rapuh

172 18 0
                                    

Dinginnya salju yang mulai turun tak cukup mampu membuatku menggigil.
Aku masih enggan melangkah masuk ke kamar.
Aku masih setia menikmati malam dingin memandang gemerlap lampu kota Seoul jg menandangi pekatnya langit.
Menghisap nikotin yang ku sentuh hari ini di temani botol anggur yang berusaha menenangkan pikiranku saat ini.

Baru saja kemarin aku memutuskan akan mencintainya dengan pasti,
Namun aku kacau sangat kacau mendapat line dari minjung beberapa saat lalu.
Pesan singkat namun mampu menghancurkan hatiku dalam sekejap.

'Aku menyukai dayeol, untuk selanjutnya biarkan aku yang menjaganya! Aku sudah lama menunggunya!! Tolong tetaplah di tempatmu!!! '

Masih teringat jelas dan aku sangat tahu maksud dari pesan itu.

Aku tahu, sangat tahu. Minjung menyukai dayeol.
Lalu aku...??
Bagaimana denganku???
Aku bahkan belum menjelaskan apapun.
Dari ke salah pahaman dulu belum jg berani aku meminta maaf, haruskah sekarang aku biarkan dayeol pergi tanpa tahu hatiku yang sesungguhnya.

Kembali ku sedot nikotin, memenuhi otakku yang kian tidak berarah.

Ku layangkan pandangan ku ke langit.
Pikiranku menerawang kembali ke malam 2 hari yang lalu.

Flashback on:

Tak sengaja ku lihat dayeol di halte depan kampus,
Sudah larut malam tapi dia masih saja berdiri di sana nampak beberapa kali menggosok telapak tangannya menandakan dia kedinginan.
Jelas saja salju tengah turun tapi dia masih saja kluyuran di tengah malam begini.

Pelahan ku hampiri, membunyikan klakson supaya dia mendekat.
Namun apa yang terjadi dia malah clingak clinguk seperti anjing hilang.

Aku tersenyum
Wajahnya sangat lucu tertutup syal sampai hidungnya.

"Masuklah, sebelum kau membeku di sana!! " ucapku membuka kaca mobil supaya dia tahu dialah yang aku tuju.

Dayeol mendekat dan masuk ke mobil.
Sungguh kadang aku benci kebiasaan dayeol yang sering lupa waktu kalau sedang di ruang belajar.

Dia akan pulang larut seperti ini.
Bagaimana kalau ada orang jahat nanti.
Ini sangat sepi.

Aku menggerutu sendiri.

Sengaja aku bawa mobil dengan kecepatan rendah, sesungguhnya aku hanya ingin bersama dayeol lebih lama.

Ku lirik kursi sebelahku yang terasa tenang tanpa ada sedikit pun pergerakan.

Senyum terbit di bibirku lagi.

Nampak dayeol tengah tertidur pulas.
Perlahan ku genggam tangannya, memastikan dia benar terlelap.
Benar
Dayeol sangat pulas hingga tak merespon apa yang ku lakukan padanya.

Ku angkat jemarinya, ku kecup punggung tangannya.
Jantungku bergejolak.
Rasanya akan meledak.

Ku parkirkan mobilku di basement apartement dayeol. Tadinya aku akan membawa nya ke apartement ku, tapi aku tahu dia akan mengamuk besok pagi.

Jadi di sinilah kami,masih di dalam mobil dengan ku yang masih setia memandangi wajahnya yang polos seperti bayi.

Aku masih menggenggam jemarinya, tangan sebelah kiriku terangkat merapikan helai rambut yang sedikit menutup matanya.
Turun membelai pipinya yang halus.
Apakah dia melakukan perawatan, kulitnya sungguh sangat halus.

Entah bagaimana dia dulu masuk atlet namun bisa memiliki kulit selembut ini.

Semakin turun kini aku mengusap bibirnya dengan jempol ku.
Bibirnya sedikit pucat dari biasanya, mungkin karena tadi dia kedinginan.
Apa dia sudah cukup lama berdiri di sana??

A Shoulder To Cry On (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang