01 | It's Okay

24 3 0
                                    

Suara derit pintu yang terbuka membuat sang penghuni rumah mengalihkan pandangannya pada seseorang yang baru saja pulang dari aktivitasnya di luar.

Orang itu Reno Ardelino. Tanpa menatap semua saudaranya yang entah sedang apa, Reno hanya berjalan acuh menuju kamarnya. Dari wajahnya tercetak jelas bahwa pemuda itu tengah dalam suasana hati yang buruk.

Dan tak lama setelah Reno pergi ke kamarnya, seorang pria lain datang dari dapur dan berkata, "Reno udah pulang?" Dan dari pandangan adik-adiknya, Chandra Achiel—pria itu—langsung mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

"Suruh makan malem bareng nanti, Jay lagi siapin makanannya. Kakak ada urusan bentar," pamitnya yang kemudian pergi meninggalkan kediamannya.

Si bungsu di keluarga tersebut, Abinaya Fabian mengulas senyum misteriusnya tepat setelah si sulung benar-benar pergi. Dan kali ini, tingkahnya disadari salah satu kakaknya.

"Bin, jangan macem-macem kalau gak mau kena omel," ketus seorang pemuda yang baru saja menginjak usia remaja. Pemuda itu Raihan Jinandra Aditya. Dan hal itu tentu tak dihiraukan sang adik.

"Calm down, brother."

Abi lantas bangkit dari duduknya dan bergegas menuju kamar kakaknya itu. Tanpa izin terlebih dahulu, ia justru berjalan santai masuk ke dalam kamar Reno, "Hey, bro."

"Gak punya tangan, lo? Ketuk pintu aja gak bisa," ketus Reno, yang terlihat jelas bahwa ia tak suka dengan kehadiran Abi. Adik bungsunya itu selalu menghampirinya tatkala suasana hatinya sedang kacau.

"Santai dong." Dan entah apa yang ada dalam pikiran Abi, pemuda itu selalu melontarkan celotehan menyebalkannya, biasanya Reno tak menanggapinya secara berlebihan, namun kali ini Abi terlihat sedikit berlebihan.

"Kayaknya lo mirip Mama lo ya, ngambek mulu," celetuknya dengan raut wajah menyebalkan. Berniat menggoda kakaknya.

Ehmm, baiklah. Sepertinya untuk yang kali ini Abi telah salah dalam melontarkan kata-katanya. Itu kata-kata keramat kenapa bisa keluar sih, rutuknya. Pemuda itu menutup mulutnya dan mundur secara perlahan beberapa langkah.

Reno menatapnya dengan tatapan tak biasa. Ini lebih menakutkan dari yang Abi kira. Melihat Reno marah mungkin menjadi hobinya, tapi tidak untuk kemarahannya kali ini.

"Lo suka banget bikin gue kesel, ya? Salah gue apa sih? Lo masih gak terima juga gue jadi bagian dari keluarga lo? Heh, gue lahir duluan daripada lo!" Suara yang awalnya datar itu kian meninggi, Reno tak mampu menahan emosinya yang semakin membuncah.

Dan walaupun begitu, Abi rupanya tak merasa jera, rasa rakutnya tiba-tiba hilang, "Ya tapi tetep aja, gue kan anak kandung dikeluarga ini."

Nafas Reno mulai tak beraturan, ia tak mampu menahan emosinya lagi, namun ia tak mungkin melampiaskan semuanya pada adik bungsunya ini. Dan karena hal itu, Abi berusaha menahan senyumnya yang terulas, rencananya berhasil.

Tapi marahnya bukan bercanda kayak biasanya, gawat dong gue, batin Abi yang tiba-tiba cemas.

Lamunan Abi langsung buyar tatkala sang kakak meneriaki namanya, lantas pemuda itu berlari secepat kilat keluar dari kamar Reno saat kakaknya mulai mengejarnya, "Abinaya, sini lo!" teriak Reno.

Melihat Abi yang telah meninggalkan lantai dua rumahnya, Reno lantas membanting pintunya cukup keras, hingga suara debuman itu terdengar ke ruang tengah.

Abi berhenti sejenak di anak tangga terakhir. Sedangkan tak jauh dari sana, diambang pintu dapur, ada Jay yang menatap adiknya dengan tatapan gusar, "Abinaya, lo ngapain lagi sih? Astaga, uang saku lo sebulan gue sita," ketus Jay dengan tegas dan tandanya ia tak ingin dibantah.

Baby Reno [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang