Salah Paham

576 28 0
                                    

Jam 16:30 WIB Bima dan Una sudah berada dirumah, keduanya memilih mandi berdua. Alasannya lebih cepat, nyatanya ya makin lama kan ges hahaha.

Adzan magrib berkumandang keduanya baru saja keluar dari kamar mandi. Lalu mengenakan pakaian dan memilih sholat berjamaah.

Akhirnya Una mengakui bahwa sudah tak keluar darah nifas nya sejak kemarin. Ya kalian pasti paham mengapa keduanya cukup lama berada dikamar mandi.

Setelah sholat, Bima menaruh kepalanya pada paha Una. Una masih mengangkat tangannya, ia masih fokus pada doanya.

"Mas kenapa liatin aku kaya gitu?" Tanya Una saat selesai

"Istri mas cantik banget, selalu cantik" jawab Bima

Una tersenyum, ia mengelus kepala sang suami, lalu memperhatikan wajah suaminya tersebut.

"Besok cukur rambut sekalian ini kumis ya, udah mulai panjang ini" ujar Una

"Kamu aja yang bantu mas boleh ga? Besok sebelum berangkat?" Tanya Bima

"Kumis aja, kalo cukurnya nanti aku anter"

Keduanya saling pandang. Lalu seperti biasa Lala sudah membuka pintu kamar keduanya yang tak mereka kunci.

Lala tidak berisik, ia menaruh kepalanya pada lengan Bima yang ia rentangkan. Bima tersenyum merasakan tangannya terisi oleh sang anak. Una juga hanya diam melihat tingkah lucu Lala.

"Misa sama pibi dari mana saja? Lala sama ade ko tidak diajak?" Tanyanya dengan posisi memiringkan tubuh kearah Bima.

"Misa sama pibi kerja ka, kaka kenapa?" tanya Una

"Tidak apa-apa, kaka hanya mau bilang kalo kaka sayang ade misa, kaka siap jagain ade kalo misa sama pibi kerja. Ade tuh gemesin ya misa" ujar Lala jujur

Kini Bima ikut memiringkan tubuhnya kearah Lala, memandangi wajah anaknya.
"Kaka, makasih ya udah temenin pibi sama misa lewatin semua hal sampe ada ade. Kaka mau punya ade lagi ga?"

Mata Una tentu membulat, Una kira akan ada adegan romantis ayah dan anak, namun ia salah. Bima justru melontarkan hal-hal yang akan mempengaruhi Lala.

"Awww..." pekik Bima

"Kamu tuh mas yang bener aja Lala masih kecil tau, Andra juga. Jaga in anak tuh susah, butuh kesabaran extra. Kalo poligami harus adil, punya anak lebih dari satu juga mas! Emang mas bisa?" Ujar Una menerangkan

Bima kembali menatap Una
"Bisa, jadi bolehnya poligami atau nambah anak sama kamu!"

Lagi-lagi Una membulatkan matanya. Mencubit kedua pipi Bima gemas. Bagaimana tidak suaminya ini benar-benar tak menyaring kembali ucapannya.

"Kalo ngomong yang bener mas, kalo kejadian gimana? Aku si gamau kalo dimadu!"

"Ngapain madu kamu? Madu aja insecure Sha sama kamu, kamu udah manis"

"Iya misa madu itu manis, enak. Kaka suka" tambah Lala

"Tuh misa dengerin anaknya, manis"

"Diem ah malah gembel"

"Gombal dong sayang"

Lagi-lagi Lala hanya menjadi penonton, mendengarkan ocehan kedua orang tuanya yang tak begitu ia pahami. Lalu ia bangkit, berjalan kearah Una. Mencium pipi sebelah kiri Una.

Cup...

Amarahnya mereda, seperti mendapat banyak sekali kebahagiaan. Diukirkannya senyum pada wajah cantiknya. Bima yang menyaksikan ikut mencium pipi sebelah kanan Una.

"Biar impas sayang" tambah Bima, takut-takut Una akan kembali mengamuk dan senyuman itu hanya akan berlaku untu anak-anaknya. Ternyata tidak, Una tetap tersenyum. Bahkan pipinya memancarkan kemerahan.

Bim - Sha (labim) session II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang