big bang 13

3.5K 72 10
                                    

Pagi hari di daerah Timur Tengah, tidak ada kicau burung layaknya di Asia. Hari ini jadwalku adalah melanjutkan penerbangan ke sebuah negara terluas di dunia. Transit hari pertama akan segera selesai, berganti menuju keberangkatan ke negeri bekas paham sosialis republik satu partai, alias komunis.

Berada di dalam ruang tunggu/waiting room Bandara Doha Qatar, kami tengah menunggu kedatangan pesawat yang akan membawa kami ke negeri beruang tersebut.

Seperti biasa, Michie di sisiku tengah asyik memperhatikan setiap video yang berkeliaran di ponselnya. Sesekali ia menggeser naik, sesekali ia menekan tombol suka. Kali ini, entah bagaimana bisa linimasa sosial medianya penuh dengan perihal sejarah.

"Pih"

"Hm?"

"Ini pose apa, sih? Kok banyak yang komen sama pose begini, ya?"

Ia menunjukan sebuah salam yang terlarang asal Jerman N*zi, dimana tangan kiri diangkat dan semua jarinya lurus berpasang.

"Oh, itu salam N*zi. Sebaiknya Ichie jangan gegabah deh meragain pose begitu, atau nanti kamu bakal dirujak orang-orang ahahahaa..", aku menjelaskan.

"Oalah, kirain Ichie apa. Tapi pih, kok bisa dilarang ya? Kenapa tuh?"

"Singkatnya dulu Jerman N*zi itu sebuah Kekaisaran fasisme Jerman yang bisa dibilang membantai banyak orang. Bahkan kaum jew/yahudi aja juga banyak dibantai dibawah pimpinan Pak Kumis.."

"Nah, kenapa dilarang? Karena takutnya orang yang melakukan pose itu akan dianggap meng-glorifikasi kembali kerajaan jahat itu. Udah papi jelasin tadi, mereka itu jahat, nge-bantai banyak orang di Perang Dunia 2 dulu tahun 40-an..", aku menjelaskan semampuku, sehingga setidaknya ia memiliki edukasi terhadap sejarah, walaupun hanya sedikit saja.

"Oalah. Btw, glorifikasi itu apa pih?"

"Glorifikasi itu tindakan mengagung-agungkan sesuatu secara berlebihan, sayang. Seringkali glorifikasi ini memuji atau memberi pengakuan yang nyatanya tidak sesuai fakta dengan yang sebenarnya. Sayang paham, kan?"

Michie mengangguk, seraya berusaha memahami setiap rangkaian kata yang ku ucapkan.

"Sebenarnya, kerajaan-kerajaan begitu cuma di Jerman aja, apa seluruh dunia ada, pih?"

"Semua dunia pernah punya kerajaan. Mulai dari Indonesia, Tiongkok, Jepang sampe ke benua Afrika aja ada banyak. Indonesia punya Siak, Pagaruyung, Majapahit, Sunda. Tiongkok punya Dinasti Qing, Dinasti Yuan, dan lain-lain. Jepang pun sama, cuma jumlahnya lebih banyak dan lebih 'tercecer' karena wilayah mereka banyak yang enclave di dalam wilayah kerajaan lain.."

"Sebenernya belajar sejarah sama papi itu menyenangkan kalo ngerti. TAPI ICHIE SUSAH NANGKEPNYA, HUHUHU..", komentar Michie kemudian.

"Hahaha, gapapa. Anytime you want to ask, i'm all ears.."

"Owkay papih!"

Usai ku jelaskan sedikit dari yang kupahami, ia tak memalingkan pandangannya dariku tanpa alasan yang jelas.

"Papiiiiihh!", panggilnya.

"Oit?"

"Fasisme sama- apa ini namanya?--- ko..munis..me.. Bedanya apa? Ehehehe"

"Bedanya?"

"Iyaaaaa!"

"Gaada bedanya. Sama-sama menyiksa manusia, sama-sama terlalu military oriented, dan sama-sama suka perang.."

"Gausah becanda! Ini Ichie serius nanya!"

"Huh, yaudah. Komunisme itu sering dianggap sebagai tahap akhir dari sosialisme. Tujuannya apa? Untuk menghapus kelas sosial. Jadi semua rata di mata semua manusia. Bedanya sama sosialisme, komunisme itu lebih kayak 'sosialis, tapi versi yang dominan ke aspek militernya'. Kalo fasisme beda, Chie. Bedanya mereka berdua itu kalo paling mencolok ya komunisme itu ga begitu nasionalis, sedangkan fasisme iya"

ꜱɪᴍᴘʟᴇ ᴘʟᴀɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang