Setahun kemudian.
Tiga minggu telah terlewatkan. Selama liburan, aku hanya berada di rumah. Tidak berpergian ke luar kota seperti teman-temanku yang mengunjungi kerabat atau sekedar berwisata ke daerah tertentu.
"Gimana nih liburannya? Kemana aja nih?" tanya Yuna. Gadis itu baru datang dengan langkah santai. Kemudian duduk di sebelahku.
"Ya gitu deh cuma di rumah aja," sahutku.
"Sama, aku juga haha," tawa Yuna.
Suasa masih sepi belum terlalu ramai karena masih terlalu pagi. Aku sengaja berangkat lebih awal karena ingin mencari tempat duduk yang pas. Seperti hal lumrah saat kenaikan kelas.
Tentang Devian? Laki-laki itu masih satu meja dengan Jordy. Lagi-lagi, aku hanya bisa mengamatinya dari jauh.
Aku harus fokus dengan tujuanku belajar.
"Eh, dengar-dengar, mau ada pembagian kelas lagi Dev," celetuk Yuna.
"Hah? Yang bener?" Aku kaget dengan ucapan Yuna barusan.
"Ya, kata anak sebelah tapi cuma dirombak dikit gitu, gak keseluruhan," jelas Yuna.
"Yah, padahal udah nyaman banget sama temen sekelas," sahutku lemah. Aku sebenarnya sudah merasa nyaman dengan teman sekelas.
"Ya semoga aja kelas kita gak ikutan dirombak."
"Yuk, mending kita buruan ke lapangan!" seru Yuna. Aku segera mengambil topi biru dalam tasku kemudian berjalan cepat mengikuti langkah Yuna. Sebenarnya, aku paling malas kalau hari senin karena harus berdiri satu jam lebih dan berpanas-panasan ditambah mendengarkan ceramah panjang lebar dari kepala sekolah. Seperti inilah rutinitas dihari senin yang membosankan.
Setelah berpanas-panasan ria, aku dan Yuna kembali ke kelas. Disama sudah banyak siswa-siswi yang berkerumun. Mereka melihat kertas yang tertempel di jendela kelas sepertinya, ucapan Yuna benar.
"Eh, kita kesana yuk!" Seru Yuna sambil menggandeng tanganku. Aku mengikuti langkah Yuna yang tergesa-gesa itu. Aku berusaha melihat dafftar nama itu dalam kondisi yang berdesakan. Aku berusaha untuk mendekat agar bisa melihat dengan jelas.
Tak ada perubahan signifikan pada kelasku tapi, tunggu dulu!
Aku meneliti kembali daftar nama itu satu persatu dan ternyata, nama Nesya berada dalam daftar nama itu yang artinya, dirinya satu kelas bersamaku dan Devian lagi. Aku tiba-tiba saja overthinking. Bagaimana hubunganku dengan Devian? Akankah semakin jauh dan akan menjadi memori?
***
Setelah beberapa minggu, aku kurang fokus pada pelajaran. Pikiranku terbagi memikirkan laki-laki itu. Nesya duduk dibarisan meja Devian nomor tiga dari depan sedangkan Devian berada dimeja pertama di depan meja guru paling pojok. Hubungan mereka sangat dekat bahkan sangat akrab. Sebenarnya, tak ada yang terlihat mencolok dari sikap Nesya namun, perempuan mana yang tak merasa cemburu kalau laki-laki yang disukai lebih akrab dan nyaman dengan perempuan lain?
Aku mencatat materi dengan pikiran kacau. Papan tulis yang berisi tulisan tak ada artinya daripada perasaanku yang kacau. Sungguh, aku tak mengerti dengan jalan pikiranku. Mengapa perasaan jatuh cinta serumit ini bahkan semakin menjadi bumerang jika tidak dikendalikan. Aku berusaha keras untuk mengembalikan fokus belajar agar tak semakin larut dalam perasaan tak jelas ini.
"Dev, pinjem penggaris dong!" seru Laki-laki dengan cengiran khas diwajahnya. Laki-laki yang humoris sekaligus menyebalkan bagiku. Ia selalu muncul diwaktu yang tidak tepat.
"Nih."
Aku menyerahkan penggaris itu dihadapannya. Aku kembali memperhatikan Devian. Laki-laki itu sedang asyik bercerita dengan Jordy. Mengapa keadaan harus seperti ini. Mungkin ini alur cerita yang membuatku sulit untuk melupakannya. Rasa yang hanya menjadi penghias masa remaja yang berliku-liku yang seharusnya dinikmati tak peduli akan berakhir seperti apa.
Ilusi sebuah rasa
Bersemayam dalam raga
Tumbuh subur dalam hati
Rasa yang mengalir
Laksana air sungai yang mengalir dari hulu menuju hilirMenikmati keindahan setiap pemandangan
Walaupun menemui rintangan
Nikmatilah setiap proses
Barangkali, suatu nanti akan kau ingat kembali
Sebagai kisah abadi yang selalu hidup dalam memori
Tak peduli bagaimana akhirnya(2014, saat masih bisa bersama)
Note: tahun yang aku cantumkan itu untuk puisi yang menggambarkan perasaan ditahun itu ya. Jadi, bukan tahun kejadian ceritanya. Terimakasih atas perhatiannya.
Hayy selamat malam readers setia author. Bagaimana kabarnya? Semoga hari-harinya penuh kebahagiaan. Author senang kalau pembaca menikmati cerita ini🤗.
Jangan lupa vote ya boleh juga komennya
See you next part 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah untuk Devian ( Tamat & Sudah Cetak)
Teen FictionSeorang gadis penyuka puisi yang selalu menuliskan puisi tentang semua yang dia rasakan, terutama tentang seorang yang pernah singgah dihatinya. Devian Alvares laki-laki penyuka musik dan seni lukis. Sosok yang bersemayam dalam balutan diksi karya s...