°Chapter19

1.2K 94 4
                                    

Liel pergi ke gudang belakang sekolah. Ini adalah satu-satunya tempat persembunyiannya yang belum diketahui Gama dan juga Tio. Liel biasa pergi ke sini hanya untuk menenangkan dirinya sejenak dan merokok. Dia hanya menghabiskan waktu sebentar lalu berpindah ke rooftop agar kakaknya tidak pernah curiga. Sejauh ini Gama memang belum mencurigainya.

Liel tidak pernah suka dikekang. Hanya saja keadaan memaksanya untuk menuruti mama dan kakaknya. Selain karena tidak berani, dia juga tidak bisa melawan kakaknya. Jadi, dia hanya bisa sekedar melakukan tindakan seperti ini. Bergaul sesukanya bisa membuat dirinya sedikit terasa bebas.

Tak terasa satu batang rokok di tangannya sudah hampir habis. Liel melempar sembarangan rokok tersebut kemudian keluar dari gudang dan berpindah ke rooftop karena menurut perhitungannya Gama akan segera datang bersama dengan Tio.

...

"Liel!"

Suara Tio terdengar begitu resah seolah-olah Liel sedang melakukan tindakan yang buruk.

Liel yang tengah duduk di atas pembatas rooftop menoleh dengan tatapan jengah. Ada Tio yang terlihat begitu resah dan Gama yang terlihat marah. Keduanya ini memang sangat kompak mengganggunya.

"Apa?" jawab Liel malas.

Tio yang mendengar nada tidak enak dari jawaban Liel pun bergegas menghampiri anak itu dan melotot padanya.

"Lo gila ya?"

"..."

"Abang lo udah kayak psikopat anjir! Masih sempat-sempatnya ngomong pake nada nggak enak begitu!"

"Baperan berarti. Gue ngomong biasa aja padahal," balas Liel ketus.

Tio dengan segera membungkam mulut Liel sebelum ucapan anak itu makin menjadi-jadi. Tio menoleh ke belakang dan tersenyum paksa pada Gama. Sebenarnya hal-hal seperti ini sudah sering terjadi. Liel itu jika sudah sangat kesal maka ia tak akan ragu mengungkapkan nya.

Gama berjalan menghampiri posisi Tio dan Liel. Hal itu membuat Tio cemas sedangkan Liel hanya menatapnya datar. Ia bisa menebak apa yang akan kakaknya itu lakukan padanya. Diam-diam ia berhitung dalam hati, hingga tepat pada hitungan ketiga Gama langsung menarik tangannya dan membawanya turun.

Ke mana Gama membawanya pergi? Tentu saja ke kantin. Memangnya ke mana lagi? Bel istirahat sudah berbunyi sehingga mereka tidak boleh melewatkannya.

Tio yang mengikuti di belakang hanya bisa meringis melihat bagaimana Gama menarik Liel seolah menarik kambing yang penurut.

"Lepas! Gue bisa jalan sendiri!"

"..."

Gama tak menggubris ucapan sang adik. Liel awalnya memang diam saja namun semakin lama semakin banyak anak-anak yang memperhatikannya dan itu agak memalukan baginya walaupun ini sudah sering terjadi.

Liel tahu Gama sekarang ini tengah marah karena kelakuannya yang bolos tadi. Kakaknya itu hanya sedang menahan amarahnya saja. Satu-satunya cara untuk membuatnya luluh adalah dengan bersikap sebagai adik yang baik.

"Kak, sakit.."

Gama berhenti tiba-tiba sehingga Tio yang tidak siap akhirnya sedikit menabrak Liel. Ia kebingungan dengan kelakuan kakak temannya ini yang tiba-tiba saja berhenti padahal mereka belum sampai ditujuan.

Liel yang menunduk tersenyum simpul karena merasa puas dengan keberhasilannya. Kakaknya ini memang mudah sekali luluh jika dia sudah bersikap manja seperti ini. Namun, kalian jangan salah paham. Liel bersikap seperti ini bukan karena kepribadian nya melainkan karena situasi yang memaksa. Dia tidak akan bersikap semanis ini setiap hari. Dia bukan anak kecil lagi.

Gama melepaskan tangan adiknya itu. Ia menatapnya datar hingga beberapa detik lalu menghela nafas kasar.

"Jangan nakal, Liel."

Gama tahu Liel bersikap manis hanya untuk terhindar dari amarahnya. Kelemahannya memang sikap manis Liel yang ia sendiri tahu anak itu hanya berpura-pura. Sialnya, walaupun hanya pura-pura namun dia tetap luluh.

"Gue nggak nakal," bantahnya.

"Bohong banget anjir! Aw!" sahut Tio yang pada akhirnya mendapatkan injakan maut dari Liel pada sepatunya.

"Gue nggak mau lo bolos lagi. Paham?"

"Iya, paham."

Walaupun tak bisa dipercaya, setidaknya anak itu bisa tidak berulah selama beberapa hari kedepan. Liel selalu patuh setelah dinasehati namun hanya beberapa hari dan akan kembali seperti semula. Tapi setidaknya itu bisa membuat Gama tenang sejenak daripada terus mendapatkan laporan perihal tingkah adiknya. Jadi, tak ada salahnya melepaskannya hari ini.





____________
Tbc>>

Haloo semuanya..

Apa kabar nih? Semoga sehat selalu yaa..

Akhirnya Liel up setelah sekian purnama, hehe. Lagi-lagi aku minta maaf karena update nya slow banget udah kayak apaan aja. But, emang salah di aku nya yang nggak konsisten nulisnya sehingga babnya nggak kelar-kelar.

Sekali lagi maafin ya guys

Btw, jangan lupa mampir ke book Kavan juga ya. Udah sampai 15 chapter tuh, hehe. Thank you ya.

See you next part 👋









Life of Liel [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang