Si Gadis yg Celaka

430 28 1
                                    

"Lo itu cuma barang taruhan Flora, sekarang gue udah dapet hadiah gue jadi lebih baik lo jangan pernah muncul didepan gue lagi. Atau lo mau jadi mainan semua orang disini?"

Dengan degup jantung yang tak beraturan Flora terbangun dari mimpi buruknya, keringat dingin membasahi keningnya. Ia berusaha sekuat tenaga mengatur nafas, menghirup udara sebanyak mungkin untuk mengisi kekosongan dalam rongga paru-parunya. Diraihnya sebuah botol kecil di atas nakas samping kasurnya, ia mengeluarkan beberapa butir tablet berwarna putih dan menelannya secara bersamaan. Perlahan namun pasti, adrenalinnya menurun, nafasnya sudah tidak memburu dan degup jantungnya berangsur normal kembali.

"Haahh..." Flora menghembuskan nafas kasar, ingatan buruk beberapa tahun silam ternyata masih menghantuinya sampai detik ini. Sampai kapan ini akan terus berlanjut?

Beberapa saat kemudian Flora bangun dan menyambar handuk yang tergantung dekat pintu kamar mandi, ia segera membersihkan dirinya.

Tak butuh waktu lama, kini Flora sudah rapi dengan pakaian formal dan riasan tipis di wajahnya. Ia sudah siap untuk menemui dosen pembimbingnya pagi ini, biasalah kegiatan dewasa mahasiswa tingkat akhir, konsultasi mengenai skiripsinya.

***

Di tempat lain, seorang gadis berperawakan tinggi dengan postur yg tegap sedang sibuk mempersiapkan pembukaan perdana Coffee Shop miliknya. Akhirnya usaha kecil yang ia idamkan dapat terwujud sebelum ia mendapat gelar Sarjana.

Dibantu dua orang barista dan seorang kasir, acara berjalan lancar. Pelanggan juga datang silih bergantian walau tidak terlalu ramai setelah menjelang sore. Namun patut di syukuri untuk usaha yang baru dimulai.

"Bos, saya izin istirahat dulu ya." ucap si kasir pada Bosnya.

"Jangan panggil bos, panggil Adel ajalah. Gak enak gue Niel. Dah gih sana istirahat biar gue yg jaga." jawab Adel selaku pemilik Cafe mendorong tubuh Oniel sang kasir masuk ke ruangan khusus para Staff.

"Lia, Olla, kalian juga istirahat aja, cafe juga lagi sepi biar gue yg jaga." lanjut Adel pada dua baristanya.

Lia dan Olla sedikit membungkukan tubuhnya sebagai ucapan terimakasih dan segera menyusul Oniel yg sudah beristirahat. Adel yang tinggal sendirian melipat lengan kemejanya sampai sepertiga dan memakai apron miliknya. Dengan senyum lebar ia berdiri dibelakang bar siap menyambut siapapun pelanggan yang akan datang.

'Ting'
Suara bel berdenting ketika pintu masuk cafe terbuka, seorang gadis mungil  berkacamata dengan ransel yang tampak penuh menggantung di punggungnya memasuki Cafe. Adel yang sedang mengelap gelas pun membalikan tubuhnya dan menyambut sang gadis berkacamata.

"Selamat sore, mau pesan apa kak?" sambut Adel dengan senyuman diwajahnya.

Si gadis tidak menjawab dan membaca menu yang tertera. Ia menunjuk pada Ice Coffee Latte dan Cheese Cake sebagai pendampingnya.

Adel memasukan pesanan si gadis pada mesin kasir dan menyebutkan nominal yg harus dibayarkan. Tanpa banyak bicara si gadis mengeluarkan selembar uang berwarna merah dan memberikannya.

"Terimakasih kak, ditunggu ya kak!" ucap Adel memberikan struk dan kembalian beserta alat khusus untuk memberi tahu pesanan si gadis sudah siap atau belum.

Setelah menerimanya, si gadis berjalan ke sudut ruangan dengan kursi kosong yang menghadap jendela. Tanaman hias diluar jendela menambah view yg adem ketika melihat keluar, untuk waktu yang cukup lama menyita perhatian si gadis berkacamata yang sudah duduk disana.

'Drrrtttt'
Benda yang diberikan barista tadi membuyatkan lamunan Flora. Ia membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit turun sebelum berdiri dan kembali menghampiri si barista.

"Selamat menikmati, kak!" ucap si barista tadi dengan senyumannya yg tak pernah pudar.

"Terimakasih" akhirnya Flora bersuara dan sedikit membalas senyuman si barista sebelum mengambil nampan yang berisi pesanannya dan kembali ke meja tempatnya duduk.

Suara lembut si gadis masuk dengan sopan pada indera pendengaran Adel, membuatnya terdiam sesaat sampai ia sadar nampan diatas tangannya sudah berpindah dan menjauh darinya.

Sambil memandangi punggung si gadis yang sudah kembali ke mejanya, Adel tersenyum simpul dan bergumam pelan.

"Manis"

***

Jam menunjukan hampir pukul 10 malam, Oniel, Olla, dan Lia saling berbisik sambil beres-beres. Pasalnya, si gadis berkamata masi terduduk ditempatnya menatap gelas dan piring yg sudah kosong tanpa melakukan apapun. Walaupun sebelumnya mejanya tampak penuh dengan beberapa buku dan laptop yang terbuka, tapi kini semuanya sudah rapi namun tidak ada tanda-tanda si gadis akan meninggalkan cafe.

Karena jam pulang semakin mepet dan mereka bertiga sudah selesai membersihkan dan merapikan area bar, maka Oniel berinisiatif untuk berbicara pada si gadis berkacamata.

"Maaf kak, cafe nya sudah mau tutup." tutur Oniel dengan suara yang lebut.

Namun nihil, tidak ada jawaban dari si gadis. Oniel menoleh pada kedua rekannya dan memberikan isyarat 'tidak ada jawaban'. Olla dan Lia bingung, tapi melihat jam sudah menunjukan pukul 10.10 malam, mereka harusnya sudah berpamitan pada Adel untuk pulang.

'Cklek'
Suara pintu terbuka, Adel baru saja keluar dari ruangannya sedikit terkejut melihat ketiga temannya masih disitu.

"Loh kalian belum pulang?"

"Anu Del... itu" Olla menjawab sembari menunjuk Oniel dan si gadis berkacamata.

Adel menaikan sebelah alisnya bingung, apakah ada masalah dengan teman dan pelanggannya? Segera ia menghampiri keduanya. Oniel yang  berdiri didepan sang gadis sedikit menggeser tubuhnya memberi akses untuk Adel, tak lupa ia menggelengkan kepala sebagai isyarat 'tidak tahu' pada Adel.

"Kalian pulang aja, udah jamnya pulang. Biar gue yg urus ini." titah Adel dan menepuk pundak Oniel.

Ketiga orang itu segera mengganti bajunya di ruang staff dan pulang. Adel yg masih disana beberapa kali memanggil si gadis namu tak ada jawaban apapun. Maka ia menarik kursi dan duduk tepat dihadapan si gadis. Entah, walau Adel sangat lelah dan ingin segera pulang, ia tidak ingin menginterupsi gadis berkacamata ini.

Sedetik kemudian suara isak tangis memecahkan keheningan diantara mereka, si gadis tiba-tiba saja menangis sesegukan. Adel yang sedikit panik segera bangkit dan berpindah ke samping si gadis.

"Kak kenapa kak?" tanya Adel yg bingung sekaligus panik.

Yang ditanya sama sekali tidak menjawab malah menangkup wajahnya dengan kedua tangan dan semakin tenggelam dalam tangisannya. Adel yg bingung membopong si gadis keluar cafe dan masuk ke mobilnya, karna tidak mungkin membiarkan mereka berdua bermalam di cafe. Tak lupa ia kembali ke cafe untuk menutup dan mengunci cafe, bahkan tak sempat membereskan gelas dan piring diatas meja bekas si gadis.

Kembali ke mobilnya, Adel masih mendapati si gadis menangis sambil memejamkan kedua matanya. Karna hari sudah semakin larut, Adel memutuskan membawa si gadis ke kediamannya.

Sampai di depan rumah Adel yg minimalis, diliatnya si gadis sudah tenang dan terlelap. Mau tidak mau Adel menggendong gadis itu ke kamarnya, membaringkan tubuh mungil itu di atas kasurnya yg empuk. Tak lupa ia menyelimuti tubuh mungil itu agar tidak kedinginan.

Selesai dengan si gadis, Adel segera membersihkan dirinya dan bersiap untuk tidur di sofa ruang tengah.

"Hidup gue hari ini kenapa random banget ya... bisa-bisanya bawa orang gak dikenal ke rumah gue..." monolog Adel sebelum ia memejamkan mata dan menjemput mimpinya.

tbc...

Nice To Meet You (FLODEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang