Daksa tentu senang mendengar kabar baik Istirnya sendang hamil anaknya, tapi ia juga sedih karena lily setiap harinya muntah-muntah. Bahkan sampai-sampai lily di rawat di rumah sakit selama dua hari.
Lily yang memang sangat takut dengan jarum suntik setiap harinya ia menangis, meminta pulang ke rumah. Mau tidak mau daksa menuruti kemauan istrinya namun ia juga memaksa lily untuk di rawat di rumah dengan peralatan rumah sakit. Seperti di infus dan lain-lain.
Daksa mengelus punggung lily yang tidur di pangkuannya, selama tiga hari ia tidak tidur gara-gara ia khawatir lily kenapa-kenapa. Sikap Lily juga berbeda jauh dari sebelumnya.
Cklek
Daksa menoleh menatap mamahnya yang masuk kedalam. "Mah, kenapa belum tidur? Ini udah malam lho." Tanya daksa.
"Kamu tidur dulu sana biar mamah yang jaga lily, tiga hari kamu enggak tidur sampai mata kamu hitam gitu." Suruh dasta.
Daksa menggeleng. "Enggak usah, daksa aja yang jag-----"
"Daksa, mamah tidak mau kamu sakit. Sekarang kamu istirahat biar mamah yang jaga lily"
"Tap----"
"Daksa, kalau kamu ikut sakit gimana coba? Siapa yang urus lily hah?"
Daksa mengangguk lemah, menatap lily yang tidur pulas di pangkuannya. Perlahan ia rebahkan tubuh lily ke kasur.
Daksa ikut merebahkan tubuhnya di samping lily. "Mamah keluar aja daksa mau istirahat."
Dasta mengangguk ia langsung keluar kamar anaknya. "Anakku bisa sabar juga." Gumam dasta.
Daksa menatap lily yang tidur pulas di sampingnya. "Gemes banget bumil." Setelah itu ia langsung memejamkan matanya rasanya sangat kantuk dan lelah, menjaga istirnya yang sakit. Tapi, tidak masalah ia senang karena sebentar lagi ada sosok anak kecil yang ia nanti-nantikan hadir di antara mereka berdua. Sebagai penguat rumah tangga mereka.
***
Daksa menyuapi lily telaten walaupun sang empu terus menolak dan mual-mual. "Pinter." Puji daksa menepuk-nepuk puncak kepala lily.
"Udah." Lily mendorong pelan sendok yang disodorkan daksa.
Daksa mengangguk ia menaruh piring di meja kecil kamarnya. "Mau istirahat lagi at-----"
"Mau peluk." Linta lily memeluk daksa erat. "Aku mau peluk kamu aja" lirih lily.
Daksa tersenyum manis. "Gue enggak tega lihat lo mual-mual gini. Kalau bisa gue aja yang mual-mual, sakit gini." Lirih daksa
Lily mendongak menatap daksa. "Kenapa sih bisa kecolongan gini, kenapa enggak pakai pengaman coba." Kes lily.
"Gue mua punya anak, ay."
"Tap-----"
"Gue bakal berusaha berubah jadi lebih baik." Potong daksa tersenyum tipis.
"Aku belum bisa jaga anak." Cicit lily.
Daksa menarik lily ke pelukannya. "Kita belajar sama-sama, kita rawat sama-sama."
Lily mengangguk pelan.
Tok.tok.tok.
Lily dan daksa menatap pintu yang diketuk dari luar. "Bukain sana." Suruh lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAKSA
Ficção AdolescenteDaksa dewangga batara, pria jahat pada siapapun yang berani menganggu dirinya dan hubungannya dengan kekasihnya yang sangat ia cintai. pria yang memiliki banyak rahasia yang ia sembunyikan dari orang-orang. Daksa memaksa kekasihnya untuk menuruti pe...