Bab 16

8 2 14
                                    

Aku sedang duduk manis sambil membaca buku kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono. Aku tersenyum saat membaca halaman pertama. Puisi yang paling terkenal dari sekian banyak karyanya. Puisi yang mengisahkan seseorang yang mencintai dengan tulus.

Puisi yang berjudul aku ingin adalah puisi yang sangat related dengan seseorang yang mencintai dengan tulus meskipun tanpa balasan begitu halnya dengan perasaanku pada Devian. Aku tau, bahwa cinta tak bisa dipaksakan. Perasaan itu muncul tiba-tiba. Kemudian aku membalik lembaran buku itu dan banyak karya beliau yang bagus-bagus. Aku terinspirasi dengan semangat beliau dalam berkarya. Aku ingin, suatu saat nanti bisa mengabadikan dia dalam tulisan karyaku sendiri.

"Dev, aku cariin ternyata disini."

"Ada apa Yun nyariin aku?" tanyaku

"Tadi si Refan nyariin kamu." Yuna membenarkan posisi duduknya di sampingku. Ia mengambil buku yang tadi ku ambil kemudian ikut membaca.

"Ngapain dia nyariin aku?"

"Tau, kangen kali. Dia kan fans berat kamu," ceplos Yuna asal.

"Ish kamu ini Yun, asal aja kalo ngomong," sahutku.

"Tapi bener kan? Dia itu fans berat kamu hahaha," ejek Yuna.

Aku menggelengkan kepala enggan memperpanjang obrolan tentang Refan.

"Eh Dev, tadi Devian sama Nesya ngapain ya? Mereka ke kantin bareng tadi," celetuk Yuna. Aku mengalihkan pandangan pada Yuna. Fokus membacaku jadi hilang.

"Mereka cuma berdua?" tanyaku.

"Gak tau, tapi tadi aku cuma liat mereka berdua aja," jawab Yuna .

Lagi-lagi, perasaanku sesak. Mengapa, sepertinya mereka sangat akrab? Lagi-lagi, rasa sakit itu menghampiriku dengan sengaja.

***

"Dev, geser dong!"

Aku kesal dengan manusia dihadapanku ini. Ia selalu saja mengganggu ketenanganku.

"Kamu ngapain sih hobi banget ganguin aku?" Kesalku.

"Aku gak ganggu kamu, aku cuma pengen deket sama kamu," jawabnya. Aku memutar bola mata malas. Alasan Refan hanya itu saja. Sebenarnya, apa motif Refan ingin mendekatiku? Padahal, dirinya sedang dekat dengan perempuan lain. Aku memilih diam seribu kata. Enggan meladeni laki-laki itu.

Aku memilih fokus mengerjakan soal IPA dihadapanku yang terlihat menarik daripada Refan. Aku harus mempelajari materi yang belum aku pahami agar nanti, aku bisa mengerjakan soal-soal tryout yang dilaksanakan Minggu depan.

"Dev, nanti aku ke rumah kamu ya," ucapan Refan membuatku terkejut. Aku mengalihkan fokusku dan beralih pada Refan yang sedang menatapku.

"Ngapain Fan?" Ceplosku.

"Pengen ajak kamu main," lagi-lagi, laki-laki itu membuatku tak habis pikir.

"Kenapa tiba-tiba kamu mau ke rumahku?" tanyaku bingung.

"Ya, aku pengen aja. Gak boleh ya?" Aku hanya diam alih-alih menjawab pertanyaan Refan. Tak berselang lama, bel masuk pun berbunyi. Aku bernafas lega. Akhirnya, aku bisa terbebas dari laki-laki itu sejenak.

"Tadi Refan ngapain Dev? Dia gak aneh-aneh kan?" tanya Yuna.

"Gak kok, tenang aja Yun," bohongku. Aku tak ingin Yuna tau. Aku buat itu menjadi urusanku dengan Refan.

***

Aku merapihkan amplop berwarna biru muda. Amplop berisi puisi yang aku tulis tadi saat di perpustakaan. Tulisan sederhana yang aku buat untuk Devian. Sebuah puisi yang ingin aku persembahkan untuk dirinya.

Rangkaian kata untukmu

Dalam hati penuh harap, ku menulis
Teruntuk dirimu sang idaman hati
Seseorang yang mengisi hati
Entah, takdir akan memihak kita atau tidak
Aku memujamu dalam bait puisi

Andai kau tau, diriku ingin selalu dekat denganmu
Namun, apalah daya itu hanya ilusi
Yang bisa aku tulis dalam sajak ini
Andai kau tau, aku selalu ingin mengabadikanmu dalam karyaku
Abadi dalam balutan diksi karyaku

Itu adalah puisi yang aku tulis untuk Devian. Aku hendak memberikan puisi ini pada Devian nanti diwaktu yang tepat.

Halo readers, selamat pagi. Selamat berlibur. Maaf, author baru bisa update wkwk.

Jangan lupa vote dan komennya ya 🤗

See you next part 🤗

Kisah untuk Devian ( Tamat & Sudah Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang