Malam harinya Zee membuka kunci kamar dimana Flora dikurung sambil mengantarkan makan malam. Terlihat Flora meringkuk ditas kasur, mengabaikan kedatangan Zee.
"Makan" Zee meletakan sekotak nasi diatas nakas.
"Saya mau memastikan keadaan bunda..." pinta Flora putus asa.
Zee mengabaikan perminataan Flora, ia menarik kursi yang ada disana dan duduk menghadap Flora.
"Lu harus kooperatif sama gue kalau peduli dengan keselamatan bunda elu" ancam Zee pada Flora.
Flora bangkit dengan lemas, matanya bengkak karena ia terus menangis, rambutnya sedikit berantakan, ia menatap Zee dengan tatapan memohon.
"Apalagi yg kalian mau dari saya? Belum cukup kah kalian menghancurkan saya di masa lalu?" tanya Flora menahan tangisnya.
"Ck!" Zee berdecak, tak tahan dengan sifat Flora yg cengeng.
"Bisa gak lu berhenti nangis? Sekarang mending elu ceritain gimana bisa lu bertemu dan mengusik Freya lagi" tegas Zee dengan tatapan mengintimidasi.
Flora yang ditatap seperti itu tentu saja ketakutan, ia segera mengusap matanya supaya air matanya berhenti mengalir, juga menahan isak tangisnya meski sangat menyesakan dadanya.
Setelah mulai agak tenang barulah Flora mulai bercerita bagaimana ia secara tidak sengaja bertemu kembali dengan Freya di sebuah cafe, sampai saat dimana Flora melukai Freya dengan sebuah garpu. Flora mendapat bisikan entah dari mana yg menyuruhnya untuk melakukan itu.
Zee yang sedari tadi menyimak tidak mengerti dengan jalan pikiran Flora, bagaimana bisa ia mengusik kembali orang yg pernah menghancurkan kehidupannya di masa lalu.
"Lu... lu sadar kan siapa yg lu usik? Lu masih inget kan alasan Freya membully lu dulu?" tanya Zee berusaha sabar.
Flora hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
"Kalau kemaren lo gak berulah dan membiarkan Freya begitu aja, gue gak perlu repot-repot bawa lu sejauh ini hanya agar tidak terlihat oleh 'mata' Freya! Lu pikir selama ini hidup lu aman dari Freya karena keajaiban? Itu semua karena gue Flo. Gue yg atur semuanya!" cerca Zee sembari menoyor kepala Flora.
"Haahh..." Zee kembali mengatur emosinya yg terlalu meluap-luap.
"Dengerin gue, ini terakhir gue bantuin lu. Gue gak mau ikut campur lagi. Mendengar cerita lu tadi, gue rasa lu punya potensi untuk melawan Freya. Kalau lu bisa mengubah emosi dan dendam lu menjadi kekuatan untuk melawan Freya, lu bisa lepas dari permainan gilanya kali ini" Zee menatap Flora intens.
"Masalahnya lu terlalu lemah dan Freya punya banyak mata yang selalu mengawasi pergerakan elu saat permainannya di mulai, antek-anteknya Freya mereka ada dimana-mana dan kita gapernah tau siapa aja mereka" Zee melanjutkan.
"Saat ini Freya masih belum bergerak, sekitar satu bulan kedepan Freya masih disibukan dengan pekerjaannya. Kalau lu mau melatih tubuh lemah lu itu, sekaranglah waktunya. Inget Flo, waktu lu cuma satu bulan." Zee bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Flora yang masih mencerna perkataan Zee.
"Oh iya, lu gaperlu khawatir sama bunda lu, ini termasuk bantuan terakhir yg bisa gue kasih. Untuk sementara waktu lu gak akan bisa bertemu dengan bunda lu, sebisa mungkin gue akan buat bunda lu jauh dari jangkauan Freya, sampai semua ini berakhir" ucap Zee menghentikan langkahnya diambang pintu.
"Kenapa kamu mau membantu saya?" lirih Flora menatap punggung Zee yg membelakanginya.
Zee tidak menjawab, ia segera keluar dan kembali mengunci pintu kamarnya lagi agar Flora tidak kabur. Semua ini Zee lakukan agar percakapannya bersama Flora malam ini tidak diketahui Freya. Seperti katanya tadi, 'mata' Freya ada dimana-mana dan kita tidak pernah tahu siapa saja yg menjadi antek-anteknya Freya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice To Meet You (FLODEL)
RomanceSebenarnya darimana semua ini berawal? Kamu yang selalu datang di jam yang sama dan memesan menu yang sama, atau aku yang selalu menunggu kedatanganmu di waktu yang sama? ⚠️ ⚠️⚠️ Disclaimer, cerita ini hanya fiksi jangan dibawa ke rl ya kawan ☝🏿