Menghilang

164 19 2
                                    

"Kenapa kalian lakuin ini sama saya..." tanya Flora tak bertenaga setelah dikurung seharian didalam gudang yg gelap.

Salah satu diantara mereka mendekat, berjongkok dihadapan Flora dan menjambak rambut Flora, membuat Flora terpaksa mendongkakan kepalanya.

"Akhhh..." ringis Flora merasakan perih dikepalanya.

"Gak ada alasan apapun, lo emang pantes diginiin!" ia membanting kepala Flora ke lantai dan meninggalkan Flora yg mengaduh kesakitan.

"Akhh!" kembali Flora terbangun dari mimpi buruknya.

Jika seperti ini terus rasanya ia tidak mau tidur, terbersit dipikiran Flora untuk meminta resep obat agar ia tetap terjaga sepanjang hari. Namun diurungkan niatnya itu karena pasti akan semakin merusak dirinya. Cukup dengan obat penenang yang ia konsumsi setiap terbangun dari mimpi buruk itu.

Flora bangkit setelah merasa tenang, mengambil  handuk dan segera membersihkan dirinya. Tak butuh waktu lama, kini Flora sudah rapi dengan riasan tipis diwajahnya. Setelah dirasa siap, Flora segera turun untuk menikmati sarapannya pagi ini.

"Pagi bi, bunda mana?" tanya Flora ketika tidak melihat sosok bundanya di meja makan.

"Ibu sudah berangkat non dari jam 6 pagi tadi, katanya ada perjalanan dinas keluar kota" jawab Bi Inah menyodorkan susu hangat untuk Flora.

Flora hanya menganggukan kepalanya dan segera menyantap sarapannya, tak lupa ia juga meminum susu yang sudah disediakan.

Selesai makan, Flora segera menyambar tasnya dan berjalan keluar rumah. Ia membuka gerbang dan terkejut ketika melihat sosok yang sangat ia kenal sedang berdiri tepat di depan gerbang rumahnya.

***

"Adel?!"

"Eh Marsha, ada kelas pagi juga?" tanya Adel pada seorang gadis yg baru saja memanggilnya setelah keluar dari mobil.

"Iya nih, mana masih ngantuk lagi hoaammm" Marsha menguap lebar sambil menutup mulutnya dengan punggung tangannya.

"Widiiih lebar amat meng, dunia lama-lama kesedot dah tuh" canda Adel pada temannya itu.

"Enak aja!" Marsha menggembungkan kedua pipinya sebagai bentuk protes atas candaan yg dilontarkan Adel.

"Hahahaha lucu banget sih meng ku..." tawa Adel merangkul pundak Marsha dan mengacak pucuk rambutnya, gemas.

"Tumben gak dianter Zee? Biasanya rajin tuh anak ngintilin elu meng." tanya Adel setelah tersadar Marsha datang membawa mobilnya sendiri.

"Ada urusan katanya jadi gabisa nganter."

"Ohhh..." Adel manggut-manggut.

Keduanya berpisah dipersimpangan menuju gedung fakultasnya masing-masing, karena mereka memang berbeda jurusan.

"Daaah meeeeng..." Adel melambaikan tangannya pada Marsha, begitupun sebaliknya.

Setelah Marsha sudah tak terlihat lagi, barulah Adel membalikan tubuhnya ke arah gedung fakultasnya sendiri.

***

"Mau ngapain kamu kesini!" Flora panik, hendak menutup kembali gerbang rumahnya namun refleks orang dihadapannya lebih cepat.

"Jangan berisik. Ikut gue, jangan macem-macem kalau gamau perjalanan bunda lo kenapa-kenapa." ancam orang tersebut tepat ditelinga Flora.

Lemas, tubuh Flora ambruk begitu saja mendengar ancaman orang tersebut. Bagaimana bisa dia tahu tentang kegiatan Bundanya.

Dengan sedikit menyeret tubuh Flora, orang tersebut berhasil membawa Flora masuk ke mobilnya dan dengan cepat meninggalkan kediaaman Flora.

"Tolong... jangan sakiti bunda... yg kalian mau cuma saya kan... saya sudah kamu bawa jadi saya mohon jangan sentuh bunda..." Flora memohon pada orang disampingnya.

Tidak ada jawaban, tapi Flora sadar orang ini sedang membawanya pergi jauh ketika mobil miliknya memasuki jalan tol yang menghubungkan dengan kota sebelah. Flora hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Tuhan agar dirinya dan bundanya berada dalam lindungan Tuhan.

L

ima jam berlalu, akhirnya mereka sampai disebuah Villa yg berada ditengah-tengah perkebunan teh. Orang itu segera keluar, membukakan pintu untuk Flora dan menyeret Flora untuk ikut bersamanya masuk ke Villa itu.

Orang itu mendorong tubuh kecil Flora ke sebuah kamar dan merebut ponsel miliknya agar tidak bisa menghubungi siapapun. Lalu ia mengunci pintu kamarnya dari luar sehingga Flora tidak bisa kemana-mana.

Flora hanya bisa menangis, ia menyandarkan tubuhnya pada pintu yg terkunci dan memeluk kedua lututnya. Flora benar-benar ketakutan.

Sementara itu orang yang membawa Flora keluar lagi dari Villa untuk mengangkat teleponnya yg terus bergetar sejak ia meninggalkan kota asalnya bersama Flora.

"Halo Fre, kenapa?"

"Dimana Zee?" tanya suara disebrang telepon.

"Ada urusan Fre, disuruh bokap gue meeting sama client di luar kota. Kenapa?" Zee mengulang pertanyaannya.

"Gapapa, hari ini anak-anak mau kumpul sekalian bahas soal 'mainan kecil' kita. Gue punya rencana bagus."

"Fre... gue udah gamau ikut-ikutan permainan gila lu lagi. Kita bukan anak sekolah lagi Freya. Gue, lu, dan Flora udah punya kehidupan lain yg  jauh lebih penting dari ini."

"Gak asik lu Zee, mentang-mentang udah ada calon. Yaudah kalau lu gamau, tapi jangan halangi gue ya. Lu kan tau sendiri, gue gapermah segan pada lawan maupun kawan." Freya mengancam seolah tahu apa yg sedang dilakukan oleh Zee saat ini dan mematikan telepon secara sepihak.

Zee menendang ban mobilnya sebagai pelampiasan, sudah benar ia menjauhkan Flora dari 'mata' Freya selama hampir empat tahun. Zee mengusap wajahnya kasar pusing dengan apa yg harus ia hadapi saat ini.

'Tring!'
'Tring!'
'Tring!'

Suara notifikasi dari ponsel milik Flora menginterupsi. Zee segera mematikan ponsel Flora, khawatir jika Freya dapat melacak keberadaan mereka berdua.

***

Disisi lain, Adel yang bersemangat menunggu kedatangan Flora di cafe segera membuka ponselnya untuk mengabari Flora.

nona 🌱
______________

flo sepi flo cepetan kesini
hari ini ada live musik
lo pasti suka
jadi wajib datang yaa!
/pending


Adel mengerutkan dahinya, tumben sekali pesannya tidak langsung terkirim. Namun Adel tidak berpikir terlalu jauh, mungkin saja Flora sedang bimbingan dengan dosennya. Adel pun kembali melanjutkan kegiatannya mengecek laporan keuangan dari Oniel.

Satu jam..
Dua jam..
Tiga jam...
Empat jam berlalu tetap belum ada jawaban. Karena penasaran, Adel mengecek kembali ruang obrolannya bersama Flora. Pesannya masih pending.

Mulai sedikit khawatir, Adel segera menelpon nomor Flora. Suara operator yng mengatakan nomornya sedang tidak aktif membuag persaan Adel sedikit campur aduk. Antara khawatir dan takut, khawatir jika terjadi hal buruk pada Flora, dan takut Flora berniat menjauhi Adel, karena merasa tidak nyaman Adel terlalu mencampuri urusan pribadinya.

Entah mana yg benar, yang pasti saat ini Adel benar-benar merasa tidak senang dan moodnya turun drastis.





tbc...
makasih atas supprotnya yaa! semoga saya bisa ngebut melanjutkan cerita ini 🐈

Nice To Meet You (FLODEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang