6. Ketika Kelopak Bunga Berguguran

92 14 27
                                    








VOTE?


"BERAPA KALI KU BILANG?! AKU TIDAK INGIN MAKAN!"

PRAAANG

Sepertinya ini adalah mangkuk ketiga yang Yaxuan pecahkan pagi ini. Salah satu pelayan menunduk dan memungutnya dengan tangan gemetar.

Sebentar lagi akan memasuki tengah hari dan Yaxuan bahkan belum menyentuh sarapannya. Itu memunculkan rasa risau bagi beberapa pelayan yang berjaga untuknya.

"Kau antar lah! Aku menyerah! Aku tidak bisa lagi!" Pelayan yang satu mendorong nampan makanan itu pada pelayan yang lain. Tapi tidak ada yang bersedia menerimanya.

Siapa juga yang bersedia masuk hanya untuk menerima amarah Tuan Muda mereka itu. Tentunya tidak satupun dari mereka.

"Sup nya sudah dingin. Tolong ganti. Dan bawakan satu mangkuk nasi baru"

Dan ini sudah ke lima kali mereka mengganti sup lantaran sudah dingin dan dinilai tak layak untuk dimakan Yaxuan. Tapi jika Yaxuan terus seperti ini, berapa banyak lagi makanan yang akan terbuang sia-sia?

Tidak satupun dari tiga pelayan itu yang tahu apa yang harus dilakukan. Mereka hanya terus mencoba, mengganti lauk pauk, dan memungut pecahan mangkuk yang dilempar Tuan Muda mereka.

Chengxin baru saja melewati halaman Yaxuan saat Ia melihat tiga pelayan berkumpul di depan pintu masuk ruangan Yaxuan dengan raut wajah yang tidak nyaman untuk dipandang. Hati Chengxin menjadi tak nyaman pula. Ia khawatir raut wajah mereka menandakan bahwa sesuatu sedang terjadi pada Yaxuan.

"Apa ada sesuatu yang salah?" tanya Chengxin pada ketiganya yang mulanya hanya saling memandang.

"Chengxin, kau cobalah! Dia tidak mau menyentuh sarapannya sejak tadi. Entah berapa kali lagi kami harus mengganti hidangan ini"

Chengxin membuang napas. Baginya, ini bukan hal baru lagi. Kadang ketika suasana hati Yaxuan buruk, anak itu bahkan tidak keluar dari kamarnya atau— atau justru tidak berada di ruangannya dan pergi kesana kemari hanya untuk menyalahkan orang.

"Suasana hatinya sedang buruk... lagi?"

"Ku pikir begini, tapi kali ini sepertinya-"

"Chengxin, cepatlah masuk dan bujuk Tuan Muda Kedua!" pelayan yang satu memotong perkataan pelayan lainnya.

Tak perlu untuk menjelaskan keadaan Yaxuan yang lebih parah dari biasanya ini. Biarlah Chengxin masuk dan merasakannya sendiri. Takutnya jika mereka memberi tahu Chengxin, maka Chengxin akan enggan masuk dan mereka akan kembali pada siklus sebelumnya.

"Baiklah" Chengxin meraih nampan itu dari mereka dan melangkah ke depan pintu.

"Yaxuan, ini aku"

Tak ada balasan dari Yaxuan. Tapi Chengxin sudah biasa dengan itu. Lagipula jika Ia masuk, Yaxuan tak akan berbuat banyak. Setidaknya itu yang biasa Yaxuan lakukan padanya. Dengan itu pelayan membantunya membuka pintu dan Ia melangkah masuk.

Yaxuan duduk di ranjangnya memunggungi Chengxin yang baru saja masuk. Meski bersikap seolah tak acuh, dirinya sebenarnya justru acuh terhadap hal ini lebih dari apapun.

"Aku sudah bilang. Aku tak ingin makan."
Yaxuan bicara dengan nada yang dingin. Bahkan tak repot-repot meninggikan suaranya seperti pada para pelayan tadi.

Yaxuan sebenarnya sedang sungguh kacau. Ia tak ingin melihat wajah Chengxin tapi justru orang itu datang dengan sendirinya di hadapannya.

Tapi hal itu tak dapat dirasakan Chengxin. Perlahan Ia menyusun tiap hidangan di meja yang biasa Yaxuan gunakan,
"Jangan membuat orang lain khawatir. Kau juga membuatku khawatir, Yaxuan. Makanlah sedikit sa-"

不忘 - Can't Forget (QiXin - WenXuan - WenXin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang