut muka terlihat sendu.

"Gapapa, yang penting sekarang kamu udah disini", kata Jefan.

Iya, laki-laki itu bernama Jefan Pradipta yang kini berstatus sebagai pacar Khalisa Adyamecca. Namun hubungan keduanya mendapat pertentangan dari Rahman alias Ayah Khalisa karena menurut Rahman jika Jefan adalah laki-laki yang baik dan benar tak akan mengajak putrinya untuk berbuat dosa. Namun apalah Khalisa, tidak mendengarkan kata sang Ayah dan malah melanjutkan hubungan ini. Ia juga tak bisa membohongi perasaannya begitu saja bahwa ia memang mencintai Jefan.

"Ini buat kamu, belinya juga dadakan tadi pas jalan kesini, semoga kamu suka", kata Khalisa sambil menyerahkan kotak dibalut kertas kado berwarna navy.

"Apapun dari kamu pasti aku suka", kata Jefan lembut.

"Ini jadinya mau ngerayain ulang tahun lo apa kita-kita jadi obat nyamuk disini?", cetus Lia melihat dua sejoli itu asyik sendiri.

"Sana pada pesen makan, gue yang bayar semuanya, puas-puasin lo pada", kata Jefan sambil meraih tangan Khalisa dituntun untuk duduk bersamanya.

Acara ulang tahun Jefan yang di isi dengan makan-makan bersama teman-temannya berjalan lancar dan seru, mereka mengobrol, bercanda ria, menyanyi, main gitar bahkan tak jarang mereka bilang kalau iri melihat Khalisa yang di perlakukan bak ratu oleh Jefan.

Bagaimana tidak, Jefan memotongkan daging steak untuk Khalisa, langsung menyodorkan minuman saat Khalisa tersedak, mengelap bibir Khalisa saat Khalisa makannya berantakan, menguncir rambut Khalisa saat Khalisa kesusahan makan dengan rambutnya yang terurai. Hal-hal kecil seperti itu membuat mereka menatap iri Khalisa.

"Aku ke kasir sebentar ya, kamu tunggu disini nanti pulangnya bareng aku", kata Jefan beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke meja kasir.

Khalisa hanya mengangguk sebagai jawaban. Hingga beberapa saat Jefan belum datang, entah apa yang dilakukan pacarnya itu di meja kasir. Bosan menunggu, Khalisa meminjam HP Jefan untuk berfoto.

Saat asik berfoto, tiba-tiba ada panggilan masuk dengan nama yang tertera inisial huruf S, karena penasaran dan siapa tahu itu panggilan penting Khalisa mengangkat telfonnya.

"Halo sayang, kamu dimana?", kata seseorang dari seberang sana.

Mendadak hati Khalisa berdenyut sakit, air matanya mengucur, dadanya yang tadi bergemuruh karena perlakuan manis Jefan kini berubah menjadi amat sesak. HP yang ada di genggamannya jatuh ke lantai.

Brakk

"Ca lo kenapa?, kok lo nangis?", tanya Lia dengan wajah panik mendekati sahabatnya.

Khalisa hanya diam, tak mampu berbicara.

Teman-teman dekat Khalisa memang sudah biasa memanggil Khalisa dengan sebutan 'Ica', panggilan itu dibuat oleh Lia dari saat mereka duduk di bangku SMA, yang katanya biar lebih akrab.

"Lah, kenapa lo? makanannya ga enak ya?" kata Saka bertanya.

"Ngawur lo sak, Ica tuh di gigit nyamuk", Hendra menimpali.

"Itu giginya sakit gara-gara steak nya alot bego", Aris ikut menyeletuk dengan tangan menggeplak Hendra.

"Lo pada diem deh, anak orang lagi nangis malah lo becandain", kata Lia serius.

Jefan datang dengan muka seolah bertanya kenapa pujaan hatinya menangis.

"Sayang, what happen? kamu kenapa nangis?", tanya Jefan.

PLAK

Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi kanan Jefan. Mereka yang melihat itu kaget dengan bibir yang terbuka. Terlebih lagi Jefan yang tidak menyangka Khalisa berbuat seperti ini padanya.

"Jangan panggil aku sayang lagi, kita putus", kata Khalisa dengan tangannya yang gemetar dan air mata yang semakin deras.

"Kok kamu nampar aku sih? aku ada bikin salah sama kamu? terus kenapa tiba-tiba bilang putus, siapa yang ngijinin kamu buat keputusan kaya gitu?", kata Jefan beruntun. Sedangkan teman-temannya hanya bisa menonton dengan ekspresi yang bertanya-tanya, karena yang mereka lihat barusan mereka berdua terlihat romantis.

Khalisa mengambil HP Jefan yang terjatuh di lantai, "Ini apa? ada yang telfon manggil kamu sayang. Aku tadi takut kalo aku salah denger, tapi aku udah kenal dia bertahun-tahun, itu suara Sabila, kenapa dia manggil kamu sayang? kamu selingkuh sama dia?"

Jefan yang mendengar itu sontak terkejut, begitu pula dengan temannya yang lain. Lia langsung terduduk dan menutup mulutnya karena tak menyangka kalau temannya di khianati oleh temannya juga.

Jefan meraih tangan Khalisa dan tentunya langsung di tepis oleh sang empu.

"Aku ga selingkuh, dia yang rayu-rayu aku, dia yang berusaha buat deketin aku", kata Jefan membela diri.

"Tapi kamunya juga mau kan di rayu? kamu juga mau kan di deketin?. Sekarang aku tanya, udah berapa lama kamu sama dia?", kata Khalisa dengan air mata yang terus menetes sambil menguatkan dirinya.

"Aku ga selingkuh sa", Jefan tetap pada jawabannya.

"BERANI LO NYAKITIN SAHABAT GUE? BRENGSEK LO", teriak Lia di depan wajah Jefan karena tak tega melihat Khalisa menangis terus-terusan. Pasalnya Khalisa adalah gadis ceria yang selalu tertawa.

"Oke gue ngaku, gue kaya gini karna temen lo ini udah gamau ketemu sama gue, udah gamau jalan sama gue. Apa-apa harus ijin sama bokapnya, sedangkan bokapnya ngelirik gue aja kaga, jadi ya gue jalan sama Sabila, salah gue kalo mau seneng-seneng?", kata Jefan mengeluarkan apa yang sudah di pendam beberapa minggu terakhir ini.

"Jadi kamu nyalahin Ayah aku?", kata Khalisa setelah mendengar penuturan Jefan.

"Ma.. maksud aku ga gitu sa", Jefan tergagap seolah ia sadar bahwa salah bicara.

"Aku mau kita putus", kata Khalisa lalu beranjak pergi dari cafe. Di susul Lia yang berlari mengejarnya.

Panggilan Jefan berkali-kali tak di gubris.

"Parah lo Jep, selingkuh sama Sabila, cakepan juga Ica, rabun ya lo?", tanya Saka dengan menonyor kepala temannya itu.

"Brisik lo banci", kata Jefan yang masih emosi.

"Harusnya lo bisa ngertiin posisi dia Jep kalo dia kaya gitu karna bokapnya bukan karena mau dia sendiri. Bukannya lo bujuk bokapnya biar dapet restu, bawain martabak kek, beliin lamborghini kek, bukan malah selingkuh, lo bego nya murni banget dah", kata Aris panjang lebar.

"Tumben otak lo agak bener dikit", kata Hendra.

"Udah-udah diem lo pada, gue pusing nih", kata Jefan menggaruk-garuk kepalanya.

Sedang di perumahan sana, Khalisa terduduk mendengarkan Ayahnya yang sedang marah, karena lagi-lagi ia berbohong.

Terimakasih sudah berkenan membaca, tinggalkan jejakmu dengan memberi komentar dan vote☆.

Silahkan follow untuk update part selanjutnya, boleh unfollow jika cerita sudah end.

TEMAN SUJUD (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang