09 | Luka yang Disembunyikan

15 2 0
                                    

Elly, seorang wanita setengah baya baru saja keluar dari toko mainan bersama seorang gadis kecil berusia kisaran empat tahun. Wanita itu terus memandangi gadis kecil yang dituntunnya. Lagi-lagi harus dipertemukan bareng anak kecil, batinnya.

Saat sibuk dengan pemikirannya, tiba-tiba saja seseorang dari samping menahannya, "Maaf, permisi bu. Ibu kenal anak yang namanya Reno Ardelino?" tanya pemuda itu. Elly merasa sedikit familiar dengan wajahnya, tapi ia merasa sama sekali belum pernah melihatnya.

"Reno Ardelino? Ah, maaf, kayaknya saya gak inget punya kenalan anak yang namanya itu. Maaf juga, saya harus segera pergi." Setelah mengucap hal itu, Elly bergegas pergi bersama gadis kecil tadi, meninggalkan seorang pemuda yang masih penuh dengan tanda tanya dibenaknya.

Laki-laki itu sebenernya siapa?

Reno. Benar, pemuda tadi bertanya perihal Reno. Seorang anak yang pernah diasuhnya, dan itu sudah berlalu selama 16 tahun. Perasaan aneh menyelimuti, Elly berharap untuk tidak mempedulikannya, namun rupanya perasaan sayang itu masih tersimpan rapi dibenaknya.

"Dimana Lino sekarang, ya?" Elly bertanya-tanya dalam benaknya, namun dirinya sendiri tak mampu melakukan apapun, hanya mampu diam dan mengikuti segala alurnya. Membiarkan Reno kecil merasakan kekecewaan yang begitu dalam terhadap wanita yang amat dipercayainya.

Sepanjang hari pikirannya terus memikirkan Reno, bocah yang tak lagi ditemukannya setelah belasan tahun, dan mungkin saja dirinya tak mampu mengenali dengan baik bagaimana rupa Reno saat ini. Dan, ia pun tetap harus berada dalam kewarasannya tatkala sang majikan mulai memanggilnya.

"Bi, inget Ervin, 'kan? Anak kecil yang dulu sering diajak arisan kesini? Hari ini Mamanya mau dateng, tolong jaga situasi supaya berjalan dengan baik, jangan sampe ada kekacauan, ya," ujar wanita dihadapannya ini. Elly hanya mampu mematuhi segala perintahnya.

"Baik, bu." Elly pikir, orang tua dari Ervin itu akan membawa anaknya lagi, walaupun anak itu pasti sudah tumbuh dewasa sekarang. Namun, pikiran Elly ternyata sepenuhnya salah. Wanita itu justru datang seorang diri.

Dulu, setiap kali Ervin dateng kesini, Lino pasti ngambek dan gak mau ngomong sama siapapun, batin Elly mengingat masa lalu. Kenyataannya, hal tersebut sudah belasan tahun yang lalu. Kejadian yang tak mampu ia ulang. Bahkan keduanya sudah tak dapat dilihatnya lagi di depan matanya.

"Bi!" Elly tersadar dari lamunannya dan menatap gadis kecil yang baru saja menghampirinya. Tubuhnya ia sejajarkan dengan gadis itu, "Kenapa? Ada sesuatu?" tanya Elly dengan lembut.

"Lino itu siapa? Kenapa Tante bahas Lino terus? Kan Lucy disini, Lucy gak suka," gerutu bocah itu. Rupanya gadis kecil bernama Lucy tersebut merasa cemburu. Disaat keberadaannya ada disana, namun yang dibahas justru orang lain.

Elly tersenyum sendu, bahkan kasih sayang yang dia berikan pada Lucy tak sebanding dengan Reno. Walaupun statusnya hanya sebagai seorang pengasuh, "Dia itu anak yang dulu selalu ngeramein tempat ini. Jadi, pas Lino pergi, rumah ini kerasanya terlalu sepi. Mungkin Tante kamu kangen sama dia," jawab Elly.

"Tapi Lucy jadi gak dianggap!" Sepertinya, kejadian ini terulang lagi. Namun kali ini, Elly justru tak mampu melakukan apapun. Pikirannya hanya terpaku pada Reno. Seberapa besar kekecewaan yang dirasakannya, atau justru dunia lebih kejam dibanding perlakuan keluarga ini padanya di masa lampau.

"Bibi sama aja!"

***

"Ren?"

Sang empu nama pun mendongak menatap Ervin yang baru menghampirinya dan mulai duduk disampingnya, "Kemaren katanya lo cari orang yang namanya Sus Elly, gimana? Ketemu?" tanya pemuda itu. Raut wajahnya masih terlihat ketus, dan Reno terharu melihatnya mampu melawan gengsinya.

Gelengan kepala diterima Ervin. Heran, yang ia ketahui, Reno adalah orang yang gigih dan keras kepala jika menyangkut keluarga kandungnya. Namun hari ini? Bahkan ucapannya tak mampu ia percayai barang sedikitpun.

"Sekalipun udah ketemu, gue milih buat nyerah aja. Kalau soal nyokap lo, gimana?" ujar Reno mengalihkan pembicaraan. Raut wajahnya terlihat mencurigakan, mungkinkah ini terjadi karena sudah lama sejak terakhir kali keduanya melakukan komunikasi?

Tunggu. Mama? Bagaimana bisa Reno mengetahui masalah perihal orang tuanya padahal Ervin sendiri tak pernah membahas hal ini pada siapapun, "Kok lo ngomong gitu? Tau dari mana?" seru Ervin.

"Lo pikir kamar lo kedap suara? Kehalang satu tembok doang mah kedengeran ke kamar gue." Rasanya berbeda. Sejak terakhir kali keduanya berbicara dengan suara yang tenang, tanpa harus ada candaan dan pertengkaran antara keduanya. Oh, dan tak lupa pula dengan Rey.

Ervin hendak menjawabnya, namun tak sempat karena suara ketukan pintu mengalihkan perhatian keduanya. Buru-buru Ervin mengucapkan sesuatu, "Nanti kita bahas lagi. Oh iya, tolong jangan bahas apapun soal orang tua gue apalagi di depan Kak Jay. Dia bakal makin gak suka sama lo." Lalu bergegas pergi keluar dari kamar Reno.

Reno menghela nafas panjang, lantas menyusul Ervin untuk pergi ke ruang makan. Suasana keluarga Achiel diruang makan cukup senyap, tak ada keributan yang biasa timbul setiap waktunya. Mungkinkah karena kedatangan Reno? Hubungannya dengan saudaranya yang lain memang terlihat kurang baik.

Duk!

Tak ada angin tak ada hujan, Dafa yang kebetulan duduk disebelah Reno dengan sengaja memukul lengan bagian atasnya cukup keras, hingga membuat Reno meringis dan semua atensi keluarganya teralihkan padanya. Namun, Dafa justru masih terlihat santai.

"Gue udah tau. Cerita aja, gak usah ditutupin gitu, buat apa emang?" celetuknya tanpa merasa berdosa. Catherine terlihat cemas melihat anak-anaknya yang nampak tak suka dengan Reno. Sebenarnya, apa kesalahan yang telah diperbuat oleh anak itu?

"Apa sih?" Reno mulai menyadari perilaku Dafa yang kelewat peka, dan tentu tak semudah itu untuk Reno mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dihadapan keluarganya. Terutama, dari pelaku pemukul lengannya itu sendiri.

"Gue tau taktik orang tua gue sendiri, Kak. Apa harus gue pukul semua spot itu biar ngebuktiin kalau opini gue itu bener?" ucap Dafa yang mulai ikut kesal. Sedikit menyesal karena apa yang telah dilakukan Dafa sebelumnya membuat Reno menyembunyikan masalah ini sendirian.

"Ren, sebenernya ada apa? Kenapa sih kalian tuh berantem terus?" Namun tak ada yang bisa meluluhkannya, Reno tetap bersikukuh untuk menyembunyikan semuanya. Jika sudah begini, artinya ada hal yang cukup serius yang tak mudah diceritakan begitu saja.

"Gak ada! Kalaupun ucapan lo bener juga percuma, kepercayaan semua orang ke gue udah hancur. Jadi, jangan buang energi lo sia-sia," tegas Reno pada Dafa, dan hal itu membuat Dafa sedikit tersentak. Sepertinya Reno benar-benar marah.

"Kok semarah itu, ya?"

Ervin, pemuda yang sedari tadi hanya menyimak akhirnya menggebrak meja makan didepannya, dan tersedak karena makanan dimulutnya. Setelah dirinya diberi air minum oleh Jay, Ervin pun mulai mengeluarkan suaranya, "Daf, lo tau sesuatu tentang terror ini? Soalnya ada yang aneh sama tingkah Reno."

Dafa terlihat sedikit kikuk dan resah, sedangkan semua anggota keluarganya menatap kearahnya sekarang. Ada sedikit keraguan, namun akhirnya ia mengungkapkannya sedikit, "Kemungkinan Kak Reno ketemu orang itu, aku juga liat darah dikamarnya. Terus, tadi aku pukul lengan atas Kak Reno tuh, itu spot favorit mereka, orang tuaku sendiri."

"Tapi lo pikir? Apa yang udah mereka lakukan sampe Reno mengorbankan orang tua kandungnya sendiri? Kayak yang kalian tau, Reno paling keras kepala kalau soal orang tua, semua harus berjalan sesuai keinginan dia. Tapi tadi bahkan dia bilang mau nyerah nyari Suster Elly," ucap Ervin mengecilkan suaranya karena takut terdengar oleh Reno.

***

©Putri Verse, 2024

Baby Reno [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang