Pagi itu, seperti biasa semua orang di distro ini bekerja pada posisinya masing-masing. Namun, begitu aku baru saja sampai di distro ini, rupanya sang kolaborator sudah menunggu sedari tadi.
"Pak bos, ini Azizi, yang kemarin mau kolab..", ucap Agus, mengawali perbincanganku pagi ini dengan para rekan kerja distroku.
"Oh iya. Kenalin, nama saya Kurniawan. Nanti panggil aja Wawan, ya?", tanganku menodong.
Tampak gadis belia dengan tinggi yang nyaris menyamai diriku, menyapa dan agak sedikit membungkuk untuk memberi hormat. Berperawakan rambut hitam sebahu, postur tubuh gemuk dan wajah yang cantik, aku sudah pasti tau jika gadis sepertinya ini banyak menjadi incaran setiap lelaki di luar sana.
"Azizi, pak. Panggil Zee aja ya pak..", balasnya menjabat.
"Mari sini, ikut saya kedalam", lalu kami berdua pun mulai berjalan masuk kedalam ruanganku, yang terisolasi dari tempat karyawanku bekerja.
Lekas dalam satu tempat yang sama, kami duduk berhadapan. Ku nyalakan laptopku, lalu mulai menanyakan beberapa hal perihal kerja sama ini.
"Jadi, denger-denger kamu ini artis, ya? Kalo boleh tau, berkarir di bidang apa ya?"
"Iya, benar pak. Saya berkarir di bidang industri perfilman. Sejauh ini sih masih fokus ke industri lokal, sih pak. Tapi saya belum kepikiran buat terjun ke industri lain selain film gitu..", seluruh apa yang dibeberkan Zee, lekas ku ketik kedalam dokumen di laptopku.
"Udah berapa lama berkarir?"
"Udah 4 tahun sih. Tapi saya bisa jamin saya bisa ikutin instruksi dari pihak kolaborator dan senior. Saya orangnya penurut kok pak..", tampaknya kolaborator kali ini ingin sekali dan merasa excited sekali untuk bekerja sama.
"Mm... mantap, oversharing dan overconfidence. Kemungkinan ini anak social butterfly di kalangan temen-temennya..", batinku tanpa bicara, lanjut mengetik tanpa henti.
"Sebelumnya sudah pernah ikut kolaborasi semacam ini?"
"Mm.. belum pak, ini kali pertama saya.."
"Berarti selama 4 tahun itu fokus di bidang perfilman aja, ya?"
"Benar pak.."
"Hmm...", sekiranya cukup banyak data dirinya yang telah kuketik, aku menyimpan file dokumen itu.
Azizi tampak tegang, dan sesekali ia melirik ke sekeliling ruangan. Mulai dari langit-langit, perabotan lain di dalam kantor ini hingga laptopku sendiri.
"Mhmm..", aku sedikit menggaruk rambutku. Rupanya, hal ini segera disadari Azizi. Begitu ia merasa ada yang janggal, ia mulai memikirkan apa yang biasanya membuat seseorang tampak sedikit stress itu.
"A-anu.. ada masalah, pak?"
"4 tahun karir, di umurnya yang masih belia begini. Belum pernah kolaborasi, tapi fame-nya tinggi banget nih. Pertanyaannya, darimana dia bisa dapet level fame yang setinggi itu?", batinku.
"Seharusnya dengan durasi berkarirnya yang masih terhitung sebentar itu, tingkat kepopulerannya gak bakal setinggi ini. Dari mana dia bisa se-tenar ini, ya? Apa karena dia mantan personil JKT 48?".
"Nggak ada. Santai aja, gausah tegang..", balasku tanpa meliriknya sedikitpun.
"Umm.. baik, pak..", tangannya pun saling melipat dan memutar kepalan satu sama lain secara bergantian. Jika dipikir secara rasional, tidak sepenuhnya tingkat sejuknya udara di dalam kantor ini membuatnya merasa sedikit cemas.
Usai seutuh data-datanya telah dikumpulkan, semua pun ku anggap usai. Yak, proses penulisan data diri kolaborator untuk bisa dijadikan acuan suatu saat nanti, jika kolaborasi dibutuhkan lagi. Dan juga secara tak langsung, penilaianku secara diam-diam padanya akan menjadi panduan untukku dalam beberapa hari kedepan.
