Setelah perpisahan kedua orang tua mereka, Liel si paling bungsu merasa mama dan kakaknya menjadi sangat protektif. Mereka terlalu strict baginya dan ia tidak suka. Liel tidak suka diperlakukan seperti anak gadis yang memerlukan pengawasan ketat karena takut salah pergaulan. Dia tidak mungkin seperti itu tapi mama dan kakaknya seperti tidak mempercayainya.
"Adek, kalau di sekolah jangan suka kabur-kaburan dari kakak," ujar wanita yang sudah berkepala empat namun masih tetap cantik. Ia menegur putra bungsunya.
"Liel nggak kabur, ma. Liel cuman main sama temen. Kakak nggak perlu ikut, kan?"
"Tapi kakaknya harus dikasih tahu, sayang. Biar nggak khawatir nyariin kamu," lanjut Sera menasihati anak bungsunya yang nakal.
"Liel cuman kumpul sama temen-temen, bukan pergi naik gunung, ma. Lagian siapa juga yang nyuruh kakak nyariin!"
Sera menghela nafas panjang. Liel selalu saja memiliki jawaban untuk menjawabnya. Anak bungsunya ini sulit sekali diatur dan itu bukan membuatnya marah melainkan semakin khawatir, takut Liel akan terpengaruh oleh pergaulan bebas yang akan merusak masa depannya kelak. Sera tidak akan bohong, dia mengakui bahwa Liel itu anak yang nakal dan karena itulah dia ingin Liel selalu berada dalam pengawasannya juga Gama.
Di saat suasana hening, pintu rumah terbuka menampilkan remaja yang tadi dibicarakan oleh mereka. Liel menatap malas pada kakaknya saat sang kakak menghampirinya.
"Dari mana?" tanya Gama, sorot tajamnya terarah pada sang adik yang menghilang sejak jam istirahat hingga membuatnya berkeliling mencari seperti orang gila.
Bukan Liel yang menjawab, melainkan sang mama. "Habis main sama temen katanya, Gam. Mama baru aja mau ngabarin kamu,"
"Dia baru pulang kan, ma?"
Anggukan Sera membuat sorot mata Gama semakin tajam, sarat akan rasa kesal bercampur amarah tertahan. Ia kembali menatap sang adik yang sama sekali tak merasa bersalah.
"Besok berangkat bareng!" tegas Gama.
"Nggak!" tolak Liel sengit.
Sera yang berada di antara keduanya langsung mencairkan suasana untuk menghentikan perdebatan mereka. Gama yang tidak bisa dibantah berhadapan dengan Liel yang keras kepala tentu tidak akan ada habisnya. Ia sebagai ibu dari keduanya harus mendamaikan mereka.
"Sudah-sudah, buruan pada mandi. Mama udah siapin makan malam," ujar Sera.
Liel langsung pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua. Tersisa Gama dan Sera yang menatap punggung anak nakal itu.
"Tadi Liel bilang main ke mana nggak, ma?"
"Katanya main di cafe gitu tadi, cafe baru dekat sekolah katanya."
Tidak jauh dari sekolah memang ada cafe yang baru dibuka. Gama tidak kepikiran untuk mencari di cafe tersebut karena saat ia lewat sudah sangat ramai oleh pengunjung, jadi ia pikir Liel dan teman-temannya tidak akan ada di sana.
Gama kemudian mengangguk sebelum berlalu pergi ke kamarnya untuk berganti baju.
...
Saat hendak melewati kamar Liel, Gama berhenti tepat di depan pintu kamar Liel yang tertutup rapat. Gama membuka pintu kamar Liel lalu masuk ke dalam.
Liel yang sudah berganti pakaian dan sedang merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil bermain ponsel langsung terkejut melihat kakaknya tiba-tiba masuk, lebih tepatnya ia masih kesal pada sang kakak.
"Ngapain??"
"Kalau udah ganti baju, buruan turun. Nanti malah ketiduran," ujar Gama. Liel itu sering sekali ketiduran setelah pulang dari sekolah. Akibatnya ia telat makan malam dan berakhir maagnya kambuh.
"Iya, nanti."
"Buruan, Liel." Tekan Gama.
Liel mendengus sebal kemudian beranjak dari tempat tidurnya melewati Gama dengan memberikan tatapan malas pada kakaknya itu. Pintu kamar yang dibanting membuat Gama menghela nafas panjang. Untung Liel adalah satu-satunya adik yang ia miliki, jika ia memiliki adik lain, maka ia tidak perlu mengawasi Liel seketat ini. Karena apa? Karena tentu saja ia harus membagi rata pengawasannya. Tapi beruntung ia hanya memiliki Liel sehingga ia tidak perlu mengawasi yang lain.
___________
Tbc>>Yoo guyss, cerita baru lagi wkwk. Kali ini lumayan fokus ke abang-adek-ayah aja nih. Pada suka kan ya intro nya?
Kenalan sama bang Gama dan Liel di sini>>>
Btw, jangan marah ya karena aku yang suka tiba-tiba publish cerita baru padahal cerita yang lama belum dikelarin. Arendra masih tetep aku tulis kok, cuman emang agak susah padahal alurnya ada di otak aku. Eh pas ide cerita baru muncul malah berhasil nulis beberapa chapter. Sekali lagi maafin aku yang belum profesional inii:)
Support kalian selalu aku butuhin untuk terus berkarya dan tentunya untuk lanjutin cerita ini juga. Jadi, minta dukungannya yaa♡
See you next part 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Life of Liel [On Going]
Teen Fiction----- Liel si anak bungsu yang keras kepala dan sulit diatur memiliki Gama, seorang kakak yang sangat protektif dan keras dalam mendidik. Liel sangat tidak suka dengan sikap sang kakak ditambah lagi kedatangan seorang ayah tiri yang membuatnya semak...