05. KAKAK KELAS

22 14 5
                                    

"Saya sangat berterimakasih karena kamu mau bergabung dengan tim olimpiade ini Primara."

Raut wajah Bu Resa begitu sumringah. Dengan segenap hati Primara akhirnya menerima tawaran olimpiade beberapa waktu lalu.

"Sama-sama, Bu. Tapi, saya belum mengenal sama sekali antar anggota tim. Apalagi saya masih berstatus sebagai adik kelas. Apa mereka bisa menerima saya?" tanya Primara ragu.

"Tentu saja. Dalam kondisi darurat seperti ini mau tidak mau mereka harus menerima. Mau adik kelas maupun kakak kelas yang terpenting siswa itu unggul untuk berkompetisi dalam olimpiade ini."

"Begitu ya, Bu?" Primara tersenyum canggung. Padahal menurutnya dirinya biasa-biasa saja.

"He em. Nanti sepulang sekolah ada pertemuan di lab komputer dan kamu bisa mulai mengenal mereka di sana. Jangan lupa datang!"

Bu Resa tersenyum simpul. Guru muda itu mendahului langkahnya menjauhi Primara. Bu Resa adalah tipe guru idaman. Masih muda dan sangat ramah. Apalagi beliau ini murah senyum, menjadikan suasana mengobrol lebih akrab dan hangat.

"Prim!"

Aruma datang membawa dua bungkus siomay. Gadis itu tampak berseri-seri membuat Primara mengerutkan keningnya.

"Kenapa, Rum? Lo kayaknya seneng banget."

"Aku dapet siomay gratisan dua tau. Ayo makan!" Aruma begitu antusias.

"Beneran nih? Kok tumben. Siapa yang ngasih?"

"Tadi di kantin kak Agras bagi-bagi makanan gratis. Katanya si, syukuran mamanya abis lahiran."

"Jadi, lo ke kantin sendirian? Kok lo jahat si nggak ngajak gue." Nada Primara seolah dibuat marah.

"Eh, maaf! Tadi kamu aku cariin nggak ada soalnya. Kamu marah?" Aruma mendadak tidak enak hati. Wajah polosnya membuat Primara ingin tertawa saja sekarang.

"Iya, marah. Seharusnya lo tadi ngajak gue biar dapetnya empat atau lebih kek. Yang banyakan gitu. Kan lumayan gratisan." Tawa Primara pecah sekarang.

Aruma mendengus kesal. "Kamu bikin kaget tau nggak. Kirain apa."

"Muka lo polos banget si, Rum. Eh, btw kak Agras masih bagi-bagi kan?" tanya Primara.

Aruma mengangguk. "Iya, di kantin masih rame banget."

"Oke, kita kesana sekarang?"

Primara langsung menggandeng tangan Aruma. Aruma yang masih bingung tetap mematung di tempat. Membiarkan tangan Primara menjuntai selangkah lebih maju darinya.

"Buat?" Aruma loading sesaat.

"Borong makanan gratis dari kak Agras, hahaha!"

Seakan tersadar, Aruma reflek tertawa. Tubuhnya kini melayang terseret oleh tangan Primara.

"Kalau kata orang Malang si los, hahaha!"

Kedua gadis itu bergandengan sambil berlari kecil di sepanjang koridor. Tawa Aruma semakin pecah saat Primara dengan entengnya menyusun strategi untuk mendapatkan banyak makanan dari Agras. Ternyata strategi anak ambis bisa konyol juga. Aksi mereka menjadi pusat perhatian seisi koridor juga Bu Resa yang sempat melihat dari kaca jendela. Guru itu menggelengkan kepalanya dengan polesan senyum tipis.

"Rum, pokoknya lo nanti lepas kacamata sama pake masker. Biar nggak disangka orang yang sama. Kita bisa dapet 4 lagi nanti."

"Seru banget jadi temen kamu."

•••

Sesuai permintaan Bu Resa, Primara kini sudah berdiri di depan lab komputer. Ada perasaan ragu dalam benaknya untuk melangkah masuk. Pintu coklat di depan Primara akan menjadi awal baru bagi dirinya dalam olimpiade ini. Gerbang permulaan yang akan membawa gadis itu menuju tanggung jawab dan menurunkan egonya demi tim.

METAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang