Hola semuaaa, gimana kabar kalian?
Masih semangat baca, kan?Okee, happy reading all..
◇◇◇
Baru pagi hari, tetapi Embara sudah memancing emosi seorang gadis yang sama-sama emosian di parkiran sekolah tadi. Baru pagi hari, tetapi berita tentang pernyataan cinta yang didalangi oleh sepupunya sendiri dengan perempuan yang dia ajak debat sebelumnya yang merupakan target dari sang sepupu terlaksana. Baru pagi hari, tetapi kabar tentang adanya tubuh manusia yang sudah tidak bernyawa, hinggap di telinga warga sekolah.
Baru pagi hari, tapi Embara sudah merasa syok luar biasa.
Di depan sana, dapat dia lihat tubuh manusia yang sudah kaku tergeletak di dekat tong sampah yang menjadi tempat pembuangan warga sekolah. Mayat yang dia ketahui berjenis kelamin laki-laki, terbaring dengan kulit yang sudah kehilangan rona. Begitu banyak lalat-lalat yang menyerbu tubuh tak bernyawa itu.
Kardus tebal menutupi tubuh mayat itu hingga sebatas dada. Mengekspos luka gores di kening dan pipinya. Pakaian yang terlihat lusuh dengan robekan-robekan kecil di sekitar bahu membuat Embara menarik kesimpulan. Rupa mayat itu yang tampak sengaja diperlihatkan berhasil menimbulkan pertanyaan besar terkait motif si pembunuh. Bukankah seharusnya si pelaku menutupi identitas korbannya dengan menghancurkan wajah si korban? Tapi kenapa malah dibiarkan terlihat dan dibuat mudah untuk dikenali?
Sebuah tepukan mendarat di bahu Embara yang masih terdiam mengamati.
"Sa?"
Di belakangnya ada Akhasa yang berdiri bersama yang lainnya. Ikut melihat apa yang terjadi di sini.
Siswa-siswi di lapangan bergegas ke area belakang sekolah selepas mendengar mendengar teriakan terkait penemuan mayat. Mereka yang awalnya tengah menonton hal manis, kini malah disajikan 'kejutan' yang tragis.
Tak sedikit siswi yang melihatnya secara langsung merasa mual. Ada yang berteriak ketakutan melihat rupa mayat itu. Ada juga yang masih tidak percaya dan ada yang memilih menjauh dari lokasi. Di pagi hari ini, bau busuk nan menyengat menguar merusak indra penciuman siapa pun yang berada di sini. Bau anyir.
Darah yang keluar dari mulut dan luka mayat terlihat sudah mengering. Kepala itu tertoleh ke samping dengan mata yang sedikit terbuka.
Hanya setengah dari para siswa yang masih bertahan di tempat itu. Tidak ada yang tahan ketika bau itu mengudara menusuk hidung.
"Minggir-minggir! Gue mau lewat!" seru seseorang yang mengundang decakkan dari Embara.
Vaga bergeming ketika melihat dengan kepalanya sendiri, sesosok mayat yang sudah tergeletak kaku. Embun yang berada di samping Vaga seketika menjerit tertahan melihat hal itu. Kalau saja tidak dia gigit bibirnya, mungkin suara teriakannya akan mengagetkan siswa-siswa yang ada di sini.
"Gue kira cuma bercanda," ucap Vaga dengan nada yang begitu lirih. Matanya tak lepas dari obyek tersebut.
Ketika mendengar ada yang meneriakan kata mayat, sudah ada segumpal rasa tak percaya dalam diri Vaga. Ini sekolah, dan masih pagi, lelucon seperti apa itu? Ingin rasanya Vaga tertawa saat itu. Namun, saar dia memutuskan untuk melihatnya sendiri, ternyata benar adanya. Siswa yang berteriak tadi sedang tidak membuat lelucon.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANUM: WHO'RE YOU?
Teen FictionDari Pertemuan pertama di tempat sampah, tempat perjanjian pertama di toilet wanita, dan selalu berakhir ribut setiap kali bertemu, seakan menjadi pertanda keras bahwa Embara Cakrawala memang tidak seharusnya dipertemukan oleh seorang gadis-yang ti...