3. mencoba ikhlas

69 3 0
                                    

Malam berlalu, setelah canda dan tawa dari keluarga besar yang hampir tak pernah berkumpul itu, akhirnya mereka kembali lagi berkumpul. Bercanda tawa dan menikmati kebahagiaan yang mungkin hanya tercipta setahun sekali. Bedanya kali ini kedua kakaknya tidak hadir disini. Luka yang pada akhirnya sedikit menghilang membuat sintya percaya dia bisa menjalani hidupnya sekali lagi. Ia juga berfikir benar kata pepatah bahwa cinta pertama itu pasti tidak akan berhasil. Cinta bukan segalanya yang bisa membuatmu hilang. Karena cinta yang sesungguhnya berasal dari keluargamu. Hari ini papa sama mama nya sintya bersiap untuk kembali pulang. Adiknya tetep tinggal dirumah sintya. Kini mereka bersiap dibandara untuk pulang ke rumah, ke kalimantan. Karena kondisi sintya yang mulai aga stabil dan terlihat ceria sehingga papa dan mamanya harus kembali melaksanakan tugasnya dikalimantan

" jaga diri baik-baik, kalo ada apa-apa cerita sama mama, hm, mama 24 jam buat kamu ( sambil memeluk sintya )"

"iya ma, aku janji bakal jaga diri baik-baik"

" jangan telat makan ya, jaga kesehatan ( papanya juga memeluk sintya )" papa

" semuanya Cuma pamit sama kak sintya, ga ada gitu yang pamitan sama sevia"

Semuanya tertawa pecah karena celetukan sevia. Dan akhirnya papa, mama dan sevia semuanya berpelukan termasuk sintya. Sampai tiba saatnya papa dan mamanya pergi memasuki pesawat, mereka melambaikan tangan kepada sintya dan sevia. Sintya dan sevia pun pulang kerumah

" kak"

"hmm" ( sambil melihat jalan karena sintya menyetir sendiri )

"ish cuek banget sih" sevia ngedumel

" kaka masih denger loh" ( sambil senyum, tapi tetep lihat depan )

" hmm"

"ishh bales dendam"

" nggak kakak ampun, kak nanti kalo aku gak keterima gimana? Aku udah songong banget sama mama papa kalo aku bakal keterima"

"sejak kapan kamu takut gini, biasanya santuy aja"

" kak aku ga lagi bercanda loh, ini masalah harga diri"

" berapa?" ( jawab sintya sambil terkekeh)

" aish, tau ah.. tanya sama kakak sama aja ga ada solusinya"

Sintya hanya tersenyum sambil melajukan mobilnya sambil sesekali melihat ke arah adeknya yang dari dari menekuk mukanya ( kesel ). Dari dulu sevia adalah moodboster bagi sintya sehingga setiap sintya serius sevia akan mengajaknya untuk bercanda. Tapi kali ini berbeda karena mereka udah tumbuh dewasa sehingga sevia perlahan mulai sadar akan masa depanya. Apalagi ditambah kakak-kakanya yang sukses semua, itu merupakan beban tersendiri bagi sevia sebagai anak bungsu.

" ga usah dipikir sayang, berhasil atau gagal itu manusiawi, udah donk jangan gitu mukanya. Udah jelek makin jelek nanti"

" tetep aja kak, kepikiran, ah kakak ga asik ini pasti gara-gara kakak kebanyakan sama kak alvin, jadi ikut ikutan ngedagel"

" ooo ( sintya terkejut karena sevia mengatakan itu, hingga ia tak sadar mengerem mobilnya mendadak menyebab sevia sedikit terbentur ). Maaf dek kakak gak fokus, kamu gapapa?"

" iya gapapa kak, kakak kenapa?. Kok tiba-tiba ngerem"

"ada kucing tadi ( jawabnya ngeles )"

Sevia masih belum mengetahui hubungan sintya dan alvin sudah kandas. Sintya akan tetap merahasiakan itu. Ia kembali melanjutkan perjalanannya pulang dan istirahat dikamar. Ia memikirkan banyak sekali. Setiap malam dulunya selalu diwarnai canda dan tawa, karena setiap hari pasti alvin menelponnya. Kosong, pasti setiap orang pernah mengalaminya. Rasa kehilangan seolah menjadi hantu yang terus membayangi fikiran. Air mata tak dapat dibendung lagi mengingat semua yang pernah terjadi. Dan semua itu tak akan pernah hilang dalam sekejap waktu. Butuh waktu yang panjang untuk melupakan semuanya.

Berhenti  DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang