01. Anak Teladan

179 54 115
                                    

HAI SEMUANYAAAA

SELAMAT DATANG DI CERITA PERTAMA AKU, YAA..

KALIAN TEMUIN CERITA INI DARI MANA? KASIH TAU DONG 👀 👉🏻

SEMOGA KALIAN SUKA, DAN KALAU TIDAK, SILAHKAN PERGI DARI LAPAK INI.

HARGAI PENULIS DENGAN MENEKAN TOMBOL BINTANG, DAN MEMBERIKAN KOMENTAR.

OKE, HAPPY READING ALL..

◇◇◇


"Gimana, Aef? Aman?"

Seorang cowok yang tengah mengintip di atas pagar itu nampak menganggukkan kepalanya, menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh temannya barusan sembari menengok ke kanan dan ke kiri. Guna memastikan keadaan benar-benar aman terkendali. Pergerakannya yang terbatas lantaran harus menahan bobot badannya dengan kedua tangannya agar tubuhnya tidak terjatuh kebawah.

"Oke, udah aman."

Dalam sekejap, cowok berambut tebal itu melompati pagar besi sekolah lalu mendarat ke bawah. Hal itu pun diikuti pula oleh ketiga temannya yang masih berada diluar. Semua itu mereka lakukan dengan hati-hati juga tatapan yang tak lepas melihat sekeliling.

Jika kalian menganggap bahwa mereka hendak bolos sekolah, jawabannya salah. Justru mereka hendak masuk sekolah. Namun di jam yang salah. Pagi tadi mereka telat bangun. Jam alarm yang dipasang oleh sang empu rumah tiba-tiba mati. Hal ini membuat mereka telat masuk sekolah karena mereka baru bangun jam 06.47.

Sangat terlambat, bukan?

Namun sebagai siswa yang teladan mereka tetap ingin masuk sekolah. Mereka tidak mau memanfaatkan kesempatan ini untuk tidak masuk sekolah walau tahu sudah sangat terlambat saat sudah sampai disekolah. Bahkan PR yang harusnya dikumpulkan hari ini mereka lupa kerjakan. Mereka baru menyadari saat salah satu dari mereka mengecek kelengkapan buku di tasnya saat didepan sekolah tadi. Namun lagi-lagi mereka tidak peduli. Mereka tetap ingin masuk sekolah walau hukuman menghadang dengan berlipat ganda.

Teladan sekali, bukan?

Dari depan pagar hingga memasuki lantai dua, mereka melangkah dengan mengendap-endap. Keempat cowok ini berjalan dengan formasi satu baris saja.

Mereka melangkah dengan cepat, tidak lari, tidak juga berjalan.

"Eh, eh, itu kelas kita belum ada guru yang masuk, kan?" Aefar Bastian Leander, laki-laki blangsteran itu membalikkan badannya kebelakang. Dia menghentikan langkahnya sebentar untuk memastikan jika tak ada guru yang mengajar di kelasnya.

Mendengar pertanyaan Aefar, lantas Alzeo Chandrawana, segera merogoh saku jaketnya guna mengambil benda pipih yang tersimpan di dalamnya. Kemudian, tangan Alzeo terangkat, menampilkan jempol kanannya sambil membaca isi pesan pada handphone-nya itu. "Aman, kata Farka, hari ini bu Mila telat masuknya."

Kepala Aefar bergerak naik turun. "Bagus, berarti kita aman."

"Belum tentu aman, ini jam-jam rawan, harus waspada," peringat Alzeo kemudian.

"Ini udah aman, empat kelas lagi kita lewati, udah deh nyampe. Gampang aja ini," ucap Aefar seraya menjentikkan jari tengahnya dengan ibu jari, seolah menganggap bahwa ini hal mudah.

"Udah, kok malah ngobrol, cepet, nanti malah ketahuan." Akhasa Annaufal berucap dengan nada berbisik. Walau dia tidak ingin berbuat seperti ini, tapi mereka terpaksa. Terpaksa demi kebaikan.

Sedangkan Embara Cakrawala hanya diam menyimak. Dirinya tak banyak bicara. Perasaannya mengatakan jika akan ada hal yang terjadi setelah ini. Entah hal apa itu, tapi dia yakin tak akan salah.

"Eh Bara! Malah bengong. Ayok jalan!"
Embara terperanjat di tempat. Suara cempreng Aefar seketika membahana di koridor itu. Embara segera melangkah menyusul ketiga sahabatnya yang sudah jalan duluan. Kebiasaan memang. Kalau melamun tak memperhatikan sekitar.

"Lo gimana sih, malah bengong di sana, entar ketahuan, kita semua kena," sembur Aefar tat kala Embara sudah berdiri tepat di belakang Alzeo.

Embara mendengus kesal. "Lo teriak kayak tadi juga malah bikin kita cepet ketahuan, Aef!"

"Udah, udah! Malah ribut mulu," lerai Akhasa dengan nada pelan. Dari awal depan gerbang hingga ini, terus saja ribut.

Setelahnya, mereka melanjutkan langkahnya menuju kelas dengan masih berjalan pelan.

Berjalan dari gerbang sekolah hingga ke kelas mereka hanyalah memerlukan waktu 15 menit. Namun bagi Aefar, ini sudah menghabiskan waktu setengah jam lamanya.

"Nasib dah punya kelas paling ujung. Jadi berasa jauh kan ...," dumel Aefar.

"Aduh..."

Seluruh atensi keempat remaja itu teralihkan dengan suara mengaduh yang keluar dari mulut Aefar. Otomatis langkah mereka pun ikut terhenti.

"Kenapa lo?" Tanya Akhasa. Posisi Akhasa yang berada tepat dibelakang Aefar membuat dia bisa mengetahui dengan cepat.

Sedangkan Aefar tidak menghiraukan pertanyaan Akhasa. Ia mengusap siku kirinya yang terasa panas, seperti terkena ketekan karet.

Eh! ketekan karet?!

Aefar menenguk salivanya susah payah. Tubuhnya membeku seketika tat kala melihat sebuah getah yang jatuh tepat didepannya. Jantungnya sudah berdegup kencang walau hal ini bukan pertama kali terjadi.

Dia meraih getah tersebut, lalu membalikkan badannya ke belakang. Akhasa yang melihat Aefar membalikkan badannya segera memberondong pertanyaan. Namun pertanyaannya tertahan saat melihat getah yang menggantung di tangan Aefar. Embara dan Alzeo pun tak jauh beda dari Akhasa. Mereka terdiam. Tanpa bicara pun mereka sudah tahu apa artinya itu saat Aefar hanya menunjukannya. Jantungnya seperti terhenti saat melihat getah keramat itu.

Ya, itu getah keramat. Karena setelah getah itu mendarat pada seseorang, maka sebentar lagi akan ada sosok lain yang akan menghampiri mereka.

Embara yang melihat itu dari belakang barisan mereka, hanya menghela napas perlahan. Udah gue duga gak bakal berhasil.

Bulu kuduk Aefar meremang saat ada yang memegangi pundaknya. Perlahan dia berbalik posisi lagi kearah depan. Tepat didepannya, seorang guru dengan perawakan sangar, yang didukung oleh alis tebal dan kumis yang melintang bergerak naik turun.

Itu pak Getah.

Tangan guru itu yang semula memegang bahu Aefar kini naik ke kepala Aefar bagian belakang lalu perlahan mengusapnya. Dengan senyum yang sering menjadi pertanda buruk bagi siswa yang terjerat masalah dengan guru itu terukir, dia berucap dangan nada lembut namun mematikan.

"Telat lagi, ya, Nak?"

◇◇◇

GIMANA SAMA BAB PERTAMA INI? SERU GAK? ATAU KURANG NGE-FEEL?

Oke, kita kenalan dulu, yuk...

Aku Raydhin, bisa di panggil Dhin. Bisa juga di panggil kakak, mbak, teteh atau Dhin juga bisa..

Senyaman kalian aja.

Dan ini, adalah cerita pertama yang aku publish walau bukan cerita pertama yang aku buat. Masih ada kakak-kakaknya.

Terima kasih buat yang udah mampir, baca, komen, dan vote.
Terima kasih atas apresiasi kalian.

Sampai ketemu lagi yaaa

Jangan lupa follow akun instagram aku; @raydhinn

Salam semanis coklat🍫
Dari Raydhin, untuk pembaca semua

Dengan penulis,
Dhin
24/september/2023

ARCANUM: WHO'RE YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang