Paginya, Liel benar-benar sehat dan dia sudah bisa ke sekolah. Tapi Sera semakin memperketat makanan nya. Mamanya itu bahkan melarangnya membeli makanan di kantin karena sudah menyiapkan bekalnya. Jangan kalian pikir Liel bisa makan diam-diam karena itu tidak mungkin terjadi. Ada Gama yang selalu memantaunya dan Tio yang juga bekerja sama dengan kakaknya.
"Mah, Liel nggak mau bawa bekal. Kayak anak kecil tau!"
Sera menggeleng kecil mendengar rengekan putra bungsunya.
"Liel memang masih kecil, siapa yang bilang sudah besar."
"Mamaa~"
"Sudah-sudah, ayo berangkat. Kalian tidak boleh telat,"
Liel merengut sebal. Walau begitu ia tetap mencium pipi Sera sebelum masuk ke dalam mobil dengan Gama yang sudah duduk di kursi kemudi. Liel melambaikan tangannya sebelum akhirnya Gama menjalankan mobil meninggalkan rumah mereka.
...
Setelah memarkirkan mobil, Gama dan Liel keluar bersamaan. Saat Liel hendak melangkah lebih dulu, Gama menahannya.
"Apa?" Tanya Liel heran. Dia tidak mengharapkan wejangan dari kakaknya hari ini.
Gama memberikan tas kotak bekal yang dengan bodohnya Liel lupakan. Baru beberapa menit sejak mamanya mengingatkan dan dia sudah melupakannya? Hebat sekali.
"Oh iya! Nggak lupa kok, cuman ketinggalan aja."
Liel tersenyum bodoh. Alasannya benar-benar basi. Orang gila mana yang akan percaya?
"Pikun," cibir Gama.
"Mana ada!"
"Ada."
Liel memutuskan untuk berhenti mendebat. Lebih baik diam untuk hal kecil seperti ini. Sebenarnya Liel merajuk. Dia hendak kembali melangkah namun lagi-lagi kakaknya menahannya.
"Apa lagi??"
"Bekalnya di makan sampe habis, kalau nggak habis gue suapin sampe muntah. Nggak usah ke kantin dan jangan coba-coba jajan sembunyi-sembunyi. Paham?"
"Iya, paham!"
"Bagus."
Gama melepaskan adiknya setelah memberi peringatan yang selalu anak itu lupakan. Mood nya sedang tidak bagus hari ini dan dia harap Liel tidak mencoba membangkang. Apalagi saat jam istirahat nanti dia tidak bisa memantau Liel karena ada latihan tambahan di ekskul basketnya karena tim nya akan tanding antar sekolah nanti.
...
Pada akhirnya Liel yang bebal tetap ke kantin namun dengan janji ia tidak akan membeli makanan apapun. Dia hanya ingin makan bersama Tio padahal Tio sudah mengatakan akan makan bersamanya di kelas. Memang dasarnya Liel saja yang bebal.
"Kalau kak Gama tau, gue nggak ikut campur. Terakhir kali kakak lo ngamuk ke gue karena lo bolos ke cafe itu."
Saat Liel bolos ke cafe itu, Gama hampir saja akan menyeret Tio karena mengira anak itu sengaja menyembunyikan adiknya padahal Tio bahkan tidak tahu Liel bolos karena Liel memang menipunya. Beruntung saat itu Gama masih memiliki kewarasan karena bisa melihat wajah kebingungan Tio yang membuktikan anak itu tidak tahu apa-apa.
"Salah sendiri, tiap diajak nggak mau," cibir Liel.
"Minimal punya kakak yang nggak posesif dulu, baru boleh ngajak gue main ke mana aja," sindir Tio balik.
"Minimal nggak usah nurut-nurut amat jadi orang!" Balas Liel. Dia tahu kalau Tio ikut andil dalam hal mengawasinya karena disuruh oleh kakaknya.
"Yee, lo nya aja yang bebal kebangetan!"
"Kok gue!"
"Terus siapa lagi!"
"Lo nya aja yang penurut abis!"
"Nggak ya anj-!"
Mereka berdua terus berdebat hingga tidak sadar seseorang sudah datang dengan raut wajah marahnya. Seisi kantin yang tiba-tiba hening membuat keduanya ikut diam sampai suara orang itu terdengar mengerikan bagi penghuni kantin saat ini.
"Mau bapak lakban mulut kalian berdua?!"
"..."
Liel dan Tio langsung tersenyum anggun tanpa memperlihatkan gigi mereka.
"Halo pak Cambo, sehat pak?" Sapa Liel basa-basi.
"Mau ketoprak nggak pak? Saya nggak bisa ngabisin nih," sahut Tio setelahnya.
"Diam kamu Tio! Mau bapak bumbui ketoprak rambut kamu?!"
Pak Cambo ini wakil kesiswaan yang entah mengapa selalu saja berkeliling sekolah ini hanya untuk mencari anak-anak yang berbuat keributan. Bagi pria tua itu, suara keras tanpa sebab saja bisa dianggap keributan. Keren kan? Tentu tidak! Asal teori dari mana itu.
Tio meringis sambil memegang rambutnya. Membayangkan pak Cambo benar-benar melakukan hal memalukan itu, ia khawatir dengan rambutnya.
"Kalian pergi ke perpustakaan dan salin kalimat 'saya berjanji tidak akan membuat keributan lagi di sekolah ini' sebanyak seratus kali! Kalian tidak boleh keluar sebelum catatan itu selesai!"
"What the fuck!" Umpat Liel.
"Mampus jari gue!!"
"SEKARANG!!"
Liel dan Tio langsung berhamburan sebelum pak Cambo semakin mengamuk dan berakhir menambah hukuman mereka.
_________________
Tbc>>Haii! Apa kabar nih?

KAMU SEDANG MEMBACA
Life of Liel [On Going]
Fiksi Remaja----- Liel si anak bungsu yang keras kepala dan sulit diatur memiliki Gama, seorang kakak yang sangat protektif dan keras dalam mendidik. Liel sangat tidak suka dengan sikap sang kakak ditambah lagi kedatangan seorang ayah tiri yang membuatnya semak...