Singkat cerita, menjelang siang ke sore itu kami sudah mendarat dengan aman di Bandar Udara Pulkovo, St. Petersburg, Russia. Yah, perjalanan yang cukup lama ini akhirnya mendaratkan kami ke tanah kelahiranku. Jenuh mata hanya melihat isi kabin pesawat yang penuh dengan benda statis tak bergerak, rasanya kangen sekali dengan keluargaku yang asli Rusia ini.
"Akhirnya nyampeee!", ucap Michie berseru, namun agak sedikit mengecilkan volume bicaranya.
Berjalan melalui garbarata yang menghubungkan pesawat dengan pintu bandara ini, Michie dan teman-temannya menempel dekat denganku. Karena bagi mereka dan Michie, ini adalah kali pertama mereka menginjakan kaki di Negeri Beruang Merah ini. Sebagai hubungan anak dan ayah, aku merangkul Michie didekatku, dan ia pun menaruh tangannya di sisi pinggulku.
"Cuacanya lagi terik ya, pih?"
"Iya, lagi summer nih.."
"Papih papih!", panggilnya padaku yang bernada lucu.
"Iya, Chie?"
"Kalo dipikir-pikir, papi kan agak brewokan ya. Itu dulu mami apa ga suka bersih-bersih rumah, ya? Soalnya ada yang bilang kalo cewe ga rajin bersih-bersih rumah dapet pasangan nanti brewokan. Ini udah lama Ichie mau nanya begini.."
"Oh, ngga si. Itu cuma mitos kok. Mami kamu dulu rajin banget malah. Cuma kehalang bawel sama cerewet aja sih..", jawabku.
"Ahahaha, turun ke anaknya nih hehehe"
"Iya, hahaha. Kamu tau ga, dulu mami kamu tuh banyak yang ngejer, tapi dapetnya di papi, hahaha"
"Kok bisa pih?"
"Iyalah, mungkin emang karena dia suka sama yang brewokan ya?"
"Probably, bisa dibilang begitu.."
Masuk ke pintu masuknya, kru yang bertugas pun memeriksa paspor satu per satu penumpang yang tiba.
"Oh- orang Rusia banyak yang pirang juga ya, pih?"
"Iya, Chie. Kenapa, mau pirang juga?"
"Boleh pih, hehe?"
"Jangan ya Chie, ya"
"Ahahaha, iya dehh.."
Usai memeriksa paspor kami berempat satu persatu, kami lekas bergerak menuju conveyor belt; tempat dimana kami akan menunggu koper-koper dan tas kami untuk kami bawa pulang.
Saat ini, Michie berdiri di depanku dengan menaruh jaket yang tak ia selipkan tangannya, di pundaknya. Seperti biasa, aku mendekap Michie dari belakang dan menyegel tanganku pada perutnya. Kepalaku berpangku dagu pada ubun-ubunnya, sesekali mengecupnya.
"Om, ini perasaan aku aja apa emang di Rusia ini kebanyakan cewenya pirang semua?"
"Emang, Lin. Disini banyak cewe-cewenya pirang. Cowo-cowonya banyak yang tinggi-tinggi, cocok buat kamu kalo mau punya anak darah Rusia"
"Ga ah, sama om aja deh ya, hehehe"
"Oline! Shush!", tegur Michie yang mempererat genggaman tangannya pada tanganku yang di perutnya.
"Hahahahaha, posesiiifff! Michie galak ya, jadi serem deh.."
"Yaa.. Kamu tau sendiri kan Michie itu tipikal orang yang kalo ada yang godain papanya bakal langsung pasang badan. Bener kan, Chie?", tanya Gracie.
"Yep! Bener tuh pih, si Gracie.."
"Kamu mah sangking posesifnya sampe-sampe tangan papi langsung kamu kencengin, hahaha"
"Iyalah pih, ga mau lepas gitu lho.."
Tenggelam dalam obrolan yang candu, Oline rupanya sudah lebih dulu mengambil tas dan kopernya. Disusul Gracie, sekarang tas kami berdua yang belum bergerak kemari.
