Kopi-ku

3 0 0
                                    


Selamat siang
Mentari yang tepat di atas kepala
Terik yang sangat menyengat
Rasanya bila menjemur air akan percuma
Ah laut tak kering nyatanya
Tentu pemilik bumi yang mengelola

Aku ini terlahir dari keluarga pecinta kopi, namun tak tau banyak tentang kopi.
Ah aku hanya merindu, mengingat dulu ayahku sangat suka dengan latte , espresso dengan campuran susu cair tentu nikmat.

Lalu ibuku , ia pecinta mocaccino , paket lengkap espresso, susu dengan tambahan coklat, paginya selalu tersaji dengan tambahan beberapa roti isi coklat.

Tapi , sejak aku menginjak kelas 2 smk, ayahku berganti selera. Ia lebih menikmati kopi hitam di sana, eh entah black coffe atau espresso, ayolah para pecinta kopi akan marah jika ku katakan ketiganya serupa ,tapi tetap saja rasanya intinya hanya rasa pahit yang tegas namun menebarkan nikmat.

Kalo aku sih lebih suka es cappuccino, mirip latte namun beda katanya. Tapi seleraku berhenti beberapa tahun lalu. Mengingat timbangan yang selalu menjerit gula semakin sedikit untuk di jadikan amunisi.

Ku ganti dengan teh hijau melati, yang kuminum setelah dingin , rasa pahit seperti melilit tenggorokan, namun diriku tetap memaksa di sana.

Ah rupanya aku bosan dengan teh, siang ini aku hanya melepas rindu , ketika meneguk mocaccino selagi hangat ternyata nikmat, tak perlu menghabiskan waktu 5 menit, segelas sudah lenyap.

Ah berbeda selera , namun tetap satu tujuan sama
Seperti berjalan pada jalan berbeda namun tempat tujuan yang sama

Ah mari berjalan , semoga di singgah sana berjumpa
Mari duduk bersama, dengan teh atau kopi tak jadi masalah , terpenting kita mendapat nikmat yang sama

Tetap rindu
With love.

Pic Pixabay

Bekasi,30 Agustus 2019
~Ncit

Tinta ProsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang