Satu bulan sudah Bima harus sering mengunjungi gedung putih dengan bau khas obat-obatan. Seperti pagi ini Bima sudah berada diruang humas Rumah Sakit Mahasagara.
Bukan, bukan hanya karena untuk menjenguk Una. Namun karena ia akan menandatangi kontrak kerjasama untuk pembangunan gedung baru rumah sakit tersebut.
"Jadi di kontrak selama 9 bulan ya mba?" tanya Bima pada Bu Andini salah satu humas dirumah sakit tersebut.
"Betul pak!"
"Oke kalo gitu mungkin besok saya akan mulai turunkan beberapa peralatan pendukung ya mba, paling malam si kayanya" jelas Bima
Setelah itu Bima pamit untuk menuju ruangan yang selama satu bulan ini ia kunjungi. Tak pernah absen sehari pun. Walaupun ia tak datang pada waktu yang sama setiap harinya. Terkadang pagi, siang, sore atau bahkan malam hari. Apapun itu ia akan lakukan untuk bertemu dengan istrinya
Ruangan Una yang berada di lantai 3 dan berada paling ujung membuat Bima harus lebih cepat berjalan. Karena dirinya akan ada janji kembali pada pukul 2 siang dengan lokasi yang cukup jauh dari tempatnya berada. Sedangkan kini sudah pukul 11:30 siang. Artinya tak banyak waktu untuk melihat istrinya dan mendengarkan penjelasan dokter Darmawan.
Penjelasan itu tetap nomer satu bagi Bima, karena Bima memang mendapatkan pesan mengenai kondisi istrinya yang tak sadarkan diri.
***
Ruangan VVIP IV - Jasmine 7
Papan yang bertuliskan tipe kamar dan juga nama kamar tersebut berada tepat disamping pintu kamar milik Una.
Bima membuka pintunya perlahan. Terlihat Una sedang terlelap dalam tidurnya. Senyumnya merekah melihat kedamaian pada tidur Una kali ini. Ia benar-benar bersyukur kini kondisi sang istri semakin membaik, pikirnya.
"Halo sayang, gimana keadaan kamu hari ini?" tanya Bima pada Una yang masih memejamkan matanya
"Sha ayo pulang, aku dan anak-anak nunggu kamu banget. Sha, maaf ya aku terpaksa harus nitipin Lala ke Tari dan Kai karena aku ngga sanggup buat ngurusin dua anak kita sendiri karena selalu berebut maunya digendong sama aku, kalo dipikir-pikir kamu hebat banget ya!Kalo Andra dia ada sama bunda kalo aku lagi kerja, tapi selalu aku ambil. Kadang bunda yang main kerumah, oh iya ada El dan Yaya juga yang bantu aku jagain Andra. Aku minta maaf udah kasih Andra susu formula karena aku ngga mungkin selalu mengharapkan ASI kamu sedangkan kamu mengonsumsi obat-obatan." terang Bima sambil menggenggam tangan Una
"Sha, semoga setelah ini akan ada berita baik buat aku ya! Aku kangen kamu, aku kangen kebersamaan kita! Aku kangen Lala anakku yang cerewet itu, aku kangen Andra di gendong sama ibunya. Aku kangen kita kumpul berempat! Sha, kamu bisa pulang karena kamu yang usaha bukan aku. Aku akan mengusahakan yang terbaik buat kamu. Tapi kamu harus janji sama aku kalo kamu akan membaik dan harus pulang secepatnya"
Tak terasa air mata Bima mengalir membasahi pipinya. Sesekali ia seka agar tak terus-terusan jatuh. Namun semakin ia tahan rasanya semakin banyak air matanya yang mengalir.
Mungkin kali ini rasanya benar-benar tak dapat ia tahan. Sudah sebulan ia tampakkan senyumnya yang palsu padahal orang-orang terdekatnya tau bahwa hatinya tak pernah baik-baik saja.
Sudah satu bulan ia menjadi ayah sekaligus ibu bagi kedua anaknya. Minggu ketiga pula baginya tak melihat anak perempuannya karena disibukkan oleh beberapa pekerjaan.
Kini tubuh yang semula kekarnya mulai mengurus, tampak terlihat jelas. Orang-orang disekitar seringkali menasihatinya untuk menjaga dirinya sendiri. Namun mau sebaik apapun ia menjaga tubuhnya dengan makan tepat waktu atau meminum vitamin, jika pikirannya tak dikontrol dengan baik tetap saja akan merubah dirinya. Pikirannya memang selalu berkelana, terbagi pada tiga tempat berbeda. Tiga tempat dimana orang-orang tersayang berada dengan kondisinya masing-masing.
Masih dalam keadaan menangis dua orang yang ia kenal belakangan ini masuk kedalam. Bima yang mengenali suara dua orang tersebut dan ditambah suara handle pintu semakin menyadarkan jika keduanya akan melihat kondisi istrinya, menyadari hal itu ia kembali menyeka air matanya. Lalu berbalik badan menghadap dua orang yang baru saja menyaksikan aksi Bima tersebut.
Dr. Darmawan dan Ania menyunggingkan senyumnya. Keduanya mengerti dan paham perasaan laki-laki yang kini sedang berada dihadapan mereka.
"Hai Bim!" Sapa Ania
Ania, semula memang klien Bima yang ternyata tetangga Una itu adalah seorang Psikolog. Sejak bertemu Una, Ania menyadari bahwa ada yang aneh dari Una. Ania memang sering menghubungi Bima untuk meminta dirinya membawa Una ke psikolog. Saat itu Bima meminta Ania saja yang membantu Una. Ania tentu dengan senang hati melakukan itu pada tetangga nya. Namun setelah Ania melakukan pendekatan justru Una merasa Ania adalah sumber terbesar kondisinya semakin parah.
Sedangkan Dr. Darmawan adalah dokter kejiwaan. Gelarnya bukan Sp. OG melainkan Dr. Darmawan Sp. KJ, yang Ania rekomendasikan pada Bima.
Kaluna Hiranya Shana, di vonis menderita Skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan mental yang menyebabkan individu mengalami halusinasi, delusi, dan perubahan perilaku. Kondisi ini dapat memengaruhi pola pikir dan tindakan penderita, sehingga mengurangi kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang sekitarnya.
Bima menyadari ini sejak Una mengalami baby blues. Ia pikir kondisinya akan membaik, namun ternyata makin tak terkendali sehingga Bima memutuskan membawanya ke rumah sakit.
"Hai An" sapa Bima balik
"Pak Bima, kalo kamu mau nangis ngga apa-apa lho. Tenang saja saya ngga akan lihat, laki-laki menangis tidak akan terlihat lemah ko pak." Terang Dokter Darmawan
"Hahaha iya dok, saya aman aja. Jadi gimana tadi istri saya" tanya Bima balik
"Halusinasinya cukup berkepanjangan. Ia masih sering menganggap semua orang sesuai dengan halusinasinya. Tadi saya sempat melakukan terapi dan berakhir ibu Kaluna pingsan. Tapi ini justru perkembangan yang bagus buat ibu Kaluna karena sudah semakin menyadari bahwa dirinya memang hanya sedang berada dalam halusinasinya. Perlahan ia sadar, walaupun belum sepenuhnya dapat membedakan. Tapi pak Bima memang perlu sabar karena kondisinya tak akan selalu stabil dalam waktu dekat ini." Terang Dr. Darmawan
Bima dapat bernafas lega, ia benar-benar bersyukur walaupun memang tak dipungkiri ia sudah cukup lelah jika harus menunggu lagi. Tapi setidaknya ia tak menerima berita buruk tentang istrinya.
"Pak Bima, sepertinya pak Bima juga perlu pengobatan" terang Dr. Darmawan
"Saya dok?" tanya Bima memastikan
"Iya pak, bapak ini fokus menyembuhkan istri bapak dan tidak memikirkan diri bapak sendiri"
"Obat saya ada diistri saya dok, jika Shasa bisa segera sembuh saya akan jauh lebih sembuh. Percuma kan dok saya konsultasi kalo pusat dunia saya aja masih tak bisa diajak komunikasi dengan baik" tolak Bima
Dokter Darmawan tersenyum, mungkin ia akan berpikir Bima memang bucin atau budak cinta. Tak apa, Bima tak mempedulikannya
"Kalo pak Bima sudah merasa butuh, ruangan saya masih sama ya pak atau bapak bisa mulai dengan Ania terlebih dahulu" terang sang dokter kembali
Bima mengangguk malu dan menyunggingkan senyumnya.
Jika kalian tanya selama ini permintaan Ania pada Una kala itu adalah nyata jawabannya tidak. Bagaimana perselingkuhannya dengan Juno? Lagi-lagi narasi-narasi itu hanya bersarang pada kepala Una. Mereka hanya hidup didalam halusinasi Una. Namun tak perlu khawatir, kini Una sudah ditangani oleh ahlinya. Doakan ia dapat kembali bersama keluarganya.
====***====
Hallo teman-teman semua!
Aku 'zee'! Salam kenal ya☺️
Aku meminta maaf karena sudah lama di upload. Tapi akan ku upayakan update di setiap minggunya. Semoga kalian masih setia dan mau menunggu ya.Mohon maaf jika ada penggunaan bahasa yang kurang baik, yang menyinggung, atau ada kesamaan pada latar belakang, alur, tempat dan tokoh ya.
Buat teman-teman jaga kondisi kesehatan ya!
Yang punya beban pikiran jangan dibiarkan bersarang dan akhirnya mendatangkan banyak penyakit.
Ngga ada salahnya membagi cerita kalian pada orang-orang yang kalian percaya. Fighting!Happy reading, enjoy!💙
-minzee-
![](https://img.wattpad.com/cover/365342612-288-k897018.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bim - Sha (labim) session II (END)
RomansaUna seorang istri yang mandiri dan cukup keras kepala. Keluarga yang dimilikinya sempurna, Bima laki-laki yang sangat mencintainya dan kedua anaknya yang sangat menggemaskan. Keluarga yang harmonis kini sedang diterpa badai. Una yang harus mengalah...