Daksa masuk kedalam kontrakan lily dengan kunci cadangannya, yang memang ia punya. Daksa menatap lily yang syok melihat keberadaannya. Sudah satu minggu setelah kejadian itu lily selalu menghindari daksa.
Daksa menjambak rambut lily membuat sang empu meringis. "Kenapa nomor gue lo blok, hah?" Tanya daksa marah.
"S-sakit, l-lepasin." Lirih lily berusaha melepaskan jambakan daksa yang semakin kencang.
"JAWAB SIALAN!." Bentak daksa mendorong lily.
Lily mendongak menatap daksa air matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya. "Hiks, kenapa sih kamu kasar banget sama cewek, aku salah apa hah?. Itu keputusan aku buat menunda pernikahan kita, aku tidak mau buru-buru menikah. Hiks" Teriak lily sambil terisak-isak.
"GUE ENGGAK SUKA DITOLAK, ATAU DIBANTAH LILY RENATA." Kesal daksa.
Lily mengusap air matanya. "Hiks, itu keputusan aku, kamu enggak bisa paksa aku buat mau nikah sama kamu. Lagian untuk apa menikah hanya untuk memuaskan napsu"
Daksa maju ia mencengkram pipi lily. "Gue nikah sama lo karena cinta, bukan untuk memuaskan napsu gue. Itu poin bonus dalam pernikahan." Geram daksa.
"C-cinta?, Kamu bilang cinta. Memangnya ada cinta yang seperti ini?. Kasar seperti yang kamu lakukan ini hah?, tidak ada cinta yang kasar cinta yang sebenarnya cinta itu lembut." Teriak lily tepat di wajah daksa.
Daksa diam menatap wajah lily sebelum ia mendorong pelan tubuh lily, berjalan menuju kasur ia duduk di pojok kasur melipat kedua tangannya di dada. "Fine!, lo enggak mau nikah muda, gue tunggu sampai lo siap. Asalkan kita tunangan." Ucap daksa.
Lily menggeleng cepat belum sempat ia menolak daksa lebih dulu menyela.
"Kalau lo enggak mau juga, terpaksa gue ambil kesucian lo sekarang juga. Otomatis lo mau nikah sama gue." Lanjutnya tersenyum miring.
Lily menatap daksa kesal. "Ngancem terus, apa sih serunya tunangan mending gini aja." Sinis lily.
"Beda, sekarang kita tunangan" Ucap daksa mengelus dua cincin dari saku celananya.
Mata lily melotot sempurna. "Engg-----"
Daksa langsung memasukkan cincin ke jari manis lily. Memaksa lily memasukan cincin ke jari manisnya juga. "Sekarang lo milik gue." Bisik daksa.
Lily menggeleng cepat ia berusaha melepaskan cincin itu dari jarinya, namun sangat susah. "Ko susah sih." Cicit lily.
Daksa tersenyum miring. "Enggak akan bisa di lepas kecuali gue sendiri yang lepasin." Ucap mencium singkat bibir lily.
***
Lily menemani daksa di klub bersama teman-temannya, lily sebenarnya tidak mau ke tempat seperti ini namun daksa memaksanya dengan berbagai macam ancaman.
"Ly, lo pasti heran kan daksa ngajak lo kesini." Ucap galang sambil meneguk alkohol.
Lily mengangguk.
"Dia kaga mau ada cewek-cewek yang goda dia, kalau ada lo kan mereka kaga berani." Imbah aris.
Lily menoleh menatap daksa yang mengangguk pelan. "Oh, setia juga nih si tukang marah." Batin lily kagum sekaligus senang daksa seperti ini.
"Diminum es nya." Ucap daksa menyodorkan es boba yang mereka beli sebelum ke klub. Sebenarnya klub tidak mengizinkan membawa makanan atau minuman diluar kesediaan di klub. Karena pemilik klub ini temannya jadi bebas hanya untuk dirinya saja.
"Jangan banyak-banyak." Ucap lily melihat daksa terlalu banyak minum alkohol.
Daksa menoleh menatap lily. "Kenapa emangnya?" Tanya daksa tidak jadi minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAKSA
Teen FictionDaksa dewangga batara, pria jahat pada siapapun yang berani menganggu dirinya dan hubungannya dengan kekasihnya yang sangat ia cintai. pria yang memiliki banyak rahasia yang ia sembunyikan dari orang-orang. Daksa memaksa kekasihnya untuk menuruti pe...