5.3. Janji dan Bayangan yang Berlari

136 18 96
                                    










VOTE?





Bibir yang biasanya berwarna merah dan memancarkan keindahan itu kini tak lagi sama. Dirinya tak beralas kaki dan berjalan dengan bahkan tidak secepat biasanya. Dini hari telah berganti pagi hari. Bahkan tatapan heran dari pelayan lain tak lagi dihiraukannya.
Chengxin terus berjalan hanya untuk kembali ke ruangannya. Walau dirinya semakin jauh dari paviliun Nyonya Ma, tetapi pikirannya masih di sana. Ia masih tak mampu melupakan tiap kata-kata tajam yang dilemparkan untuknya itu. Terasa sakit dan menimbulkan luka. Yang entah kapan sembuhnya.

Seseorang menatapnya dengan mata memicing sebelum berlari ke arah Chengxin dan menggandeng lengan itu yang mau tak mau memberatkan sebelah tangan Chengxin hingga dirinya terhuyung ke samping,
"Chengxin! Kenapa tidak datang ke ruanganku? Aku butuh kau untuk membantuku memilih pakaian untukku. Hari ini Pangeran-- eh..."

Rasanya Chengxin tidak memiliki tenaga lagi untuk menanggapi Yaxuan. Ia menurunkan tangan Yaxuan pada lengannya,
"Maaf, Yaxuan. Ada hal yang harus ku selesaikan pagi ini. Jadi aku-"

"Kau menangis?" Yaxuan menyela. Meski bukan hal yang sopan tapi itu hal biasa bagi Chengxin terhadap Yaxuan.

Tidak. Ia tidak. Atau mungkin iya. Bahkan tanpa sepengetahuannya. Tapi Chengxin tidak bisa dan tidak ingin menjelaskan semuanya kepada Yaxuan. Hanya akan menimbulkan masalah baru dan semuanya menjadi semakin kacau.

"Suasana hatiku hanya sedikit kurang baik. Sepertinya aku butuh waktu un-"

"Kenapa kau menangis? Kau kenapa, Chengxin? Dimana alas kakimu?"

Lagi-lagi.

Chengxin menggeleng lemah dan melanjutkan langkahnya. Berharap Yaxuan tak lagi bertanya padanya,
"Yaxuan, aku hanya ingin waktu untuk diriku sendiri"

Namun betapa sialnya Ia. Anak itu justru mengekor di belakangnya dan berbicara tepat di samping telinganya,
"Apa sesuatu yang buruk terjadi? Apa kau terluka? Apa kau sedang demam?"

Lagipula Chengxin hanya ingin mengurung diri di ruangannya setelah ini.
"Tidak, Tuan Muda. Aku baik"

Tidak seperti biasanya Chengxin memanggil Yaxuan demikian. Mungkin hanya saat di depan Nyonya dan Tuan Ma. Tapi kehadiran Nyonya Ma di kepala Chengxin begitu mengintimidasinya hingga tanpa sadar Ia mengucap sebutan itu.

"Kenapa memanggilku seperti itu? Kenapa-"

Chengxin membuang napas setelah menghentikan langkahnya ketika Ia sudah sampai di depan ruangannya. Ia berbalik badan dan menatap Yaxuan lembut. Berharap agar anak itu mengerti,
"Tuan Muda Kedua, aku butuh waktu sebentar saja. Ku mohon"

Bahkan alisnya turun saat Ia mengatakan itu. Seolah mengatakan rasa putus asanya.

Sayangnya Yaxuan tidak mau mengerti dan karena sifatnya yang tidak dewasa, Ia justru merengek,
"Tidak! Tidak mau! Aku ingin tahu apa yang terjadi denganmu aku-"

"Apa aku tidak berhak atas diriku sendiri?!"

Chengxin tidak dapat menahan emosinya lagi. Hari ini bahkan belum dimulai dan sudah begitu berat baginya. Kepalanya sudah penuh dan akan meledak. Kepedulian Yaxuan yang dibungkus dengan sifat kekanakannya sungguh semakin memberatkan Chengxin hingga Ia seolah tidak menjadi dirinya sendiri.

Chengxin selalu menahan semuanya untuk Yaxuan. Selalu melakukan apapun untuk Yaxuan dan demi Yaxuan. Ia selalu berkorban bahkan ketika tidak ada yang memaksanya. Bahkan menemui Nyonya Ma, mengiyakan perintah tidak masuk akal itu, serta menerima semua rasa sakit ini, semuanya juga untuk Yaxuan.

Tapi tidak bisakah Yaxuan sekali saja mengerti soal dirinya? Chengxin tidak meminta Yaxuan melakukan hal yang sama. Hanya menghargainya sebagaimana mestinya manusia dihargai. Menghargai hak yang Ia miliki.

不忘 - Can't Forget (QiXin - WenXuan - WenXin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang