Bersepeda berdua

184 22 2
                                    

Setelah hari dimana Adel menemani Flora seharian, kini sudah menjadi rutinitas bagi mereka berdua untuk menghabiskan waktu bersama hampir setiap hari. Jika tidak di cafe, ya di rumah Flora. Setiap kali ada kesempatan, Adel tak pernah absen untuk menemui Flora, namun juga tidak melalaikan kewajibannya atas perkuliahannya sendiri juga mengurus usahanya.

Flora sendiri? tidak menolak dan cukup menikmati waktu yg ia habiskan bersama Adel. Walau mempersilahkan Adel, Flora tetap membatas kapan Adel boleh menemuinya. Karena Flora masih merahasiakan tentang keadaannya saat ini. Ya, tidak semua hal bisa diceritakan, apalagi Flora cukup tertutup dengan urusan pribadinya.

Sudah lewat dua minggu Flora melatih tubuhnya secara otodidak, mulai dari latihan fisik sampai latihan bela diri yg ia lakukan hanya dengan menonton vidio tutorial. Walau hanya gerakan dasar seperti jab dan low kick, Flora terus melatihnya setiap hari. Setidaknya ia harus bisa mempertahankan diri, mengingat Freya memiliki banyak pengikutnya. Beruntung jika ia bisa melawan Freya one on one.

Tunggu sebentar... sejak kapan Flora merasa seambius ini? Satu-satunya alasan yg ia sadari saat ini hanya agar ia bisa kembali berkumpul bersama sang Bunda. Dua minggu tanpa sosok Bunda, membuat Flora harus menyimpan kerinduan dan kesedihannya sendirian.

"Flora rindu bunda..." desis Flora mengepalkan tangannya kuat.

'BUGH!' pukulan jab  terakhir yg ia layangkan hari ini pada samsak didepannya menghasilkan suara yg cukup kuat untuk seorang amatir sepertinya. Sudah cukup latihannya untuk hari ini.

Flora mengambil handuk kecil yg tergantung, mengnyeka keringatnya yg membanjir.

"Udah selesai?"

Sebuah suara yg sangat Flora kenal sedikit mengejutkannya, Flora menolehkan kepalanya pada sumber suara dan mendapati Adel dengan segelas minuman suplemen untuk Flora. Ya, kadang saat Adel bekunjung dan Flora sedang 'beroalahraga', biasanya Adel akan menggantikan tugas Bi Inah membawakan minuman suplemen milik Flora.

"Kaget saya" ucap Flora melemparkan handuk basahnya pada Adel, tidak sopan.

Untung Adel sangat tanggap menangkapnya dengan satu tangannya yg bebas. Namun detik berikutnya Adel melemparkan handuk itu asal.

"Iyuuhh!" serunya dengan eskpresi ya... bayangkan sajalah sendiri.

"Ahahahahaha" tawa renyah Flora terdengar sangat puas.

Untuk pertama kalinya, didepan mata Adel melihat seorang Flora tertawa begitu lepas. Ada sebuah kebanggaan pada dirinya sendiri dapat membuat Flora tertawa seperti itu, sesuatu yang  jarang terjadi.

"Udah puas ngetawain gue nya?" tanya Adel melihat Flora yg masih cekikikan sendirian.

"Hahahahha.... aduh sorry.. sorry" Flora mengusap air mata yg sedikit keluar saking puasnya ia tertawa.

"Muka kamu lucu banget, saya gak kuat. Kalau terekam kamera sepertinya langsung masuk 7 keajaiban on the spot itu hahahahha" Flora melanjutkan tawanya.

Seorang Flora meroasting Adel? Jiwa persaingan Adel melonjak naik.

"Kayak ada yg ngomong tapi gak keliatan..." Adel membalas tak mau kalah.

'Duaak!!'

"Auuchh!!"

Flora menendang tulang kering Adel, membuat Adel mengaduh kesakitan. Sebelumnya, Flora sempat menyelamatkan gelas yg Adel pegang dan segera kabur.

"Wleee makanya jangan macem-macem sama saya" Flora menjulurkan lidahnya meledek Adel sambil berlalu pergi dan meminum suplemennya yg sempat dianggurkan beberapa saat itu.

"Arrrghh! dasar botol yakult, awas lu gue gantung di pohon toge!" seru Adel yg masih mengaduh kesakitan akibat tendangan Flora.

***

"Mau ngapain Flo?" tanya Adel yg mengekor dibelakang Flora.

Setelah selesai membersihkan tubuh dan makan bersama, Flora mengeluarkan sepeda miliknya. Ia mengecek kondisi sepedenya sebelum menaikinya.

"Ayok" ucap Flora setelah duduk diatas jok sepeda, menatap pada Adel yg masih terlihat bingung.

"Kalau gamau saya tinggal nih" lanjut Flora karena Adel masih mematung.

Perlu waktu sedikit lebih lama untuk Adel memproses ajakan Flora yg terlalu spontan (uhuy) ini. Flora menyuruh seorang Adel, yg notabene tubuhnya jauh lebih besar dari Flora untuk naik sepede dengan di bonceng Flora? Harga diri Adel sedikit tersentil.

"Ngga, ngga, ngga, ngga, gue gamau ya di bonceng sama elu. Mau ditaruh dimana ini muka gue kalau ada yg liat, sini gue aja dah yg boncengin elu" jawab Adel sembari memegang stang sepede.

"Apasi lebay gitu doang, buruan naik Del" Flora mempertahankan posisinya, ia sendiri gengsi kalau harus dibonceng apalagi sama Adel. Tunggu, kenapa dengan Adel? Flora tak menemukan jawabannya.

"Ngga mau nona Flora, biar Adel aja yg boncengin ya. Emang kita mau kemana naik sepeda?" Adel berbicara lembut untuk mendapat izin dari Flora.

Flora yg mendengar malah bergidik geli, gak cocok Adel berbicara selembut itu.

"Yaudah. Jangan nyesel ya. Saya yg arahin kita mau kemana" Flora mengalah akhirnya, ia berpindah duduk di bagian belakang sepeda.

Adel segera mengambil alih posisi Flora sebelumnya. Flora berpegangan pada pinggang Adel, jaga-jaga agar tidak jatuh. Namun, Adel malah mengarahkan tangan kecil itu untuk memeluk pinggangnya.

"Biar gak jatuh, peluk yg erat ya" ucap Adel.

Sayangnya, Flora adalah Flora. Alih-alih menuruti ucapan Adel, ia malah memberikan cubitan pada pinggang Adel.

"Gamau, udah ah buruan jalan Del" tangan Flora kembali pada posisinya semula, berpegangan pada pinggang Adel. Diam-diam menyembunyikan detak jantungnya yg berpacu terlalu cepat.

"Iya iya..." Adel pasrah, sulit memang.

Sesuai dengan arahan Flora, Adel mengayuh pedal sepeda menuju lokasi yg ia sendiri tidak tahu. Jalanannya sedikit menanjak, kemudian menurun, lalu menanjak lagi. Cukup panjang, Adel sedikit kewalahan karena pedalnya terasa berat, namun gengsi jika harus meminta beristirahat pada Flora.

Akhirnya sepeda berhenti di ujung jalan, dimana terdapat sebuah bukit yg cukup tinggi. Flora turun, diikuti Adel yang langsung menurunkan standar pada sepeda.

Adel menatap kedepan, ada puluhan anak tangga yg mengarah ke atas. Ia menelan ludah, sudah mengayuh pedal sejauh ini lalu maish harus menaiki puluhan anak tangga di depannya? Kakinya mendadak terasa lemas.

"Masi kuat?" Flora bersuara menatap Adel.

"K-kuat lah! gini doang, gampang" jawab Adel, tak sesuai dengan isi hatinya.

"Bego, bego, bego, bego, Adel bego gengsi lu tinggi amat si..." suara hati Adel meruntuki grngsinya yg setinggi harapan orang tua.

"Ayok!" seru Flora berjalan terlebih dahulu, sangat bersemangat menaiki satu demi satu anak tangga dihadapannya.

Sedangkan Adel mengikuti dibelakang dengan seribu penyesalan dihatinya. Dengab sekuat tenaga ia harus menggerakan kedua tungkainya untuk mengikuti langkah Flora.

Sesampainya diatas, senyuman merekah diwajah keduanya. Pemandangan kota dan gunung dibelakangnya memanjakan mata keduanya. Rasa lelah untuk mencapai tempat ini terobati dengan keindahan alam yg belum pernah Adel lihat sebelumnya.

Adel menoleh ke samping...

'Deg!' jantungnya berhenti sejenak melihat ekspresi diwajah Flora. Manik cokelatnya yg berbinar, senyum manisnya yg merekah begitu lebar semakin menambah kesan lucu pada wajah mungil itu. Cantik. Satu kata yg mewakili pemandangan dan sosok dihadapannya.

Adel terjebak dalam dunia Flora.









tbc.....

Nice To Meet You (FLODEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang