22. Bencana

24 3 0
                                    

Badai, angin dan kilat melambai lambai diudara, hingga ada suara pohon yang terjatuh didepan mereka membuat aisyah dan sintya berteriak ketakutan. Tidak ada yang bisa menolong mereka disini karena masih jauh sekali dengan desanya. Sintya dan aisyah masih saling berpegangan. Kini hujan jatuh dengan sangat berutal di atas mereka, gubuk tempat berlindungnya hancur sebagian tertimpa pohon besar, untung saja tidak sampai menyelakai mereka berdua. Mereka mencari tempat berteduh lainya, namun tak kunjung menemukannya. Seluruh badan mereka berdua telah basah kuyup karena hujan yang sangat lebat.

Tanpa mereka sadari mereka terus berjalan sambil berpegang tangan, sebenarnya mereka sudah hampir dekat dengan desa, mungkin sekitar 20 menit lagi. Saat mereka terus berjalan tiba-tiba ranting pohon besar ambruk mengenai kaki kiri sintya, sintya terluka parah dan mungkin ada fraktur atau patah tulang

"dokter!!!" aisyah berteriak ketika melihat darah dikaki sintya. Dia tidak bisa bergerak karena ranting pohon yang jatuh lumayan besar.

Sintya mencoba menggerakan kakinya, namun nihil, justru darah mengalir lebih cepat. Ia segera memegang bagian yang berdarah dan menutup dengan sapu tangan yang ia bawa.

"aisyah, apakah masih lama sampai desa?"

"masih 20 menitan lagi dokter, aduhh.. gimana ini dokter. Pasti sakit...hiks hiks hiksssssss eee.." aisyah justru menangis lebih keras daripada sintya ia mencoba mengangkat pohon yang tumbang

"jangan nangis aisyah...boleh minta tolong?"

"hiks. Hiks hikshiks hiks ....e boleh dokter, apa? Saya udah coba angkat dokter... tapi ga bisa hemmm...ememmmm..."

"kamu pergi dulu ke desa. Cari bantuan. Saya tunggu sini"

"saya ga mau ninggalin dokter, nanti kalo dokter kenapa-kenapa gimana?"

"saya ga bisa bergerak aisyah, kalo nunggu disini kita akan terjebak bersama-sama" sintya terlihat sangat kesakitan. Bahkan ia merasakan kakinya mulai kesemutan dan tidak ada rasanya.

Aisyah tidak tega melihat sintya terus memajamkan matanya. Ia berlari memecah hujan supaya lebih cepat sampai desa. Ia berlari tanpa memedulikan yang lainya bahkan sekarang ia berlari tanpa menggunakan sandal dan keadaan jalan yang sangat becek dan licin. Ia berlari sambil menangis.

Sambil terus berjalan ia mencoba menggunakan jalan pintas, meskipun kemungkinan besar longsor akan terjadi, namun ia tak ingin sampai desa terlalu lama. Bahkan ia terjatuh beberapa kali. Mungkin kakinya terkilir namun ia terus bangun dan kembali berlari. Tanpa disadari ternyata dugaan aisyah benar, ada gempa disertai longsor ditempat yang memang biasanya terjadi longsor. Ia benar-benar melihat tanah bergerak mendekatinya. Namun ia tak dapat mengindarinya seolah kakinya terdapat magnet yang begitu kuat. Tak lama kemudian ia tertimbun tanah tersebut dan ...

Pov sintya

Ia menutup matanya begitu tanah terasa berguncang begitu kuat. Ia melihat pohon yang menimbun kakinya bergerak, ia merasakan gerakan tanah yang belum pernah ia rasakan seblumnya, ia memanfaatkan untuk menggeser perlahan kakinya, sehingga lukanya semakin banyak. Saat ia mencoba berdiri gempa berguncang lebih dahsyat dari sebelumnya sehingga ia justru malah ambruk dan seluruh tubuhnya terluka. ia sempat terjatuh dan berguling-guling hampir 100 meter Ia terus berdoa

"mama... sintya takut..hiks..hiks hikss,.. mama...mama... tolongin sintya...." tak lama kemudian penglihatan sintya mulai kabur dan belum ada kabar lagi dari mereka berdua.

entah apa yang terjadi dengan aisyah dan sintya, mereka sama-sama berjuang untuk bertahan namun rasanya mereka sama-sama tidak memungkinkan, apalagi ditengah hutan seperti ini

entah apa yang terjadi dengan aisyah dan sintya, mereka sama-sama berjuang untuk bertahan namun rasanya mereka sama-sama tidak memungkinkan, apalagi ditengah hutan seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berhenti  DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang