ENAMBELAS

21 3 0
                                    

Cakra pulang ke apartemennya. Dia melihat Mamanya yang menggunakan pakaian sangat rapi. "Mama mau kemana?"

"Ayo, antar Mama ke suatu tempat."

"Baiklah Ma, ayo aku antar." Cakra berjalan duluan untuk menyalakan mobilnya. Dari sisi lain Cakra melihat Papa nya yang membawa begitu banyak kotak kardus, tapi Cakra tidak tau apa isi nya. Cakra tidak memperdulikan Papanya dia kali ini hanya fokus untuk mengantarkan Mamanya. Setelah Cakra dan Mama nya masuk kedalam mobil, Cakra bertanya ke Mama nya tentang tujuan kali ini mau kemana. "Ma, hari ini mau kemana?" Cakra mengulangi pertanyaan tersebut.

"Mencari baju pengantin."

"Baju pengantin??" Cakra kebingungan dengan perkataan Mama, dia tidak bisa membayangkan kalau nanti pengantin nya jangan-jangan dirinya. Cakra begitu takut.

"Iya, untuk kakak mu Eliza Rajunkie, Papa mu sudah menerima Suaminya, tapi dengan syarat dia harus menikah untuk yang kedua kali nya secara sah dihadapan banyak orang."

"Tapi Ma? Bagaimana bisa begitu? Apa Mama sudah membicarakan dengan kak Kie?" Cakra tidak mau kalau Kakaknya terluka lagi kali ini. Dia harus benar-benar se posesif itu.

"Mama belum mengabari Kie."

Cakra mengeluarkan ponsel yang ada di sakunya dan mengirimkan sebuah pesan untuk Kie.

***

Cakra : "Kak, apa kau ada waktu luang?"

Kie : "Mungkin, ada tapi ga lama, kenapa?"

Cakra : "Aku mau bicara sama kakak di apartement ku, bareng Papa dan Mama."

Kie : "Apa lagi dek? Mereka kan tidak menerima Kakak, jadi buat apa kakak datang lagi."

Cakra : "Ga kak, ini beda banget, Papa yang minta."

Kie : "Bohong, kenapa tiba-tiba Papa meminta ku datang untuk menemuinya, sudahlah intinya aku tidak mau ber urusan sama mereka yang tidak menganggap ku. "

Cakra : "Kak, tolong kali ini saja. Cakra janji ga bakal minta apapun lagi."

Kie : "Haduh, iya nanti kakak datang."

Cakra : "Sama kakak ipar Rajendra iya jangan lupa diajak juga."

Kie : "Iya."

***

Cakra dan Mamanya pergi ke Pasar Internasional London untuk membeli baju pengantin buat menantu kesayangannya yang cantik. Karena kalau pakai Saree kemungkinan susah untuk dicari di Negara asing ini. Setelah hampir 3 jam mencari baju apalagi sama emak-emak punggung Cakra terasa lelah, padahal ia hanya mengantarkan dan duduk saja. Mereka berdua akhirnya pulang, Cakra melihat kalau pintu apartement nya terbuka, segera Cakra masuk karena siapa tau yang masuk duluan adalah pencuri. Cakra terdiam ketika Kie & Rajendra sudah datang dahulu sebelum Cakra datang, dan mereka sedang berbincang baik dengan Papa. Aku menatap Mama yang penuh bertanya-tanya. "Sudah ayo masuk." Mama menyuruhku masuk karena aku sejak tadi masih berada didepan pintu. Cakra menghampiri mereka semua, dan ikut duduk disebelah Papa.

"Aku sudah menerima kalian."

"Papa? Apa kau yakin?" Ucap Kie, karena dari kemarin Papa sangat membenci Kie, takutnya nanti Kie semakin membuat masalah.

"Iya papa yakin."

Kie & Rajendra saling bertukar tatapan.

"Maafin Papa iya." Tuan Pangestu menggenggam tangan Kie dan menyatukan dengan tangan Rajendra. "Maaf karena kemarin saya terbawa emosi, saya sudah menyadari kalau keluarga itu sangatlah penting. Semoga dengan pernikahan kedua kalian ini tidak ada masalah dan selalu dilindungi." Tuan Pangestu mengusap kedua punggung tangan anak-anaknya itu, yang di kiri tangan Kie dan yang di kanan tangan Rajendra. "Semoga Rajendra bisa menjaga baik anak saya." Amanah Tuan Pangestu untuk Rajendra.

"Jadi Pa, kapan kita akan merayakan hal ini?" Saut Mama yang ikut nimbrung dalam obrolan kami. Cakra hanya terdiam dan tidak membuka mulutnya sama sekali, karena Cakra tidak mau terlibat dalam urusan ini.

"Besok, besok sekali wedding nya Kie dan Engagement nya Cakra." Ucap Tuan Pangestu yang tiba-tiba.

"Paa??" Cakra yang dari tadi menyeruput teh, dia tersedak mendengar hal yang diucapkan oleh Papa nya.

"Iya Cakra, kamu sudah cukup matang untuk menikah, gak masalah kalau tunangan dulu, karena kamu kan mau lanjutin pendidikan mu, entar kalau sudah lulus baru kalian boleh Married."

"Papa sudah menjodohkan Cakra?"

"Sudah."

"Dengan siapa pa?"

"Renaya."

Cakra meninggalkan mereka. Niat Cakra ingin menyatukan Kie dari Orang Tuanya, kenapa dia yang dibuat sengsara oleh keadaan.

***

See you next part, semoga suka iya jangan lupa tinggal kan jejak vote dan komen biar author tambah semangat, semangat puasanya bagi yang menjalankan, untuk para readers ku tercinta. Terimakasih banyak.✨❤️

DIL MEIN CHANGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang