7. Bulan Berselimut Awan

168 15 36
                                    






VOTE?


"Chengxin, apa kau-"

"Astaga!" Chengxin nyaris menjatuhkan buku-buku di tangannya saat mendengar suara seseorang yang tiba-tiba datang. Mungkin karena pikirannya yang berisik, Ia jadi tak mendengar suara langkah kaki di lingkungan yang sepi itu.

"Chengxin?" Jiaqi memanggil ulang.

Chengxin lebih dulu menaruh bukunya, setelah itu menjawab Jiaqi,
"Tuan Muda"

"Kau melamun?"

"Tidak, aku hanya.... Tuan Muda datang tiba-tiba jadi aku terkejut"

Jiaqi mengamati ruangan yang sangat tak asing baginya ini,
"Sedang apa kau di sini?"

Sebenarnya pertanyaan yang tak perlu. Sebab jelas saja Ia bisa datang kemari setelah tahu bahwa Chengxin akan menempati tempat ini malam ini.

Pun Chengxin tak repot-repot menjelaskan semuanya,
"Apa Tuan Muda perlu sesuatu?"

"Tidak ada"

"Kalau begitu izinkan aku menyelesaikan pekerjaanku lebih dulu" lalu Ia mengantar dirinya untuk kembali mengatur tempat itu agar bisa Ia gunakan untuk bermalam.

Tapi sepertinya hal itu mengusik Jiaqi hingga Ia kembali bersuara,
"Kau tidak bisa menempati tempat ini"

"Hanya sementara sampai ruanganku siap"

"Ini sudah terlalu tua dan jauh dari keramaian. Jika kau ada di sini-"

"Maaf memotongmu, Tuan Muda. Hari akan segera petang. Seperti yang kau tahu, tidak ada pencahayaan di sini. Jika aku tidak bergegas membereskan semuanya, mungkin aku akan lebih kesulitan untuk melakukannya dalam kegelapan" seperti Jiaqi, Chengxin juga merasa terusik dan alasannya sangat masuk akal.

"Tinggallah di paviliunku. Banyak ruangan kosong di sana" tawar Jiaqi. Ia tak memiliki niat apapun. Hanya agar Chengxin mendapatkan tempat yang layak.

"Itu bukan hal yang pantas"

"Akan ku carikan tempat lain" bahkan banyak tempat yang lebih layak dari ini yang sudah bisa ditempati.

Chengxin menarik napasnya. Ia tak mau membuang waktu dan berakhir menyulitkan dirinya sendiri. Dirinya sudah terlalu lelah dengan segala permasalahan hari ini. Belum lagi kehadiran Tuan Ma di sini mengingatkannya pada pertemuannya dengan Nyonya Ma saat itu. Dan bagaimana Ia tersadar bahwa perasaannya sudah begitu jauh dan terlalu bersalah. Ia tak ingin hal seperti itu terjadi lagi. Meski itu tak bisa menghentikan perasaannya tang terlampau deras. Bahkan saat ini, rasa lelah dan amarahnya justru bercampur dengan rasa gugup yang membuatnya semakin kebingungan.

"Tuan Muda, jika tidak ada yang perlu ku lakukan untukmu, tolong beri aku ruang"

"Baiklah" Jiaqi mundur menjauh dari Chengxin. Berhenti mengekori nya. Tapi sayangnya tidak untuk pergi, melainkan turut menata barang-barang Chengxin.

Melihatnya, Chengxin menjadi panik,
"T-tuan muda! Tanganmu akan kotor!"

Tapi Jiaqi tak acuh terhadap hal itu meski Ia tahu Chengxin akan melarangnya.

"Jangan mengotori pakaianmu seperti ini, Tuan"

Lagi-lagi Jiaqi seolah tak mendengarnya dan tetap melanjutkannya. Mengabaikan Chengxin yang kini berbalik mengekornya.

Jiaqi terus menata semuanya dan Chengxin mengamatinya. Bukan dengan tatapan kagum melainkan putus asa.

"Tuan Muda.... apa kau benar-benar ingin membawaku pada masalah lainnya?"

不忘 - Can't Forget (QiXin - WenXuan - WenXin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang