Adel menepati ucapannya, ia mengantar Flora ke kampusnya dan berjanji akan menjemput Flora saat ia sudah menyelesaikan urusan perkuliahannya. Flora pasrah mengikuti apapun yg Adel ucapkan, selama itu masih bisa ia ikuti.
Selesai mengantar Flora, Adel bergegas menuju cafe nya, ia tetap harus bertanggung jawab dengan bisnis yg baru dirintisnya beberapa minggu ini. Sebelum ke cafe Adel menyempatkan diri untuk pulang dan mepersihkan dirinya, badannya terasa lengket. Diperjalanan menuju cafe, Adel memikirkan kembali ucapan Flora tadi pagi juga kampus dimana Flora berkuliah, sama seperti kampus dimana orang bernama Zee yg Adel kenal berkuliah juga.
"Apa Zee yg dia kenal sama kayak Zee yg gue kenal ya... tapi kok gue gapernah tau Zee punya teman namanya Flora" gumam Adel menggigit jarinya, tak tenang.
Sesampainya di cafe, Adel menyuruh Oniel dan Olla untuk beristirahat. Sedangkan Lia tetap bersamanya untuk berjaga apabila ada pelanggan datang.
"Sorry ya Li, soalnya gue takut keteteran kalau rame" ucap Adel sambil memakai apron miliknya.
"Gapapa kali Del, santai aja" jawab Lia berbicara santai lada Adel.
"Seneng banget nih keliatannya, " lanjut Lia menyenggol lengan Adel.
"Ah ngga biasa aja tuh gue" jawab Adel sambil melihat pantulan bayangan dirinya pada mesin kopi.
"Kemaren-kemaren mukanya kalau dateng mirip pns belum gajian 3 bulan, nah kalau sekarang sumringah betul diliat-liat dari awal masuk, abis ketiban rejeki nomplok ya Del?" tanyanya pada Adel sambil menirukan mimik muka Adel.
"Ahahaha emang iya muka gue begitu? Tapi ini bukan ketiban rejeki noplok Li, gue habis ketemu bidadari surga" Adel nyegir sembari membayangkan manisnya wajah Flora saat ia mengantarnya tadi.
"Idiiiiih, cewek mana lagi nih yg menarik perhatian buaya satu ini" timpal Lia meledek.
"Heh! congornya dijaga ya!" tidak, Adel tidak emosi, sudah menjadi hal lumrah diantara mereka untuk saling mengeluarkan kata-kata mutiara.
"Gak ada yg lain, cuma ada Nona Flora dihidup Adel saat ini" Adel melanjutkan dengan sedikit hiperbolis.
Lia memasang ekspresi jijik, tidak menyangka teman sekaligus Bos nya ini bisa mengeluarkan kata-kata alay khas remaja yg sedang dimabuk cinta.
"Idih idih... asik betul sekarang udah bisa ketemuan diluar cafe ya. Tapi tumben dah dua hari ini tu pelanggan cimit gak kemari?" lagi, Lia bertanya.
"Biasalah..." Adel menyandarkan tubuhnya pada sisi bar, menghadap pada yg berdiri disampingnya.
"Namanya juga mahasiswa tingkat akhir, lagi sibuk-sibuknya pacaran sama skripsi kalau kata Oniel mah" lanjut Adel.
Lia mengangguk-anggukan kepalanya atas jawaban yg Adel berikan. Lalu ia teringat kejadian tempo hari, saat Flora ribut dengan pelanggan lainnya.
"Oh iya Del, orang yg kemaren ribut sama Flora, kok kayak gak asing yang. Gue kayak pernah liat mukanya tapi dimana gitu..." Lia menggantung kalimatnya, mencoba mengorek ingatannya mencari informasi tentang seseorang itu.
Adel mencoba mengingat kembali kejadian beberapa hari lalu, dari suaranya sih ia merasa familiar tapi Adel tidak ingat dengan wajahnya karena terlalu fokus pada Flora.
"Oh! Gue inget Del, kalau gak salah gue pernah liat di acara ulang tahun kakak lu!" seru Lia menepuk pundak Adel.
"Temen kakak gue kah?" Adel mengerutkan dahinya sambil berpikir keras.
"Iya... waktu itu rambutnya agak pendek Del makanya kemaren pas liat gue gak langsung kenal" ujar Lia sangat yakin dengan ingatan dan penglihatannya.
"Temen kakak gue yg rambutnya pendek banyak sih... eh tapi itu orang gak ada balik lagi kesini kan? Nyariin Flora gitu pas gue lagi gak ada" Adel memastikan.
"Ngga sih Del, aman aja selama lu gak ada"
"Ohh oke oke" Adel menganggukan kepalanya.
Tak lama cafe memasuki jam ramai pelanggan, keduanya pun langsung disibukkan dengan tanggung jawab masing-masing hingga Olla dan Oniel selesai beristirahat, lalu berganti dengan Lia yg beristirahat. Sedangkan Adel tetap membantu operasional cafe hingga sore.
***
Adel turun dari mobilnya ketika sampai didepan gedung fakultas dimana Flora berkuliah. Ia sudah berpesan pada Flora akan menjemputnya saat Flora sudah selesai. Walau enggan, Flora tetap mengirimkan pesan pada Adel pukul berapa ia selesai.
Tidak menunggu lama, lima menit sejak ia tiba akhirnya ia melihat sosok gadis mungil yg membawa beberapa buku tebal diatas pangkuannya. Dengan sigap, Adel berjalan menghampiri dan membawakan membantu Flora membawakan buku-bukunya.
"Sini sama gue aja" kata Adel mengambil buku-buku tebal itu dari pangkuan Flora.
"Jangan Del, berat" Flora masih mempertahankan buku yg tersisa.
"Ya karna berat, biar gue aja yg bawa" balas Adel mengambil buku terakhir dari tangan Flora.
Flora pasrah, bisa-bisanya ia bertemu dengan orang yg keras kepalanya hampir menyamai dirinya sendiri. Namun, ada perasaan menggelitik yg ia abaikan sedari tadi sampai-sampai ia mengulum senyum tipis.
Mobil Adel melesat, membelah jalanan yg tidak terlalu ramai menuju rumah Flora. Hening, tidak ada obrolan dari keduanya. Adel fokus menyetir, sedangkan Flora... kembali memikirkan kata-kata Zee tempo hari.
Tak terasa perjalanan kurang lebih empat puluh lima menit, akhirnya mereka sampai. Adel membawakan buku-buku milik Flora dan mengekor dibelakang si gadis mungil. Namun saat akan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua, Flora berhenti dan menghadap Adel.
"Sorry Del, saya gapernah bawa orang ke dalem kamar" Flora mengulurkan tangannya meminta bukunya.
Adel yg mengerti tidak membantah dan memberikan bukunya pada Flora dengan hati-hati.
"Saya mau mandi dulu, kamu... mau mandi juga? nanti saya carikan baju saya yg ukurannya besar" tawar Flora sembari menerima bukunya.
"Gausah Flo, gue nanti bersih-bersih dirumah aja" jawab Adel dengan senyuman diwajahnya.
Flora yg melihat senyuman itu segera membalikan tubuhnya, tak ingin Adel tahu kalau sekarang pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Yaudah, tungguin saya gak lama!" serunya sembari berlali kecil menaiki anak tangga.
"Hati-hati nanti jatuh!" Adel memperingati sambil menutupi senyum diwajahnya karena gemas melihat Flora yg berlari seperti kelinci kecil.
Rasanya Adel ingin mengangkat dan menggendong tubuh ringkih itu. Adel benar-benar dibuat gemas dengan semua tingkah Flora. Haruskah Adel lebih mendekati Flora secara ugal-ugalan, karena saat ini ia tidak bisa menahan debaran dalam dadanya. Beruntung Flora sudah tidak ada disana, jika tidak mungkin suara degupan jantung Adel bisa terdengar oleh gadis itu.
tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice To Meet You (FLODEL)
Roman d'amourSebenarnya darimana semua ini berawal? Kamu yang selalu datang di jam yang sama dan memesan menu yang sama, atau aku yang selalu menunggu kedatanganmu di waktu yang sama? ⚠️ ⚠️⚠️ Disclaimer, cerita ini hanya fiksi jangan dibawa ke rl ya kawan ☝🏿