Let's not falling in love

251 32 5
                                    

"Gak bosan liatin saya terus?" suara Flora memecah keheningan diantara keduanya.

Sudah lebih dari 30 menit berlalu sejak mereka tiba, selama itu pula Adel terus memandangi wajah Flora dari samping. Tentu saja Flora menyadari hal itu, namun ia tidak menggubrisnya.

"Ngga, lu cantik" jawab Adel masih memandang Flora lekat-lekat.

Adel benar-benar ingin menyimpan pemandangan yg rasanya tidak bisa ia lihat lagi setelah ini. Jadi ia tidak akan mengalihkan pandangannya dari wajah Flora.

Tanpa disangka, Flora membalikan tubuhnya menghadap Adel dan menatap dalam pada manik cokelat milik si gadis jangkung. Mencari kebohongan disana, namun nihil. Yang Flora temukan hanya ketulusan.

"Ke-kenapa?" Adel terbata ditatap seperti itu. Jangan ditanya, wajahnya sudah semerah tomat saat ini.

Flora tidak menjawab, dalam hati ia tengah menghitung hingga sepuluh, menunggu gadis didepannya memalingkan wajah. Namun yg ia lihat hanya wajah memerah Adel yg sangat lucu dimatanya.

"Ngga" jawab Flora singkat, kembali membalikan tubuhnya menghadap pemandangan yg disajikan oleh alam semesta.

"Ih kenapa Floo" Adel merengek dan menggoyang-goyangkan sebelah bahu Flora.

"Akhh bahu gue copot ntar!" Flora menepis tangan Adel.

"Kasih tau makanya Flo, ada apasih lu liatin gue segitunya tadi? Jangan-jangan..." Adel menggantung ucapannya sambil menatap Flora dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Berniat menggoda Flora, namun sayang yg dapatkan adalah tendang tepat di tulang keringnya. Sepertinya ini hari sial Adel karena sudah mendapat tendangan dari Flora sebanyak 2x.

"Akhh! KDRT mulu sih Flo..." ucap Adel membungkukan tubuhnya, mengusap kakinya yg sakit.

Flora berniat meminta maaf karena sudah menyakiti Adel, namun gengsinya terlalu yinggi untuk melakukan hal itu. Ia hanya memalingkan wajahnya.

"Ngga" jawabnya sedikit ketus.

Tidak ada jawaban, Adel masih mengusap kakinya dengan sedikit ruam kebiruan yg muncul. Flora masih enggan untuk meminta maaf dan hanya bertanya-tanya dalam pikirannya sendiri, apakah ia terlalu kasar pada Adel?

Adel mendongkakan kepalanya menatap wajah Flora dari bawah. Mencari-cari sedikit kekhawatiran di wajah Flora yg tanpa ekspresi itu, nihil.

"Hhhhh" Adel mengdenguskan nafasnya, setidak peduli itu kah Flora pada dirinya?

Pegal dengan posisi begitu, Adel memilih duduk bersandar pada pagar pembatas. Pikiran buruk tentang Flora bermunculan sedikit-demi sedikit di kepala Adel. Seperti, kenapa Flora kadang terkesan menerima kehadiran Adel, namun terkadang terkesan seperti memberi pembatas bagi Adel untuk tidak terlalu masuk ke dalam dunianya. Adel benar-benar tidak mengerti dengan sikap nona tumbuhan ini.

Hari sudah menjelang petang, Flora masih berdiri seperti patung menatap kosong ke kejauhan. Dan Adel masih setia menemaninya, walau tak ada percakapan apapun diantara keduanya yg sibuk dengan pikiran masing-masing.

Kedua mata Flora tiba-tiba menjadi berbinar kala waktu yg ia tunggu-tunggu akhirnya tiba. Matahari yang tenggelam diufuk barat dengan biasan cahaya jingga kemerahan yg mewarnai langit sore itu menjadi pengobat segala perasaan negatif yg menumpuk pada dirinya.

"Del del bangun liat del!" seru Flora menepuk-nepuk pundak Adel.

"Hm?" Adel bangkit, menepuk-nepuk bagian belakang celananya untuk membersihkan debu yg menempel.

'Deg'
Jantung Adel seakan berhenti sesaat ketika ia menoleh ke samping. Hembusan angin meniup surai-surai tipis yg menutupi wajah Flora dari samping, seperti tirai yg terbuka menampilkan Flora dengan mata berbinar dan senyuman semanis cokelat.

Rasa kesal yg sedari tadi menyelimutinya seakan hilang ketika ia melihat Flora sebahagia ini hanya karena melihat matahari terbenam dari atas bukit. Sekali lagi, ini pemandangan yg sangat langka untuk Adel temukan selama bersama Flora. Dalam hati Adel bertekad, suatu saat ia akan membuat Flora jauh lebih bahagia dari hari ini.

"Cantik" jawab Adel masih betah menatap Flora.

"Iya kan! Biasanya orang melihat sunset dari pantai, tapi saya lebih suka melihatnya dari atas bukit yg tinggi" jelas Flora dengan semangat.

"Iya, tapi ada yg jauh lebih cantik di dunia ini" ucap Adel masih dengan posisi yg sama.

Flora penasaran, ia membalikan tubuhnya menghadap Adel yg pipinya sedikit memerah, kenapa?

"Didepan mata gue ada yg lebih cantik dan bahkan paling cantik sealam semesta" lanjut Adel dengan wajah seriusnya.

Wajah Flora terasa panas mendengar kalimat terakhir yg diucapkan Adel. Jantungnya berdegup sangat cepat seolah akan meledak dalam waktu dekat. Ada apa ini, kenapa perasaan ini muncul saat ia mendengar gombalan receh dari Adel?

Dilain sisi, Adel pun merasakan hal yg sama. Ia mengambil satu langkah maju mendekati Flora. Kini jarak diantara keduanya hanya tersisa kurang dari tiga puluh centi. Adel menatap langsung pada mata Flora. Membuat wajah Flora kian memerah. Keduanya saling bertatapan, dengan degup jantung yg saling berpacu seolah mengejar garis finish.

"Saking cantiknya, berhasil membuat gue terjebak dan tidak bisa keluar dari dunianya" Adel melanjutkan dengan nada suara yg rendah sambil mendekatkan wajahnya.

"Gue terjebak didalam dunia lu Flo" ucap Adel tepat didepan wajah Flora yg sudah semerah kepiting rebus.

Flora tidak bisa berkutik, tubuhnya seolah membatu, bahkan lidahnya terasa kelu tak dapat menjawab barang sepatah katapun.

Sedangkan Adel, ia dapat menghirup aroma strawberry dari bibir kecil Flora. Matanya sedikit mencuri pandang pada bibir ranum itu. Ugh, Adel segera menjauhkan wajahnya, ia tak ingin melakukan hal yg lebih jauh lagi. Apalagi saat ini Flora masih mematung, apa kesadarannya sudah hilang?

"Flo?" Adel melambaikan tangan didepan wajah Flora karena masih tidak ada reaksi apapun dari gadis mungil itu.

'Pluk'
Flora menangkup wajah memerahnya dengan kedua tangan, malu.

"Ngga, ngga, ngga, ngga, ngga boleh begini, gak bisa! Kenapa jantungku semakin berdebar, arrrghh! Gimana cara menghentikannya, bunda tolong Flora!" pikiran Flora menjerit menahan malu serta debaran aneh namun memabukan dalam dirinya.

"Del..." suara Flora tertahan.

Adel mengerti, ia menarik Flora dalam pelukannya. Keduanya saling merasakan debaran masing-masing yg sama kencangnya, seolah berbagi perasaan dalam pelukan itu.

Flora memejamkan matanya dan membalas pelukan Adel untuk pertama kalinya, Adel kaget namun sedetik kemudia tersenyum senang karena berpikir pelukan ini menjadi lampu hijau dari Flora.

"Let's not falling in love" cicit Flora.

Tubuh Adel bergetar, baru saja ia berpikir ada kesempatan untuknya, langsung dijatuhkan begitu saja oleh Flora.

Adel menggigit bibirnya hingga berdarah, ia juga sedikit mengeratkan pelukannya, menahan kesal. Apakah ini adalah penolakan secara halus?

"Setidaknya untuk saat ini..." lanjut Flora

Oke Flora sepertinya suka mempermainkan pikiran dan perasaan Adel.










tbc...
duh mumet draftnya tetiba gak update

Nice To Meet You (FLODEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang