4.2 Semerbak Harum Bunga

138 20 16
                                    


















VOTE?

Sungguh berbeda dengan hari-hari sebelumnya, bahkan para pelayan pribadi Nyonya Ma bisa jelas merasakan bahwa sanita tua itu memiliki emosi yang lebih baik dan lebih stabil dari sebelumnya.

Setidaknya Nyonya Ma telah merasa aman. Ia merasa begitu aman mendengar Pangeran Yaowen tertarik dengan putra keduanya. Tidak peduli bagaimanapun nantinya, Nyonya Ma hanya perlu membuat keduanya bersatu. Bebannya semakin ringan sejak Ia tidak perlu risau soal pencalonan permaisuri lagi. Ia tidak tahu kebetulan seperti ini akan datang kepadanya.

Jika saja Ia tahu bahwa ini bukan kebetulan.

Dengan ini Ia bahkan bisa menjadi besan Kaisar tanpa dirugikan apapun.

Ah, soal pencalonan. Keluarga Ma tidak bisa melarikan diri begitu saja. Karena itu sosok bersurai hitam panjang dan bibir merah itu duduk dan menunduk sopan di hadapan Nyonya Ma.

Nyonya Ma mengamati sosok itu dari atas hingga bawah, lalu ke atas lagi. Berkata dengan lirih namun tetap tajam,
"Benar apa yang mereka katakan. Kau mewarisi kecerdasan ayahmu dan kecantikan ibumu"

Siapa lagi jika bukan Chengxin. Nyonya Ma memanggil anak itu menghadap dirinya saat hari sudah mulai gelap.

"Sayang sekali jika kau terus terkurung di sini. Sia-sia, bukan?"

"Aku tidak mengerti, Nyonya"

Entahlah, Chengxin rasa kalimat apapun itu yang keluar dari bibir Nyonya Ma terasa menakutkan untuknya. Mungkin karena semasa kecilnya, wanita ini terus mengatakan hal-hal buruk untuknya.

"Bukan tidak. Hanya saja belum. Kau akan segera mengerti"

"Ya, Nyonya" ujarnya patuh. Semoga dengan itu pertemuan mereka akan segera usai. Chengxin harap demikian.

"Bagaimana dengan Yaxuan? Kau kesulitan mengurusnya?"

"Tuan Muda kedua begitu baik. Meskipun sering tidak mendengarkan perkataan ku, dia tetap begitu baik"

Bukan semata-mata karena rasa takutnya, itu adalah kesungguhan soal Yaxuan. Lagipula siapa yang tidak tahu bahwa anak itu terlalu aktif? Itu bukan hal baru, Chengxin sudah terbiasa dan itu lebih baik.

"Anak itu memang seperti itu. Dia masih begitu muda dan sedikit manja. Tolong maklumi dia"

Itu yang selalu Nyonya Ma katakan soal Yaxuan. Bahkan terkadang saat Yaxuan berbuat kesalahan. Membela dan memaklumi putra kesayangannya.

Nyonya Ma mengetuk mejanya, membuat suasana semakin menakutkan bagi Chengxin.

"Seorang putra tetaplah seorang putra bagi Ibunya. Dia tetap seperti seorang bayi di mataku. Aku begitu menyayanginya dan akan melakukan apapun untuknya. Bagaimana denganmu?"

"Y-ya?" pertanyaan tidak berdasar itu terlalu tiba-tiba untuk Chengxin.

"Kau.... Apa kau juga menyayangi anak itu dan akan melakukan apapun untuknya?"

Chengxin mengangguk,
"Yaxuan anak yang sangat manis. Maka siapa yang tidak akan begitu menyayanginya?" Lagipula Ia tidak bisa atau lebih tepatnya dilarang menyangkal ucapan Nyonya Ma.

"Ya, ya, kau benar. Tapi..."

"....." Chengxin mengangkat kepalanya, memberanikan diri menatap Nyonya Ma.

"Aku hanya memastikan itu saja. Terimakasih untuk telah bersedia melakukan apapun untuk putraku di kemudian hari"

"Kalau begitu saya pamit, Nyonya"

不忘 - Can't Forget (QiXin - WenXuan - WenXin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang