LIMABELAS

18 4 1
                                    

Cakra membuat lamunan Renaya buyar karena ia sejak dari tadi hanya duduk diam. "Kamu kenapa?"

"Hah? Oh gak, gapapa."

"Kamu masih memikirkan kakak-kakak mu?"

Renaya hanya mampu menundukkan kepalanya. Cakra yang melihat sikap Renaya yang tak seperti biasanya, akhirnya Cakra menaikan wajah Renaya, sehingga mereka kini bertatap-tatapan.

"Tenang, kamu tidak usah terlalu memikirkannya, suatu saat mereka pasti akan kembali kerumah."

"Tapi aku takut Cakra."

Cakra yang memegang tangan Renaya bertujuan untuk menguatkannya. "Tidak ada yang perlu ditakutkan Renaya." Cakra sambil mengusap punggung kedua tangan gadis yang cantik itu. Cakra melihat Renaya yang mulai mengerti maksudnya. "Paham kan?"

Renaya hanya mengangguk.

"Renaya yok ikut aku." Pinta Cakra untuk mengajak Renaya.

"Kemana?"

"Iya.." Cakra melihat sekelilingnya. "Iya jalan-jalan menyusuri negara ini, negara London. Kamu kan nanti kembali ke negara mu, sedangkan aku masih harus tetap disini untuk pendidikan." Sambil tersenyum, Cakra mungkin ingin meluangkan moment bersama Renaya, karena Cakra tau moment ini tidak akan terulang kembali.

"Emang kamu tau harus kemana? Nanti takutnya tersesat bagaimana." Ejek Renaya yang tidak mau diambil serius, karena Renaya tau ini adalah moment yang begitu langkah butuh bercandaan juga agar tidak terlalu sedih jatuhnya nanti.

"Bisa jadi."

"Kok bisa jadi??" Ujar Renaya sambil mengerutkan keningnya.

"Iya, nanti misalnya yang tersesat kan kita berdua, jangan takut." Cakra menyakinkan Renaya.

"Baiklah." Renaya hanya mampu pasrah dengan ajakan Cakra.

Mereka berdua berjalan sambil melihat pemandangan yang ada disekitarnya. "Indah iya, negara London."

"Ku bilang juga apa." Sambung Cakra.

Tiba-tiba Cakra berhenti, dan Renayapun bertanya kepada Cakra untuk memastikannya. "Ada apa Cakra?"

"Mau ini? Cobain deh pasti cocok." Cakra menunjukan Renaya jaket agar dia selama di London tidak kedinginan. Kemudian Cakra memakaikannya ke Renaya. "Always beautiful girls !!" Puji Cakra. Renaya hanya tersenyum melihat ke khawatir an Cakra terhadap dirinya. "How much is this, Sir?" ( Berapa ini, Pak? ) Cakra menggunakan Bahasa Inggrisnya untuk berbicara terhadap orang London.

"10 Pound." Ucap pedagang tersebut.
( Pound adalah mata uang Negara London. )

"I want to buy this, Here's the money." ( Saya mau beli ini, Ini uangnya. )

"Sure, Thank you very much." ( Tentu, Terimakasih banyak. )

Kemudian Renaya dan Cakra melanjutkan untuk menyusuri setiap sudut kota London.

"Naya nanti mau istirahat dimana?" Tanya Cakra untuk memastikan agar Renaya selalu aman ketika di London.

"Aku nanti di apartement bersama kakak Kie."

"Bagus."

Tiba-tiba Renaya terduduk di tempat duduk pinggir jalan. "Eh capek iya?" Cakra melihat Renaya yang sedang kelelahan.

"Iya Cakra."

Renaya merasa bingung kenapa Cakra membungkuk dan membelakanginya. "Naik lah ke punggung ku." Pintah Cakra.

"Tidak Cakra, nanti punggung mu berat." Sambung Renaya. Karena dia tidan mau membuat Cakra begitu kelelahan terhadap dirinya

Tanpa basa basi Cakra pun berdiri dan mengangkat Renaya, sehingga wajah mereka hanya berjarak satu jengkal saja. Cakra membawaku ke mobil dan dia mengantarkanku pulang. Setelah ditunggu-tunggu akhirnya kita berdua sampai. "Kamu bisa berdirikan?"

"Bisa kok Cakra, Cakra ga usah khawatir."

Cakra keluar dari mobil untuk membukakan pintu untuk Renaya. "Terimakasih." Ujar Renaya.

Renaya merasa ada yang janggal. Kemudian dia segera menanyakan kepada Cakra. "Kok ga pergi??"

"Aku selama di London, tinggal disini juga, itu apartement mu kan, dan disebelah itu apartement ku, kita bertetanggaan." Cakra menjelaskan semuanya sambil menunjuk nunjuk.

"Oh gitu, baiklah Cakra. Terimakasih iya." Renaya melambai-lambaikan tangannya ke Cakra. Kemudian dia masuk, tak lama dari itu ada kakak nya yang tiba-tiba muncul lebih tepatnya suami Kie, iya dia adalah Rajendra. "Hm habis darimana sama Cakra?" Ledek Rajendra untuk adek kesayangannya itu.

"Apaan sih kak, orang lagi muter-muter aja kok." Jawab Renaya sambil pergi ke kamar. Setiba dikamar ia langsung mencari tempat duduk dan membayangkan akan moment nya yang terjadi barusan.

 Setiba dikamar ia langsung mencari tempat duduk dan membayangkan akan moment nya yang terjadi barusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hm romantis juga." Batinnya.

Sekarang bayang-bayang Renaya hanya tertuju pada laki-laki itu. Tapi Renaya sadar dia tidak sebanding dengannya, pasti diluar sana ada yang lebih beruntung.

"Cakra orangnya baik, Cakra pintar, Cakra perhatian, Cakra tidak banyak gaya seperti laki-laki diluar sana, Tapi aku tidak bisa apa-apa kalau tidak ada dia. Sungguh Renaya sangat bertolak belakang sama Cakra." Ucap Renaya sambil bermonolog sendiri didepan kaca.

Kie yang dari tadi melihat Renaya, tapi diabaikan olehnya. Kie ikut tertawa mendengar ucapan Renaya yang memuji-muji adeknya. Renaya baru tersadar akan kedatangan Kie. "Kakak?" Renaya yang pura-pura sibuk mencari laptopnya, agar apa yang dia dengar barusan bisa dianggap hanyalah seperti angin.

"Renaya Renaya.." Kie menggelengkan kepalanya.

Renaya tak mengerti apa maksud Kie. Dia hanya menaikan satu alisnya saja.

"Kamu dari tadi bicara sendiri loh, kamu sedang jatuh cinta iya?" Kie menoel pundak Renaya.

"Hmm nga, siapa juga yang jatuh cinta, najis banget." Renaya tidak mau kalau dengan ledekan Kie.

"Yakin? yaudah nanti kalau Naya punya pacar, jangan lupa bawa kerumah biar kakak-kakakmu tau." Bisikan Kie membuat bulu kuduk Renaya naik semua. Renaya hanya takut kepada kedua kakak nya saja, bagaimana bisa dia menceritakan pacarnya didepan kakaknya, yang ada pacar Renaya mala dihabisin sama kedua kakaknya.

"Sudah sana-sana." Renaya menarik Kie untuk keluar dari kamarnya dan dia hanya mengunci kamarnya seorang.

"Renaya.." Kie mencoba mengetuk pintu kamarnya berulang-ulang. "Renaya aku hanya bercanda, tolong maafkan aku."

Renaya mengabaikan suara Kie.

"Renaya aku sudah masak makanan kesukaanmu, jangan lupa turun dan makan lah bersama kami." Sambung Kie.

***

See you next part, semoga suka iya jangan lupa tinggal kan jejak vote dan komen biar author tambah semangat, semangat puasanya untuk para readersku tercinta.✨❤️

DIL MEIN CHANGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang