Prolog

38 4 0
                                    

Sebagian besar anak, mungkin akan kecewa pada orang tua angkatnya yang telah mengadopsinya jika ia sudah mengetahui tentang fakta bahwa ia bukan anak kandung. Namun, berbeda bagi Reno.

Ia kecewa pada orang tua kandungnya, sekaligus bahagia karena telah mempertemukan dirinya dengan keluarga angkatnya yang berbanding terbalik dengan keluarga kandung. Walaupun, dirinya tak tahu secara rinci mengenai kehidupan di keluarga kandungnya.

"Reno!"

Seorang bocah laki-laki yang baru saja pulang dari sekolahnya itu menyerukan nama adiknya dengan penuh bahagia. Dan balita yang dipanggilnya pun ikut bahagia melihat kehadirannya.

Reno berlari menghampiri kakaknya hingga keseimbangannya hilang dan terjatuh, membuat kakaknya jelas terkejut dan lantas mendekati sang adik. Kejadian itu terlihat oleh ibunya, dan Reno langsung menunduk ketakutan.

"I-ino maap."

Wanita itu sedikit terkejut dengan reaksi Reno dan segera membalas ucapannya, "Mama gak marah kok, gapapa, gak usah takut." Netranya menatap anak sulungnya yang juga sedikit kebingungan.

Pasalnya, ini bukan kali pertama mereka menemukan Reno yang berusia dua tahun—atau mungkin hendak menginjak tiga tahun—ketakutan setiap kali ia melakukan suatu hal yang balita itu kira dirinya salah, seraya meminta maaf.

***

"Na...."

Tubuh mungilnya merangkak ke berbagai tempat yang ia pijaki saat ini. Mencari-cari keberadaan sang Ibu yang sulit ia cari. Beberapa saat kemudian, akhirnya ia menemukan wanita itu.

Segera saja tubuh mungilnya merangkak mendekati sang Ibu dan memeluk kakinya. Dan ternyata, respon wanita yang melahirkannya itu diluar dugaannya, "Lino, apa sih, pergi! Main sendiri sana!"

Reno tersentak, kepalanya terantuk lantai karena kaki ibunya yang menyenggol lengannya. Tangisan keras keluar dari mulutnya saat itu juga. Namun, wanita itu ternyata semakin marah, "Berisik, Lino! Pergi, bukannya nangis disini!" sentaknya.

Setelah sang Ibu berkata begitu, tangisan Reno perlahan mengecil, hanya terdengar sesegukan kecil. Langkahnya ia bawa mendekati wanita lain yang berstatus sebagai pengasuhnya seraya merengek.

"Tuan, kenapa nangis?"

Reno yang berusia dua tahun itu terbangun dari tidurnya dan menangis saat itu juga, membuat kedua orang tuanya ikut terbangun dan mengecek keadaannya. Memang saat itu Reno belum dibiarkan memiliki kamar sendiri.

Ibunya lantas menggendong sang putra seraya mengelus punggungnya agar segera tenang, ia menatap suaminya yang ikut khawatir dengan keadaan Reno, "Pa, ini bukan pertama kalinya, aku gak tega sama Reno kalau gini terus."

Suaminya terlihat menghela nafas, "Tapi kita gak bisa tanya ke Reno sendiri kalau dia kenapa, dia bahkan belum lancar ngomong. Mungkin nanti, hindarin dia dari hal-hal yang emang sekiranya sempet bikin dia trauma sama keluarga lamanya."

Setelahnya Ayah dari Reno itu mengelus kepala sang istri seraya berkata, "Udah, gak usah terlalu jadi beban pikiran, kita berusaha bikin Reno bahagia aja, ya."

***

S

eorang bocah laki-laki menangis kencang di hadapan kakaknya, hingga kakaknya itu kelimpungan dibuatnya, "Vin, dengerin kakak! Kita bisa hidup bahagia tanpa mereka, kita gak harus bergantung sama mereka!"

"Mama, kak! Aku mau sama mama! Mama gak boleh pergi!" rengek bocah itu lagi. Sang kakak yang sebenarnya belum dewasa itu terpaksa bersikap tegas padanya, mengajak bocah itu kembali masuk ke dalam rumah saudaranya.

Di ruang tengah rumah saudaranya, bocah itu masih menangis. Hingga datang seorang bocah laki-laki seumurannya yang memandangnya datar, "Cengeng," celetuk bocah itu.

"Lo siapa?!"

Bocah laki-laki itu, Reno, yang ditanya secara kasar oleh bocah laki-laki bernama Ervin itu hanya membalasnya tangisan. Lalu tak lama datang lagi seorang bocah seumurannya, Rey menatap Reno dan Ervin bergantian dengan tatapan polosnya.

Tak lama bocah itu menirukan suara tangisan Reno, dengan kata lain Rey meledek Reno. Mengetahui bahwa dirinya diledek, Reno berhenti menangis dan menatap Rey dengan tatapan tajamnya, yang justru terlihat menggemaskan.

Keadaan hening beberapa detik, hingga Rey terlihat ketakutan dan akhirnya menangis. Well, tapi hal itu justru menjadi kebiasaan ketiganya hingga usia mereka terus bertambah seiring berjalannya waktu, selama mereka masih bersama-sama kala itu.

***

©Putri Verse, 2024

Baby Reno [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang