Akhirnya kami sampai, sampai disebuah rumah yang cukup luas yang kami tuju dengan mengendarai mobil selama beberapa puluh menit.
"Baiklah, aku pulang dulu." Ucap akaashi yang berada di mobilnya sementara aku dan bokuto turun dari mobil itu.
"Ya, hati hati dijalan." Ucapku sebelum akhirnya akaashi mengendarai mobilnya pergi dan perlahan lahan tak terlihat lagi.
"Kau bisa berjalan sendiri?" Tanya bokuto dengan tampang khawatir.
"Aku bisa, tenang saja kou-chan." Jawabku menanggapi pertanyaan bokuto.
Kami perlahan berjalan menuju pintu utama rumah itu, bokuto tanpa basa basi membuka pintu rumah itu.
"Aku pulangg!!" Ucap bokuto.
"Selamat datang kembali." Sahut seorang wanita yang berasal dari rumah itu.
"Kenapa baru pulang? Aku merindukan (name)." Ucap seorang pria yang juga berasal dari dalam rumah untuk menanggapi ucapan bokuto.
"Ayah, ayah hanya merindukan (name)? Aku tidak gitu?" Jawab bokuto kepada seorang pria tadi yang adalah ayah dari bokuto.
"Jadi, Ayah harus bagaimana? Mengatakan bahwa ayah merindukanmu juga?" Jawab ketus sang ayah.
"Koutaroo!! Ayah kangen~" ucap sang ayah lagi, kali ini dengan nada ceria dan pelukan hangat untuk bokuto.
"Oke, ayah, aku paham kenapa kau tidak melakukannya. Hentikanlah, aku merasa geli." Ucap bokuto yang berusaha keluar dari pelukan ayahnya.
"Ya, itu sebabnya ayah tidak melakukannya. Ayah juga geli."
Sang pria yang diketahui bernama Bokuto Haruki Itu melepaskan pelukannya pada bokuto, sementara aku dan wanita sebelumnya hanya menertawakan kelakuan ayah dan anak itu.
"(Name) Ayo masuk, tidak usah hiraukan bokuto dan suamiku itu." Ajak seorang wanita yang mengaku dirinya adalah istri dari pria sebelumnya, yakni ibu bokuto yang bernama Bokuto Hiroshi
"Baik, Tante." Ucapku dengan patuh.
Setelah masuk kedalam rumah itu, aku duduk di sofa bersama dengan keluarga bokuto yang menggangap aku juga sebagai salah satu anggota keluarga.
"Bagaimana, apakah kepalamu masih sakit? Aku dengar kau sempat dirawat dirumah sakit karena pingsan." Ucap ayah bokuto yang duduk disampingku sambil mengelus kepalaku.
"Aku sudah merasa lebih baik, paman. Aku juga dirawat oleh kou-chan dengan baik." Jawabku.
"Syukurlah anak itu menjagamu dengan baik. kau sekarang juga memanggil koutarou dengan nama panggilan huh?"
"Iya, aku sekarang memanggil kou-chan dengan nama panggilan."
"Baguslah, mulai sekarang jangan canggung saat bersama kami ya?" Ucap ibu bokuto yang tengah duduk disamping bokuto.
"Iya, (name). Jangan canggung saat bersama kami, kau juga bagian dari keluarga." Sambung bokuto.
"Tapi.. aku hanya sepupu jauh kan? Aku merasa masih belum termasuk dari keluarga inti kalian, aku hanya anak yang dititipkan--"
Aku berusaha tersenyum, meski dari awal aku bukanlah bagian dari keluarga ini, tapi memikirkan hal ini dari sudut pandang raga yang kutempati membuatku agak sedih.
"Tidak, kau adalah bagian dari keluarga kami sekarang. Bahkan secara hukum." Potong ayah bokuto.
"Maksud paman?" Tanyaku dengan bingung, tetapi aku melihat bokuto dan ibunya tersenyum padaku.
"Kau sudah dijadikan putri bungsu dari keluarga kami secara hukum, baru saja." Jelas ayah bokuto.
"Benar, mulai sekarang kita keluarga, sayang." Ucap ibu bokuto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life (Haikyuu x readers)
Fanfictionbagaimana jadinya jika seorang gadis SMA yang tidak mahir berolahraga tiba tiba masuk kedalam anime bergendre Sport yang ia sukai? Book ini menceritakan tentang Aira Izumi, gadis yang baru saja beberapa Minggu masuk SMA. Di hari ulang tahunnya, ia b...