19. Firasat

36 3 0
                                    

Setelah sandra berhasil membujuk alvin, ia membawanya periksa dirumah sakit, alvin didorong dengan kursi roda oleh supirnya sandra. Ia menemui dokter umum di UGD. Mereka menyarankan alvin untuk rawat inap sampai kebutuhan cairan terpenuhi. Alvin tidak bisa menolak karena melihat wajah pucat sandra yang mengurusnya sedari tadi. Setelah dari UGD alvin dibawa ke unit VVIP

" san, kamu gapapa kan?"

" aku Cuma pusing aja vin, gapapa kok. Pokoknya hari ini kamu istirahat disini aja. Aku mau nemui papa dulu"

Alvin istirahat sebentar ia memejamkan matanya tiba-tiba ia bermimpi sedang melihat sintya meminta tolong. Ia benar-benar mendengar suara sintya berteriak kesakitan, ia seperti tertimpa sesuatu yang besar. Alvin juga melihat semua orang berteriak dan meminta tolong. Keadaan mereka yang ada disana benar-benar kacau. Ia melihat banyak polisi dan juga petugas kesehatan berlalu lalang. Alvin tiba-tiba terbangun dan mengejutkan perawat yang sedang memeriksanya.

" dokter" kata perawat itu terkejut

" jam, sekarang jam berapa?" tanyanya panik

" jam 23.15 dokter, saya sudah selesai mengganti infus, saya permisi dulu dok"

" hmm terimakasih "

Alvin menemukan sandra terbaring dikasur sebelahnya, awalnya dia berencana ingin pergi ke maluku untuk memastikan keadaan sintya baik-baik saja, namun melihat sandra ia mengurungkan niatnya sampai besok pagi. Ia mencoba untuk tidur kembali, namun bayangan tentang mimpi mengerikan itu terus muncul dikepalanya. Hingga pukul 03.15 ia masih belum bisa tertidur, ia menutuskan untuk menulis surat

" san, aku pamit ke maluku sebentar. Ada sesuatu yang harus ku selesaikan. Maaf tak sempat memberitahumu," begitulah tulisan yang di tuliskan di berikan disamping sandra.

Keesok harinya alvin sudah sampai ditempat sintya. Ia melihat sintya sedang memeriksa beberapa pasien di puskesmas. Sintya bahkan tak sadar dengan kehadiran alvin yang tak jauh darinya. Alvin memutuskan untuk menunggu supaya dapat berbicara dengan sintya.

Saat sintya sudah selesai dia melihat seseorang yang tidak asing dengannya, ya dia melihat alvin tertidur dibangku antrean pasien. Mira mencoba membangunkannya namun tidak bangun.

" dokter badannya panas dok, sepertinya dia pingsan" kata mira

Sintya segera membawa alvin masuk dan memeriksanya. Sintya memeriksanya dengan air mata yang hampir tak dapat ia bendung. Dahulu sintya selalu menangis setiap alvin sakit. Bahkan saat alvin mengalami usus buntu sintya pernah memintanya untuk putus. sintya sangat tidak suka melihat orang yang disayanginya sakit

" bagaimana bisa kau menjaga dirimu saja tidak bisa, bagiamana kau menjagaku" kalimat itu melintas begitu saja di fikiran sintya saat melihat alvin pingsan dihadapnya. Bahkan dulu ia pernah berjanji tidak mau melihat alvin menjadi pasiennya. Namun hari ini mereka hanya sekedar bos dan karyawan, tugas sintya hanya mengobatinya sampai sembuh.

" dokter kenapa?" tanya mira

" ah, aku hanya lelah saja. Awasi dia baik-baik dan monitor sampai dia bangun, aku akan istirahat sebentar"

" baik dokter"

Sintya keluar dari puskesmas menuju ke taman belakang puskesmas. Ia menumpahkan seluruh tangisnya disana. Cakra sempat melihatnya berlari mengikutinya, namun saat melihat sintya menangis ia tak jadi menemuinya, ia juga sempat mendengarkan kata-kata yang sintya tumpahkan. Karena tak ingin mendengar terlalu banyak cakra memutuskan untuk pergi karena itu adalah privasi sintya. " kenapa harus datang lagi, kalo datang, datanglah dengan keadaan sehat. kau tau, kau membuatku cemasss" itulah kata terakhir yang didengar cakra sebelum dia pergi

Berhenti  DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang