Beri aku waktu sebentar saja untuk menggantungkan nafas ini . Bolehkah ?
Aku pertimbangkan dulu permintaanku kali ini.Jauh di pelataran sana ribuan jiwa berjumpa .
Tiba saat waktu penerbangan , sayangnya kita tertinggal dan pesawat terakhir terbang jauh menembus awan. Shit ,inikah terdampar.Akhirnya keheningan pecah dengan obrolan ringan juga tambahan tawa yang renyah.
Menit-menit berlalu , tiba saat tumpangan bis menyapaku namun entahlah , dengan mantap aku menolak karna tujuan kota berbeda padahal tak jauh dari sana tempat itu, ya begitulah tujuanku yang benar-benar harus sampai tepat pada pintu.Syukurku tak kunjung habis , meski terdampar aku bersamamu, hingga obrolan semakin memberat .
Menit ke jam bahkan tak terhitung lagi, kau semakin memantapkan tujuan penerbangan yang sama bersamaku menuju altar berbunga itu.Hingga di satu waktu, pesawat dengan tujuan berbeda segera beranjak , terhenti saat kau merengek, kau bilang transit tak apa , duduk manis di sana , meski kau menempati kursi terakhir.
Sudahlah meski belai sapa tak lagi ramah .
Kapanpun angin menyapu tawa kita biarkan alam yang mengurai.
Biarkan tapak jejak yang tertinggal di pelataran ini menjadi kepingan kisah untuk tersimpan pada lubuk terdalam.
Meski aku masi jelas mengingat alunan melodi yang mengalun dengan iringan senyum akan tetap kusanjung. Biarkan semua tertanam, kuyakin kau tetap tau.Kasih, terimakasih untuk segala bentuk cintamu yang mengiring setiap tawa di sela-sela hidupku. Biarkan waktu tetap bekerja menghitung detik-detik yang tersisa. Semoga penerbanganmu lancar dan aku terbang dengan pesawatku , semoga sang pencipta mempertemukan kita di altar berbunga , meski aku takut disana akan berembun karena terlalu lama menunggu.
Siapa yang tau
Kau atau aku
Tak ada ternyata
Tentu pemilik bumi telah menuliskan alurnya~Bekasi,12 Oktober 2019
Ncit
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Prosa
PoetrySekedar coretan tinta dalam aksara , amatiran yang memaksa , padahal bukan pujangga dengan bait yang menggoda. { Kumpulan bait terisi }