11.1. Gerhana Matahari

52 7 0
                                    














VOTE??




"Jadi.... semua dimulai hari ini?"

"Ya, Yang Mulia Putra Mahkota"

Mata itu berubah menjadi semakin tajam. Menatap dengan penuh gairah di depan. Seolah tekad yang begitu besar itu akan segera membuahkan hasil yang Ia nanti.
"Mari kita lihat seperti apa pemilihan yang 'adil' itu. Kau sudah menugaskan Kasim untuk berjaga dan melapor, bukan?"

Kasim Zhou mengangguk dengan patuh,
"Ya, Yang Mulia"

Sejenak Putra Mahkota menarik napas dengan dalam,
"He Junlin...... apa dia benar-benar sebaik itu?"

Sejauh ini, nama itu adalah yang paling sering Ia dengar jika menyangkut pemilihan calon permaisuri. Bukan tanpa alasan, dia adalah calon yang ditetapkan sejak awal. Setidaknya sampai detik ini, Haoxiang tahu bahwa posisi itu menjadi tidak pasti. Singgasana itu masih tak tahu siapa pemiliknya. Maka jika He Junlin terpilih sebagai pemiliknya, hanya ada dua kemungkinan. He Junlin memang pantas ada di sana atau Yang Mulia Ratu bekerja lebih keras daripada dirinya. Dia akan menyaksikan semuanya hari ini.













***













Nampaknya situasi penuh tekad dan ketegangan itu tak hanya ada di dalam Istana. Hanya saja mungkin yang satu ini terkesan lebih tenang. Seolah keduanya lebih mengetahui bagaimana alurnya akan berjalan. Adalah Ma Jiaqi dan Pangeran Yaowen. Salah satunya duduk di hadapan meja sambil membaca data para peserta pemilihan calon permaisuri. Sementara Jiaqi berdiri di depan ruangannya.

"Dia lebih muda dariku, tapi lulus bersamaku" sahut Jiaqi mengenai topik yang tadinya ditanyakan Pangeran Yaowen.

Tentu saja ini soal Putra Keluarga He itu. Anak bangsawan yang begitu dekat dengan keluarga kerajaan seperti He Junlin pastilah akan lulus dengan usia yang lebih sedikit daripada sarjana lain.

"Bagaimana dengan skornya?"

Jiaqi sedikit memberi jeda,
"Cukup baik"

Pangeran Yaowen mengerutkan alisnya tapi tak mampu menahan senyumannya. Dia pikir Ma Jiaqi ini juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
"Tapi tidak sebaik dirimu?"

Jiaqi hanya mengedikkan bahunya. Bukan tak tahu. Tapi Ia enggan menjawab. Tentu saja demikian. Jiaqi lulusan terbaik dalam bidang sastra ini.

"Aku tahu, Ma Jiaqi. Tapi kau bukan terbaik di lulusan militer"

"Tidak ada yang bisa mengalahkan Zhang Zhenyuan. Dia adalah pedang itu sendiri. Atau mungkin Yang Mulia Pangeran Yaowen akan melampaui skornya tahun ini?"

"Itu akan menyenangkan jika sungguh terjadi"

Ada beberapa aspek yang diujikan pada ujian kelulusan sarjana yang diselenggarakan kerajaan. Dua diantaranya sastra, dengan Jiaqi sebagai lulusan terbaiknya. Dan militer dengan Zhang Zhenyuan sebagai lulusan terbaiknya. Bukan hal baru mengenai Jiaqi yang digadang-gadang memasuki istana setelah Putra Mahkota dinobatkan kelak. Tetapi Zhenyuan, Ia bahkan sudah memasuki istana begitu ujian kelulusan. Menjadi pengawal pribadi Putra Mahkota. Begitu besar kemungkinan kelak Ia akan menjadi pengawal Kaisar. Mimpi setiap sarjana militer di negri ini. Dan Zhang Zhenyuan telah maju beberapa langkah lebih depan.

Pangeran Yaowen kembali pada kertas di hadapannya. Tak henti-henti Ia memandangi biografi He Junlin ini,
"Karena dia anak bangsawan pasti pendidikan tata kramanya akan lebih unggul"

"Chengxin juga berusaha keras asal kau tahu" sindir Jiaqi. Seolah Ia begitu yakin Chengxin itu tidak akan kalah begitu saja dari He Junlin.

Bukan hal yang diragukan tapi lebih tidak tepat saja. Bukan itu tujuan Yaowen dan Jiaqi di sini,
"Ma Jiaqi! Kita tidak sedang bertaruh untuk sebuah pertandingan"

不忘 - Can't Forget (QiXin - WenXuan - WenXin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang