°Chapter14

2.3K 149 13
                                    

Hari ini, Sera dan Herry resmi menjadi sepasang suami dan istri. Herry juga sudah resmi menjadi papa tiri dari Gama dan Liel. Perayaan pesta pernikahan di sebuah gedung mewah itu hanya dihadiri oleh kerabat serta kolega bisnis Herry. Pesta pernikahan itu berjalan lancar sejak awal hingga akhir acara.

Liel tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Di satu sisi ia senang mamanya bahagia namun di sisi lain kebebasannya terancam oleh papa tirinya itu. Sekarang orang yang mencampuri hidupnya bertambah satu selain Gama, ada Herry juga. Liel tidak tahu bagaimana nasibnya kedepannya nanti.

"Cie, punya papa baru~"

Liel menatap malas Tio yang sejak tadi meledeknya. Sebenarnya anak itu berada di sisinya atau bukan? Terkadang Tio berpihak pada kakaknya namun juga tak jarang mendukungnya. Liel jadi sulit mempercayainya.

"Buat lo aja, bisa nggak?"

"Sembarangan amat mulut lo njir! Papa gue masih ada woy!"

"Siapa tau lo mau punya papa dua," sarkas Liel. Ia beranjak dari duduknya untuk menghampiri Gama yang sedang mengobrol dengan temannya.

Tio menahan umpatannya dan memilih mengikuti Liel.

Dimas yang lebih dulu melihat kedatangan Liel langsung mengkode Gama lewat matanya karena posisi Gama yang membelakangi Liel, ia menoleh untuk melihatnya. Gama tebak adiknya itu sudah tidak betah berada di sini dan ingin segera pulang.

"Masih lama nggak acaranya?" tanya Liel.

"Kenapa?"

"Mau pulang," jawab Liel jujur. Ia lebih suka bermain game di rumah dari pada duduk diam di acara yang penuh dengan orang tua ini.

"Kita nggak akan pulang ke rumah itu lagi," ujar Gama.

"Apa?"

"Kita pulang ke rumah papa."

Wajah Liel menunjukkan ekspresi ketidaksukaan yang amat kentara. Secepat inikah perubahannya? Liel bahkan belum bersiap-siap. Pada akhirnya Liel kembali ke tempat duduknya dengan raut wajah murung. Tio lagi-lagi mengikuti temannya itu setelah mendengar obrolan mereka.

"Dia nggak suka sama bokap tiri lo?" tanya Dimas.

"Hm,"

"Kayaknya, dia bakal jauh lebih nakal dari sebelumnya," ujar Dimas menebak asal.

"Nggak akan," sahut Gama serius.

Dimas hanya bergumam menanggapi ucapan Gama. Dia hanya asal menebak. Dilihat dari ekspresi ketidaksukaan Liel, sepertinya anak itu tahu bahwa kebebasannya akan lebih terancam. Entah kenapa Dimas yakin, adik dari temannya ini akan lebih sering berulah kedepannya.

...

Liel menatap rumah megah di hadapannya. Bahkan jarak pintu utama dengan pagarnya saja memerlukan waktu beberapa menit jika berjalan kaki. Beruntung mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat di halaman rumah. Liel bahkan melihat banyaknya penjaga dari mulai gerbang hingga sekarang di pintu utama pun ada. Sebenarnya, siapa Herry ini? Berapa kekayaannya? Dan apa pekerjaannya??

"Kamar kalian ada di lantai 3, pelayan sudah menyiapkannya," ujar Herry pada Gama dan Liel.

"Mn," respon Gama singkat.

Ia mendahului adiknya yang masih sibuk mengamati rumah besar yang mulai sekarang akan mereka tempati ini. Tidak, Liel bukan norak atau bagaimana. Ia tidak berasal dari keluarga miskin sehingga harus tercengang dengan rumah sebesar milik Herry ini. Liel hanya berpikir bagaimana jika nanti dia harus kabur dari rumah ini? Sedangkan para penjaga selalu ada di setiap sudut rumah. Kabur dari rumahnya yang kecil saja begitu sulit padahal ia hanya perlu mengelabui kakaknya. Sekarang, dengan penjaga sebanyak ini ia harus melakukan apa?

"Kau tidak ingin melihat kamarmu, boy?"

Liel akhirnya tersadar dan menatap pria yang sudah seharusnya ia panggil papa itu. Bukannya menjawab, ia malah mendekat pada mamanya.

"Mama, Liel mau punya adek cowok," bisiknya.

"Sayang," tegur Sera atas permintaan putra bungsunya yang ada-ada saja.

Liel kembali menatap datar papanya. Ekspresi wajahnya berbeda sekali dibanding saat bersama mamanya. Liel masih belum menerima pria ini ternyata yang menjadi papa tirinya. Bisa ganti tidak sih?

"Lantai 3, kan?" tanya Liel pada Herry.

"Iya, boy."

"Oke, makasih."

Liel berucap ketus. Ia berniat untuk lewat tangga namun suara Herry menghentikannya.

"Gunakan lift saja, Liel."

"Lift?" tanya Liel tak percaya.

Herry menyuruh salah seorang penjaga untuk mengantar putra bungsunya itu. Penjaga itu menghampiri tuan mudanya dan membawanya menuju di mana lift berada.

"Silahkan, tuan muda."

Liel yang masih linglung akhirnya tersadar begitu lift terbuka. Ia masuk lebih dulu dan diikuti oleh penjaga yang disuruh Herry tadi.

Di dalam lift, Liel akhirnya menghela nafas panjang. Ia menoleh pada pria tinggi yang berdiri tegap di belakangnya.

"Lo udah lama kerja di sini?" tanya Liel.

"Sudah lama, tuan muda," jawabnya.

"Nama lo siapa?" tanya Liel lagi. Setidaknya ia harus kenal satu orang penjaga di sini agar sewaktu-waktu ia ingin kabur, ia bisa meminta bantuannya.

"Nama saya Roy, tuan muda."

Tepat setelah itu lift berhenti di lantai tiga. Mereka segera keluar dari lift dan berjalan menuju kamarnya. Ketika sampai, penjaga yang bernama Roy tadi kemudian pamit undur diri pada Liel.

"Bentar. Gue Liel, kalau gue butuh sesuatu, gue bisa minta bantuan lo, kan?" ujar Liel menghentikan niat Roy.

"Tentu saja, tuan muda."

"Oke sip! Makasih," ujarnya dengan raut wajah senang.

Roy bisa melihat raut wajah tuan mudanya yang begitu senang dengan jawabannya namun ia masih tidak mengerti kenapa tuan mudanya bisa sebahagia itu. Roy kemudian benar-benar pergi setelah selesai dengan tuan mudanya.

Liel masuk ke kamarnya dengan perasaan senang. Setidaknya dengan rumah sebesar ini, ia memiliki kenalan satu penjaga yang sewaktu-waktu bisa membantunya. Karena kakaknya tidak berada di pihaknya, maka Roy bisa berada di pihak nya.



___________
Tbc>>

Haii, Liel back lagi setelah sekian purnama.

Yang pertama pasti aku minta maaf ke kalian karena jadwal updatenya nggak sesuai banget. Ya, fase-fase males nulis emang susah banget dilawannya. Kadang kalau dipaksain nulis malah hancur alurnya.

Aku ucapin makasih untuk kalian yang masih stay sama karya aku. Masih stay nungguin update an Liel ini. Kalian penyemangat buat tulisan ini terus berlanjut. Makasih ya guys.

See you next part 👋

Life of Liel [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang