Bab 11

17 3 18
                                    

Sejak study tour di Bali itu, aku seperti merasa sangat cemburu dengan sikap Devian yang sekarang lebih dekat dengan Nesya meskipun, hubunganku dengan dirinya baik-baik saja. Sebenarnya masa itu, sangat lumrah saja untuk dekat atau suka dengan siapa saja namun, rasa cemburu tak bisa dipungkiri.

"Dev, seru banget ya kemarin. Makasih lho udah mau foto-foto juga disana," celetuk Nesya. Devian yang sedang bergurau dengan Jordy mengalihkan pandangan ke Nesya.

"Yoi. Tar jangan lupa kirimin," celetuk Devian. Nesya tersenyum lalu mengangguk. Aku hanya mengamati mereka berdua dari mejaku. Sepertinya, mereka sudah sangat dekat.

"Dev, yuk ke kantin keburu rame tar!" seru Yuna.

"Yuk." Aku kemudian mengikuti Yuna ke kantin daripada melihat mereka berdua yang semakin membuatku cemburu. Ya, itu yang aku rasakan meskipun tidak ada hubungan spesial antara aku dengan Devian. Ternyata, menyukai seseorang tak selalu indah yang aku bayangkan. Rasa itu hadir begitu saja tanpa diminta. Perihal memiliki, itu diluar kendaliku.

***

"Hai, boleh gabung enggak?"

"O-oh, boleh kok," ucapku kaku.

"Makasih Dev," tuturnya. Ia kemudian duduk dihadapanku sambil membawa segelas es teh ditangannya.

Yuna menyenggol tanganku.

"Dev, Nesya ngapain ikut gabung kita ya?" bisik Yuna.

"Gak tau aku Yun. Aku juga heran," jawabku dengan berbisik.

"Kemarin seru ya Dev di Bali. Jadi pengen kesana lagi," celetuk Nesya dengan antusias.

"Iya Nes, seru disana," sahutku canggung.

Tak berselang lama, seseorang datang dan ikut bergabung ke meja kami dengan cengiran khas diwajahnya.

"Fan, tumben kamu gabung sama cewek - cewek," celetuk Nesya.

"Enggak kok, aku sering gabung sama Devika ya nggak Dev?"

"Hah, beneran Dev?" tanya Nesya.

Sial, kenapa Refan bicara seperti itu. Nesya malah penasaran denganku sekarang. Aku takut, perempuan itu berpikir yang tidak-tidak.

"Gak sering kok Nes," jawabku cepat. Semoga saja, Nesya tidak cerita ke Devian tentang ini.

"Kok gitu sih Dev," sambar Refan sambil cemberut. Yuna yang berada di sebelahku sudah badmood sejak tadi. Selera makan ku juga hilang seketika. Rasanya ingin segera pergi dari sini.

Suasana mendadak jadi kaku dan canggung. Mau tidak mau, aku segera menghabiskan makananku kemudian segera balik ke kelas.

***

Aku menarik nafas lega. Akhirnya, aku terbebas dari Refan dan Nesya.

"Dev, sumpah deh bikin badmood aja mereka berdua," gerutu Yuna setelah sampai di kelas.

"Males tau gak sama ocehannya Refan yang gak jelas itu," sambungnya.

"Setuju Yun, aku juga pengen cepet-cepet pergi dari mereka," sahutku membenarkan ucapan Yuna.

"Kamu mending bersikap tegas aja sama Refan Dev, dia itu suka godain perempuan. Jangan biarin dia baperin kamu," tutur Yuna.

"Tenang Yun, aku gak gampang suka kok sama Refan. Aku sukanya sama-"

"Devian kan?" Potong Yuna tepat sasaran.

"Saran aku nih ya, mending kamu juga jangan berharap apapun sama si Devian itu Dev," lanjutannya.

"Sesuatu yang berlebihan itu gak baik Dev. Jangan mengharapkan sesuatu yang belum pasti nanti takutnya jadi kecewa. Kalau kamu siap jatuh cinta, berarti kamu harus siap juga patah hati. Karena, jatuh cinta sama patah hati itu sepaket Dev," ceramah Yuna panjang lebar seperti seorang ibu yang memberi petuah pada anaknya.

"Cinta diumur segini itu, cuma sementara Dev. Bisa aja nanti, kamu berjodoh dengan orang lain kan?"

Aku mendengarkan ucapan Yuna. Yuna memang lebih mengerti tentang cinta daripada aku karena, dia sudah pernah pacaran namun gagal.

"Mending, kamu gak usah terlalu cinta banget sama Devian itu biar gak semakin dalam sakit hatinya," lanjut Yuna.

"Oke Yun, makasih ya kamu emang sahabatku yang baik banget," ucapku seraya memeluk Yuna.

"Ya Dev, aku gak suka liat sahabat aku lemah karena cowok." Aku tersenyum mendengar ucapan Yuna.

Cinta tak bermakna

Andai kau tau rasanya
Pasti, kau paham
Mungkin kau tau tapi memilih tak mau tau
Membiarkan diri ini tak berdaya

Kini, kau tak usah khawatir
Aku akan pergi lenyap
Meski sempat bertanya perasaanmu padaku
Namun, sepertinya itu sia-sia
Kau tak pernah menaruh hati
Ternyata, hanya diri ini yang cinta
Inikah cinta tak bermakna?

Hayy, selamat siang readers. Apa kabar? Maaf akhir-akhir ini author jarang update karena masih ada problem dengan mood wkwk. Nanti diusahakan produktif lagi ya. Semoga masih suka dengan ceritanya.

Jangan lupa vote dan komennya ya untuk dukung author biar semangat nulisnya 🤗

See you next part 🤗

Kisah untuk Devian ( Tamat & Sudah Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang