8. Sesuatu di Atas Pohon

12 1 0
                                    

Aku turun ke bawah dengan tergesa-gesa sampai-sampai nenek terbangun karena mendengar kegaduhan yang aku buat. Pikiranku berkecamuk, untuk saat ini aku sulit berpikir positif, karena beberapa hari lalu terjadi pembegalan di sekitar rumahku, dan pelaku membawa senjata tajam. Entahlah, aku hanya ingin segera bertemu ayah dan berharap kejadian 6 tahun lalu tidak terulang lagi.

"Nenek, Dika pergi dulu, ya. Cuma sebentar kok. Nenek kunci saja pintunya, biarkan saja kalau ada orang tak dikenal datang berkunjung, jangan dibuka sampai Dika datang. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, bawa payung, Dika. Nenek akan siapkan air hangat."

Baru saja aku membuka pintu, aku melihat ayah diantarkan oleh gadis kesukaanku, Anin.

"Loh? Ayah kok bisa sama Anin? Eh nanti aja deh ceritanya, ayah masuk dulu aja, sudah disiapkan air hangat sama nenek. Biar Dika saja yang antar Anin pulang."

"Eh gapapa, saya bisa pulang sendiri kok."

"Udah gapapa, aku anterin kamu sampai rumah, bukan karena apa-apa kok, ini cuma sebagai bentuk terima kasih. Jadi jangan kegeeran, OKEE?" ucapku dengan sedikit meninggikan nada bicara saat mengucapkan kata terakhir.

"Iya, santai aja kali ngomongnya."

"Yaudah ayo buruan. Hati-hati jalannya, takut kepeleset."

Sepanjang jalan tidak ada yang berbicara satu pun, ingin kubuka topik pembicaraan, namun sulit untuk menurunkan gengsi dalam diriku. Hingga Anin mulai berbicara padaku.

"Yang waktu di koridor sekolah, makasih ya, aku jadi gak terlalu mikirin cemoohan orang lain."

"Sama-sama. Ini udah sampai depan rumah kamu, sana masuk, aku mau pulang. Terima kasih sudah mengantarkan ayahku sampai rumah. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Terima kasih juga, Dika."

Di perjalanan pulang, aku mulai berbicara sendiri, mengucapkan kalimat yang sebenarnya sangat ingin aku sampaikan pada Anin, "Besok sekolah, kamu jangan telat bangun, ya, Anin." itulah kalimat yang sangat ingin kukatakan padanya.

"Hihihi, iya mas ganteng, makasih ya udah ngingetin."

Tubuhku terperanjat kaget, jantungku berdebar kencang. Kali ini jantungku berdebar bukan karena bertemu Anin.

"LAH SIAPA?" ucapku sembari terus mengawasi sekitar.
Aku terus memutar pandanganku ke sana-kemari, hingga kutemukan sosok seorang lelaki di atas pohon.

"WOI ARYA! NGAPAIN DI ATAS POHON? Aneh banget, lagi pdkt ya sama penghuni itu pohon?"

"Ya kamu lebih aneh, senyam-senyum sendiri, ngomong sendiri, tau-tau ada yang bales omongan kamu, lari nanti."

"Halahh, lanjutin aja sana pdkt-nya, siapa tau jodoh. Aku mau pulang."

"Matamu pdkt. Orang lagi ngambil bola yang nyangkut. Tapi, bener juga ya, biasanya kan kalau udah malam, setan berkeliaran. Dih ngeri, pulang aja lah. Ngambil bolanya besok aja."

KENANGAN DALAM KATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang