TUJUHBELAS

13 3 0
                                    

Cakra menghampiri apartement Renaya dan ia menjelaskan apa yang sedang terjadi. Kemudian Renaya hanya diam mematung tak percaya, bahwa kehidupannya, masa depannya, akan hancur sekejam.

"Aku gamau Cakra, aku gamau nikah sama kamu?!" Renaya membentak Cakra sambil menangis.

"Renaya Renaya."

Cakra menghampiri Renaya dan berusaha menenangkannya. Dia memegang kepalanya dan menyisihkan rambutnya, sehingga Cakra kini menatap mata Renaya yang memiliki bola mata berwarna biru, dan sangat cantik.

"Aku tau kamu pasti menolak, aku juga ingin menolak Renaya, karena aku mau fokus kuliah dulu." Cakra memegang tangan Renaya. "Aku tau kau gadis yang baik Renaya."

Renaya menaikan satu alisnya dan masih penasaran sama ucapan Cakra barusan.

"Tolak lah lamaran ayah ku ini, demi diriku juga."

Renaya menjauhkan dirinya dari Cakra. "Apa maksudmu, Cakra!! Ayah mu itu pembisnis besar, jika lamaran ini dibatalkan maka Ayahmu pasti sangat marah besar."

"Aku tau Renaya, Aku tau itu."

"Dan kenapa Ayahmu memilihku sebagai calon istrimu, kau sangat baik Cakra, aku tidak pantas menjadi istrimu, diluar sana masih ada wanita yang berpendidikan, cantik, dan sangat pintar bukan. Aku tidak sebanding dirimu, Cakra Pangestu." Renaya menghapus air mata nya yang dari tadi membasahi pipinya.

"Renaya..." Cakra menghampiri Renaya.

Akan tetapi Renaya melihat langkah kaki Cakra semakin mendekat dengan dirinya. "Cukup Cakra? BERHENTI !"

Cakrapun berhenti ditempat, dia sangat terdiam kaku.

"Cakra misi kita kan hanya menyatukan kakak Kie sama Rajendra, kenapa kita harus terlibat?" Renaya bertanya pada Cakra sambil menangis.

"Okey,, Okey,, Maafkan aku." Ujar Cakra dari kejauhan.

"Maaf katamu?! Ga guna." Renaya mendorong Cakra hingga terjatuh di atas ranjang.

Kini wajah mereka hanya berjarak sangat dekat. Mereka terdiam bersama-sama. Tiba-tiba pintu apartement terbuka, Renaya melihat yang ada di depan pintu, dia adalah kakak-kakak nya. Rajendra & Kie terkejut melihat perilaku mereka berdua.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Lontaran Rajendra untuk mereka berdua.

"Kakak, aku bisa jelasin." Cakra menghampiri mereka berdua.

Renaya menghampiri mereka juga. "Sebenarnya, kita gak ngapa-ngapain kok cuman kenapa harus kita yang jadi tumbalnya, awas aku mau lewat." Renaya menyenggol badan Kie. Dan dia pergi keluar entah kemana.

Cakra melihat hal tersebut segera mengikuti Renaya, karena Cakra tidak mau terjadi apa apa padanya. "Permisi."

Renaya tau ada yang mengikuti dirinya, kemudian dia menoleh ke kanan kemari. "Tidak ada siapapun."

Cakra berhasil bersembunyi ketika Renaya menoleh ke arahnya. Akhirnya Renaya melanjutkan perjalanannya. Tiba di suatu tempat Cakra merasa heran. "Airport? ngapain Renaya disini?"

Cakra mengawasi betul layaknya detektif. "Koper? Dia mau pergi kemana?" Cakra bermonolog sendiri didalam hati. Cakra kebingungan harus bagaimana agar menghentikan gadis gila itu, dia melihat ke kanan ke kiri untuk mencari petunjuk. Ketika Cakra melihat ke arah depan Renaya sudah tidak ada, entah gadis gila itu pergi kemana. "Aku harus menelpon Kie." Cakra berusaha untuk menghubungi kakak-kakaknya untuk memberitahu berita ini. "Ayolah kak angkat, plisss, urgent!!"

"Iya, Ada apa, Cakra?"

Cakra melihat layar ponselnya. Dia padahal menelpon di nomer Kie kenapa yang mengangkat Rajendra. "Kalau Rajendra tau, habis lah nyawaku." Cakra ketakutan sampai bicaranya pun terdengar oleh Rajendra.

"Kenapa kau takut, Cakra?? Katakan sesuatu." Pinta Rajendra.

"Eh ngak kok kak, bukan apa-apa juga, ini tadi aku mau nelpon kakak Kie, yang angkat ternyata dirimu, aku takut kalau berbicara denganmu." Cakra mencari topik agar tidak dicurigai.

"Pria ga waras, kenapa harus takut, bicara saja kalau mau bicara, apa aku perlu membangunkan kakakmu?" Rajendra menawarkan kepada Cakra.

"Tidak,, Tidak, Itu tidak perlu, baiklah kak sampai nanti. Bye." Cakra mematikan panggilannya.

"Uff,, Syukurlah aku." Cakra mengusap wajahnya, karena ia telah kehilangan jejak Renaya.

***

See you next part, semoga suka iya jangan lupa tinggal kan jejak vote dan komen biar author tambah semangat, semangat puasanya bagi yang menjalankan, untuk para readers ku tercinta. Terimakasih banyak.✨❤️

DIL MEIN CHANGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang