5.2. Janji dan Bayangan yang Berlari

157 15 22
                                    






VOTE?

"Dia sudah duduk di sana sejak pagi. Apa yang membuatnya seperti itu?"

"Tidak biasanya. Aku melihatnya sesekali masuk ke ruangannya, tapi kemudian kembali lagi ke halaman hanya untuk melamun"

"Tidak biasanya dia seperti itu"

Kalimat-kalimat penuh rasa simpati itu sudah sedari tadi Chengxin dengar dari beberapa orang yang sedang mengeringkan kain di ujung halaman. Rasa penasaran yang mengusiknya itu membawanya menoleh ke arah pandang mereka.

Lalu Ia mengulum senyum setengah menahannya. Tuan Muda Pertana mereka duduk di halaman depan ruangan pribadinya dengan tatapan kosong. Bukan sesuatu yang seharusnya begitu memikat hingga Chengxin mengangkat bibirnya. Tapi apa boleh buat, segala sesuatu tentang Tuan Muda itu selalu mengagumkan bagi Chengxin. Bahkan hanya sebatas kehadirannya sekalipun.

"Aku mengkhawatirkan Tuan Muda"

Tapi kalimat yang baru saja Ia dengar juga merupakan isi hatinya. Ma Jiaqi orang yang sangat terstruktur pada setiap langkah hidupnya. Melihatnya duduk melamun seolah ada hal berat dalam pikirannya, membuat semuanya akan turut larut mempertanyakan masalah apa yang sebenarnya tengah Ia hadapi.

"Chengxin, kau bicaralah padanya. Aku sungguh tak tega"

"Aku?" Ia menoleh ke salah satu pelayan wanita sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kau teman dekatnya, bukan? Aku yakin dia ingin berbagi cerita dengan seseorang. Tapi siapa yang bisa menerimanya? Dia terlalu menakutkan untuk siapapun"

Teman dekat katanya. Mana bisa seperti itu.

"Tuan muda benar-benar baik dan bijaksana. Apa yang membuatnya begitu menakutkan?"

"Tsk. Justru karena dia terlalu bijaksana. Itu yang menakutkan"

Chengxin paham betul cara berpikir mereka. Jiaqi bukan seseorang yang kehadirannya akan mengancam siapapun. Hanya saja rasa sungkan akan meningkat pada taraf yang paling tinggi menghadapi betapa ramah dan teraturnya seorang Ma Jiaqi, tiap kali berhadapan dengannya. Ma Jiaqi seolah mengungkit bahwa mereka berada pada kasta dan kemampuan yang berbeda bahkan hanya lewat kehadirannya.

Chengxin tidak mampu menolaknya saat mereka terus mendesaknya dan bahkan mendorongnya agar pergi mendekati Jiaqi.

Chengxin memahami keresahan mereka dan jika dia harus menjadi perantara akan hal itu, maka bukan apa. Lagipula ini juga bukan hal yang buruk.

Langkahnya cukup lamban. Dimana di setiap langkah itu dipenuhi beribu pikiran. Tapi sebisa mungkin Chengxin tak memikirkan hal lain. Ia hanya ingin menghantarkan rasa peduli para pelayan itu untuk Tuan Muda mereka.

"Tuan Muda baik-baik saja?"

"Ah.... Aku?"

Bahkan cara Jiaqi menatap dan menyadari kehadiran Chengxin menggambarkan soal betapa tidak fokusnya Jiaqi dengan lingkungan sekitarnya.

"Apa ada sesuatu yang mengganggu Tuan Muda?"

Chengxin yang tadinya berdiri si samping Jiaqi yang tengah duduk di balkon ruangannya, kini memberanikan diri untuk duduk di samping Jiaqi, meski dengan jarak yang cukup jauh.

Jiaqi merasakan kepedulian dari Chengxin. Ia menghargai itu dan mulai membuka dirinya. Sedikit menggoda anak itu, Jiaqi berujar,
"Haahhhh.... Kau bisa membaca pikiranku?"

Yang ditanya pun menggeleng,
"Tanpa kemampuan sembrono semacam itu, siapapun bisa tahu Tuan Muda sedang memikirkan sesuatu. Terlebih seseorang yang mengenalmu. Tuan Muda begitu jarang melamun larut"

不忘 - Can't Forget (QiXin - WenXuan - WenXin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang