Bab 2

32 5 21
                                    

Hari ini, aku sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Hari ini ada LBB (Latihan baris berbaris). Jadi, nanti akan ada latihan baris berbaris di lapangan samping sekolah. Aku memakai seragam merah putih lengkap.

Setelah melewati sedikit kemacetan, akhirnya sampai juga di sekolah. Berbekal keberanian yang setipis tisu, aku berjalan melewati segerombolan siswa laki-laki yang berkumpul di sepanjang koridor kelas 7. Kebanyakan dari mereka sedang bergurau, mengamati sekitar, serta ada juga yang menyoraki para siswi perempuan yang sedang lewat. Aku yang tak punya keberanian melewati mereka dengan berhati-hati.

Aku sangat gugup saat berjalan melewati mereka. Sampai di kelas, aku melihat Devian yang sudah datang namun, kemana gerangan laki-laki itu. Hanya ada tas hitamnya yang tergeletak di meja. Aku meletakkan tasku disamping tas Devian kemudian duduk di kursiku.

Aku membuka tasku mencari buku tugas MOS. Aku sudah mengumpulkan separuh tanda tangan anggota OSIS. Hari ini, aku harus melanjutkan tugas mengumpulkan tanda tangan.

"Hey Dev, udah dateng aja nih," seru Yuna, sahabat baruku.

"Iya nih hehe. Biar gak telat makanya dateng pagi," sahutku.

"Oh ya, tanda tangan OSIS kamu gimana?" Udah lengkap?" tanya Yuna.

"Belum Yun, masih separuh lagi nih," sahutku jujur.

"Oh, sama kalau gitu hehe," jawab Yuna.

Kami berbincang hal-hal lain sehingga tak menyadari Devian datang. Laki-laki itu menatapku sebentar kemudian fokus dengan tasnya mengambil sesuatu.

"Eh Dev, kamu kemana tadi?" tanyaku padanya.

"Ke kantin sama temen-temen. Kamu baru dateng ya?" tanya Devian.

"Enggak udah dari tadi," jawabku.

Aku mengamati laki-laki itu diam-diam. Seperti inikah rasanya jatuh cinta padahal, aku masih usia belasan tahun yang belum pantas untuk pacaran. Mungkin, benar kata orang kalau jatuh cinta saat sekolah memang menyenangkan karena bisa membuat seseorang menjadi semangat untuk berangkat ke sekolah.

Aku melirik Devian yang sedang mengeluarkan buku gambar A4 yang berisi gambar atau sketsa. Terlihat bagus dan memukau untukku. Ternyata, laki-laki itu jago juga dalam hal menggambar.

"Eh, itu gambar buatan kamu?" tanyaku.

"Iya, ini buatanku. Kenapa?"

"Bagus banget tau. Coba sini liat," ucapku meraih buku gambar itu. Devian memberikannya padaku.

"Wih, keren-keren banget sih. Jago banget deh," pujiku.

"Ah, biasa aja. Itu gak bagus-bagus banget kok. Masih pemula," ucapnya santai.

"Eh, tapi kamu berbakat banget Dev," sahutku.

"Ya, Alhamdulillah sih hehe," kekeh Devian.

Kakak pembimbing MOS pun sudah datang. Kami memutuskan obrolan.

"Adik-adik kelas 7D, segera bersiap ya karena akan ada Latihan baris berbaris nanti jam 8," tutur Kak Santi, pembina MOS. Aku hanya mendengus pasrah. Aku sebenarnya paling malas untuk berpanas-panasan tapi, mau tidak mau, harus dijalani.

***

"Langkah tegap maju, JALAN!!"

Aku menuruti saja perintah pelatih padahal rasanya udah capek banget ditambah panas yang membakar kulit. Sudah hampir 4 jam kami melakukan kegiatan ini. Rasanya ingin berendam di mata air supaya fresh kembali.

"Huh, gila panas banget. Mana haus banget lagi," gerutu Yuna disampingku.

"Betul banget sih Yun, gak kuat lagi deh," timpalku.

"Kapan penderita ini berakhir," sambung Yuna. Ia sudah menyerah dengan keadaan.

"Semoga cepat selesai deh," sahutku.

Akhirnya beberapa menit lagi, aku dan teman-temanku terbebas dari penderitaan.

Aku segera menuju kantin bersama Yuna. Rasanya ingin segera menghilangkan rasa haus yang menyiksa.

"Huh, sumpah ya. Ternyata MOS gini banget," celetuk Yuna sambil meminum air mineral dingin kemudian mengibaskan kertas kardus yang dia dapat dari penjual kantin pada wajahnya.

"Ya sih, tapi seru jaga karena bisa jadi pengalaman," sahutku santai kemudian meminum air mineral dingin.

"Bener juga sih," sahutnya.

"Eh Dev, itu kan Devian sama Hardi, Tian, sama Jordy kan?" Seloroh Yuna sambil menunjuk ke arah Devian. Aku mengamati lelaki itu dari kejauhan. Wajah tampannya yang berkeringat menambah pesonanya. Mungkin, karena aku sedang menyukainya sehingga, semua tentang dia membuatku kagum.

"Samperin sana," seru Yuna menyuruhku.

"Ah enggak. Malu lah, masa aku nyamperin dia, mana banyak anak cowok lagi. Malu lah Yun," tolakku.

"Lah daripada diliatin dari kejauhan tar diambil orang baru tau lho."

"Emangnya Devian itu barang yang bisa dengan gampangnya diambil orang," kesalku. Yuna hanya tertawa meledekku.

"Lagian, kita kan duduk satu meja," ujarku membela diri.

"Oke deh, terserah aja," ucap Yuna. Ia kemudian membayar minumannya.

"Eh, ada Devika!" Sapa seseorang yang berada dibelakangku. Aku menengok siapa gerangan orang itu. Ternyata Refan, teman sekelasku.

"Iya," jawabku singkat.

"Cuek amat sih Dev, gak seru ah," ucapnya. Aku sedang malas berbasa-basi. Aku ingin segera balik ke kelas.

"Sorry ya Refan, aku sama Devika mau balik ke kelas, mau istirahat," tutur Yuna menengahi.

"Yah elah, gak asik banget sih," protesnya. Aku sangat berterimakasih dengan Yuna yang sudah menyelamatkanku dari Refan.

"Refan kayaknya suka deh sama kamu Dev," opini Yuna.

"Hah? Enggak lah Yun. Gak mungkin dia suka sama aku," sahutku.

"Mungkin aja Dev, buktinya dia kadang deketin kamu gitu tapi, kamunya yang cuek sama dia," ucap Yuna. Aku menggeleng cepat. Tak ingin berpikiran macam-macam.

"Udah lah, gak usah mikirin Refan. Mending sekarang kita cepat balik ke kelas."

Yuna mau tak mau mengakhiri obrolan tentang Refan.

Sesampainya di kelas, aku melihat Devian yang sedang bercanda dengan Nesya. Entah mengapa ada rasa tak suka melihat mereka dekat. Mereka terlihat sangat asik bahkan, Devian terlihat lebih nyaman saat berbicara Nesya.

***

Saat ini, aku merasa suka
Saat pangeranku sedang bergurau ria dengan seorang gadis
Padahal, baru kali ini merasakan asmara
Rasa yang muncul tiba-tiba

Mengapa rasanya seperti ini
Mengapa rasanya pahit
Mengapa rasanya sesak

Sungguh, aku tak sanggup
Aku tak ingin melihatmu seperti itu
Aku memang egois
Aku hanya inginkan dirimu seorang
Janganlah berpaling
Ku akan berusaha
Agar kita bersama
Apapun itu caranya

Beri aku kesempatan
Untuk berjuang agar kita selalu bersama
Asal jangan ada dia diantara kita

Aku selesai menulis sebuah puisi tentang perasaanku. Aku masih memikirkan kejadian tadi. Sejak kapan Nesya akrab dengan Devian. Ku akui, Devian sangat friendly dengan siapapun. Seperti juga pada Nesya. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta seperti kata orang dewasa. Seorang gadis belasan tahun yang belum tau tentang percintaan mulai merasakan kegelisahan yang menggangu. Rasa cemas dan mungkin ini yang dinamakan cemburu.

Hayyy para readers. Author balik lagi dengan Devian dan Devika 🤗🤗. Gimana kabarnya hari ini? Semoga dalam kondisi yang baik ya.

Gimana nih, udah mulai panas belum. Eh 😂😂

Kalau jadi Devika, kalian merasa cemburu gak?

Jangan lupa vote dan komennya 💙💙

See you next part

Kisah untuk Devian ( Tamat & Sudah Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang