Dafa termangu ditempatnya setelah beberapa saat lalu terbangun dari mimpi buruknya. Entah apa maksud dari mimpi tersebut, yang pasti Dafa begitu merindukan sosok yang muncul dalam mimpinya tersebut.
Hanya saja selama ini Dafa sengaja berdiam diri, tanpa berniat menampakkan diri di depan orang tua kandungnya. Bagaimanapun juga, Dafa takut keluarga Achiel menjadi risiko atas perbuatannya itu.
Dan dari kejadian semalam, Dafa selalu terdiam bahkan jika Abi berusaha memancing emosinya.
Raihan sudah tak bisa menahan dirinya lagi, "Daf, lo kenapa sih dari pagi ngelamun mulu? Kalau ada apa-apa tuh cerita aja kenapa sih, gak bakal jadi beban juga buat gue," celetuk Raihan."Ya, lo santai orangnya sama masalah, lo gak tau masalah gue kayak gimana makanya santai banget ngomong kalau itu gak bakal jadi beban," sahut Dafa yang tak suka dengan celetukan Raihan. Walaupun Kakaknya itu bermaksud baik.
"Ya makanya ngomong, bego! Gak usah mancing emosi gue deh, kebiasaan gak liat sikon lo," sulut Raihan yang sebal dengan kebiasaan Dafa. Tapi, ucapan Raihan tersebut justru mampu membuat Dafa terdiam. Sepertinya ia memang sudah buntu untuk memikirkan cara menyelesaikan masalahnya.
"Gue mimpiin orang tua gue, dan yang bikin gue takut itu gue takut kalau mereka beneran bakal muncul ke hidup gue lagi dan bahkan ngelakuin sesuatu diluar nalar ke keluarga Achiel. Demi apapun, sikap mereka gak bisa diterima logika manusia, Han."
"Seserem itu emangnya?"
Dafa menghela nafas sejenak sebelum kembali membalas ucapan Raihan, "Iya, Han! Selangkah aja lo masuk ke dunia mereka, ikut campur aja, hidup lo kelar kalau lo gak mau ikutin alur dari mereka. Tapi kalau lo ikutin, hidup lo bakal berubah sepenuhnya, apalagi orang-orang yang lo sayang juga bakal pergi."
Mendengar cerita Dafa membuat Raihan sedikit senang karena memicu adrenalinnya, karena Raihan memang tipikal orang yang menyukai hal-hal menyeramkan dan diluar nalar manusia. Itupun hanya sekedar fiksi. Dan sayangnya Dafa tidak sedang mendongeng, membuat Raihan mengusap tengkuknya.
"Duh, emang lo gak tau dimana lokasi mereka sekarang? Lo kan pinter tuh kalau soal komputer, bisa lah lacak buat jaga-jaga diri," ujar Raihan yang ikut dibuat resah oleh Dafa. Karena sedikitnya, ia paham apa yang diceritakan Adiknya itu.
"Sayangnya mereka bakal tau identitas gue yang ngelacak mereka nanti, dan itu juga bisa bikin mereka ngelacak gue dan selanjutnya... lo paham lah ya? Tapi dari informasi yang gue dapet dari luar, sekarang masih aman. Intinya yang gue mau, jangan ada yang neko-neko dulu sih," jawab Dafa.
"Kak Reno tinggal sendiri, Papa Mama diluar negeri, kak Chan kadang nginep dikantornya, Kak Rey punya musuh yang bisa aja bahayain dia kapan-kapan," timpal Raihan, yang membuat Dafa menatap pemuda itu dengan tatapan datarnya.
"Udahlah, lo malah nambah beban!" gerutu Dafa yang disahut tawa kecil khas Raihan yang biasa ia keluarkan setelah membuat Dafa kesal sekaligus tak heran dengan sikapnya.
***
"Rey."
"Ren, ini... seriusan lo disini? Lo ngapain?" tanya Rey yang terkejut dengan kehadiran Reno didepannya. Dan Ervin sama sekali belum mengetahui hal ini karena pemuda itu pergi ke toilet beberapa menit yang lalu.
"Lo serius mau gelut? Dengan jadiin cewek taruhannya? Lo gila Rey, kalau lo cedera gimana? Lo sendiri yang rugi. Feli juga gak bakal suka sama sikap lo," celetuk Reno mengungkapkan semua kekhawatirannya.
"Hey! Santai! Lo 'kan tau gue kurus kerempeng gini sabuk hitam taekwondo," sahut Rey santai.
"Terus Felicia? Apa dia bakal tetep suka sama lo pas tau kalau lo sama mantannya berantem dan dia ternyata jadi taruhannya? Dan lo juga gak tau kalau dibalik rencananya dia, dia bakal main bersih apa nggak?" Reno menimpali Rey yang nampak terlalu percaya diri untuk melawan lelaki itu.
Dan sebelum keduanya kembali beradu mulut, Ervin datang dengan sedikit tergesa-gesa, "Rey! Lo harus gagalin semuanya! Ini semua gak bakal beres, lo cuma bakal dapet celakanya doang! Eh, lah, ini lagi bocah ngapain disini?!"
"Serah gue dong," sahut Reno tak peduli.
"Kenapa lagi, Vin?" tanya Rey melerai keduanya sebelum perdebatan akan terjadi. Walaupun ketiganya sama-sama menyimpan kerinduan, pertengkaranlah yang membuat mereka menyalurkan perasaan itu.
"Feli bentar lagi nyampe, lo gak bakal mau biarin dia ada disekitar sini kan? Bukan gue yang nyuruh, dia sendiri yang maksa nanya dan maksain diri kesini," jawab bungsu dari triplets itu, yang tanpa sadar membuat Rey tersulut emosi.
"Maksud lo apaan? Lo gak tau disini bahaya? Kalo dia bawa Feli secara paksa lo mau tanggung jawab gak? Gue udah mau lawan dia karena gue gak mau Feli diapa-apain sama dia! Kenapa gak ada yang ngerti sih? Gue tau dia bahaya tapi gue cuma gak mau dia bahayain Feli yang statusnya cewek!" seru Rey.
Dan sedikit jauh dari tempat dimana triplets berdiri, ada sekumpulan lelaki lainnya yang menjadi lawan Rey, salah satunya mengeluarkan suaranya, "Mereka bertiga kalau udah disatuin bakal adu bacot terus ga beres-beres, gak ada yang bisa kelarin kalau bukan si Rey sendiri."
"Haha, dasarnya emang jago bacot sih."
"Tapi kalau begini terus, gak bakal mulai-mulai terus taruhannya lah, mereka semua kepala batu gak bakal ada yang mau ngalah kecuali si Rey ngakuin diri jadi pengecut," timpal lainnya, yang diangguki lainnya.
"Sesuai peraturan, Felicia jadi milik gue sepenuhnya."
Dan ketua dari geng tersebut seketika terbangun dari duduknya saking terkejut dengan kehadiran Felicia disini, gadis itu menghampiri triplets, "Lah, siapa yang ngundang Feli kesini?" ucapnya dengan nada tinggi.
Sedangkan disisi lain, gadis bernama Felicia Angeline itupun menghampiri Rey dengan raut tak sukanya, "Rey, lo apa-apaan sih? Ngapain lo ada disini coba? Rey yang gue kenal mainnya gak taruhan kayak gini," cetus Felicia.
Rey menarik nafasnya sejenak karena kesekian kalinya harus menjelaskan maksudnya, "Fel, lo emang mau hidup dalam kekangan si Farel? Gue begini karena gak mau biarin dia nyakitin lo lagi, lagian mentang-mentang badan gue kayak tulang doang kalian jadi ngeremehin gue."
"Terserah lo ajalah, Rey. Gak ada gunanya gue nyamperin kalian ternyata," ketus Reno yang kemudian pergi meninggalkan kedua saudaranya beserta satu gadis disana.
Rey menghela nafas melihat Reno murka, namun dirinya tetap pada pendiriannya, "Gue yang bakal tanggung jawab buat diri gue sendiri, percayain sama gue!" seru sulung triplets itu, yang juga ikut pergi menghampiri Farel yang sudah berada ditempat.
Dan Felicia yang sedari tadi menyimak pun menatap Rey dengan tatapan resahnya, kemudian menatap Ervin yang sudah tak ingin berkomentar apapun dengan tingkah saudaranya itu, "Vin, semuanya bakal baik-baik aja, kan?" tanya Felicia ragu.
"Percaya sama Rey, dia bakal tepatin janjinya."
***
©Putri Verse, 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Reno [New Version]
Teen FictionTak ada yang menginginkan kelahiran kecuali atas takdir yang telah ditentukan Yang Maha Kuasa dan orang tua yang telah merencanakan kelahiran sang anak. Direncanakan? Reno tak yakin kelahirannya memang telah direncanakan kedua orang tuanya atau tid...