Semalam itu memang rasanya kemenangan berada di pihak kami berdua. Setelah semalam suntuk puas bersenggama, ketika tidurpun rasanya pulas.
Nah, begitu pagi menyambut, aku terbangun lebih dulu daripada Michie. Ia masih lelap tertidur, dengan selimut menghangatkan dirinya dari dinginnya pendingin udara. Begitu tanganku terbentang lebar, sedikit peregangan ku lakukan. Lalu aku memutuskan untuk duduk diatas ranjang tidurku, sambil mengambil ponselku dari alat pengisi dayanya. Dan sedari semalam, kami tidur dengan tanpa busana. Aku sampai-sampai tak ingat berapa kali rudalku keluar masuk didalam liang senggamanya malam itu.
"Chie, bangun..", aku berbisik lembut padanya. Namun sepertinya, ia tak menanggapi sedikitpun. Dengkuran kecilnya masih terdengar, walau samar-samar.
Sebagai seorang ayah, aku berhak untuk memeriksa ponsel anakku. Maka dari itu, aku mengambil ponselnya dari samping bantalnya. Dari layar kunci saja tampak begitu banyak notifikasi yang bermunculan. Aku hanya membuka aplikasi pesan daringnya saja, dan mendapati pesan grupnya yang demikian:
INFO DARURAT
Sampai batas yang belum ditentukan, SMA Tanjung Priok 3 diputuskan untuk DITUTUP. Penyelewengan dana yang diberikan oleh pemerintah, yang dipakai kepala sekolah SMA Tanjung Priok 3 secara pribadi ini terdeteksi sebagai bentuk dari korupsi yang berbuntut panjang. Terdeteksi pelanggaran lain seperti money laundry yang dilakukan oleh subjek yang sama, menimbulkan tanda tanya besar bagi hampir setiap murid, orang tua dan guru-guru lain yang bertugas disana. Gedung sekolah beserta isinya akan segera kami sita.
Aku membaca tiap penggalan demi penggalan, mendapati bahwa adanya kejanggalan anomali yang menurutku mengejutkan. Bagaimana bisa seorang kepala sekolah yang notabenenya sudah kaya materil masih melakukan korupsi?
"Agak lain. Udah kaya, korupsi sama money laundry pula. Gila", batinku berdecak heran.
Tapi sisi positifnya, lebih banyak waktu dengan Michie yang bisa ku habiskan. Namun, ketika aku hendak meletakkan ponselnya kembali, tak sengaja aku terbaca sebuah pesan dari grup yang beranggotakan hanya Michie, Gracie dan Oline.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Oline ini anaknya yang kalo dimana-mana ada gua pasti anaknya rada-rada anu...", batinku.
Sudahlah, lebih baik kubiarkan saja pesan ini tak terbaca, sempat ku berpikir demikian.
"Masih pagi...", gumamku kecil.
Aku pun memutuskan untum berbaring lagi, dan kali ini aku mengambil ponselku kembali untuk berbalas pesan saja.
Beberapa menit berlalu, Michie juga mulai terlihat bangun dari tidurnya. Ia menoleh kearahku, lalu membuka matanya perlahan-lahan.
"Udah puas tidurnya?"
Michie tak bicara, melainkan hanya mengangguk saja.
Wajahnya masih lusuh dan lesu, beberapa kali matanya mengedip, disusul dengannya yang merapikan rambutnya.